Dolar AS Ngeri! Rupiah dan Mata Uang Asia Gugur Semua

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 March 2021 15:29
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (30/3/2021), melanjutkan kinerja negatif awal pekan kemarin. Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia juga berguguran.

Melansir data Refinitiv, seperti biasa rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.440/US$. Tetapi setelahnya rupiah langsung melemah hingga 0,28% ke Rp 14.480/US$.

Posisi rupiah sedikit membaik, berada di level Rp 14.470/US$ pada penutupan perdagangan, melemah 0,21%.

Pelemahan rupiah cukup besar, tetapi bukan menjadi yang terburuk di Asia. Hingga pukul 15:03 WIB, rupee India menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,61%, disusul yen Jepang, dan peso Filipina.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Sentimen pelaku pasar yang kurang bagus lagi-lagi memberikan tekanan bagi rupiah, dan mata uang Asia lainnya.

Memburuknya sentimen pelaku pasar terjadi akibat Archegos Capital, perusahaan asset management, yang terkena margin call. Archegos tidak mampu menyediakan tambahan jaminan saat broker memintanya.

Ada kekhawatiran situasi di Archegos bakal berdampak sistemik. Nomura dan Credit Suisse disebut-sebut sebagai kreditur Archegos dalam perdagangan di pasar derivatif, sehingga dua bank kelas 'paus' itu tentu akan kena getahnya.

Alhasil, pelaku pasar melepas aset-aset berisiko dan memilih aset aman seperti dolar AS.

"Dolar AS menguat karena peningkatan permintaan terhadap aset aman. Investor takut dan mencoba menghindar dari efek domino Archegos," ujar Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Cambridge Global Payments yang berbasis di Toronto (Kanada), seperti diwartakan Reuters.

Namun, berbicara aset aman, yen tentunya termasuk di juga. Tetapi, yen pada hari menjadi yang terburuk kedua di Asia. Ada faktor lain lagi yang membuat dolar AS perkasa, yakni kenaikan yield obligasi (Treasury) AS.

Yield tenor 10 tahun hari ini naik 5,14 basis poin ke 1,7724%. Sepanjang tahun ini, bahkan sudah naik lebih dari 80 basis poin, dan berada di level tertinggi sejak Januari 2020. Kenaikan tersebut dipicu ekspektasi pemulihan ekonomi AS serta kenaikan inflasi, hal tersebut menjadi pemicu penguatan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular