Ekonomi Amerika "To The Moon", Dolar AS "Ngamuk" Gebuk Yen

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 October 2020 08:45
Mata Uang Yen. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files)
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin), menjauhi level terkuat dalam lebih dari 7 bulan terakhir. AS yang lepas dari resesi di kuartal III-2020 membuat mata uangnya perkasa, sementara bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) justru memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi ekonomi Jepang.

Melansir data Refinitiv, yen kemarin mengakhiri perdagangan di level 104,61/US$ di pasar spot, melemah 0,31%. Sebelum melemah, yen sempat menguat 0,27% ke US$ 104,01/US$ yang merupakan level terkuat sejak 12 Maret lalu.

Sementara pagi ini, Jumat (30/10/2020) Pukul 7:50 WIB, yen menguat tipis 0,05% ke 104,57/US$. 

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestic bruto (PDB) tumbuh meroket 33,1% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized).

PDB di kuartal III-2020 tersebut lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 31,9% maupun Dow Jones sebesar 32%, dan membalikkan kontraksi (tumbuh negatif) 31,4% di kuartal II-2020 lalu.

Jika dilihat secara tahunan (year-on-year/YoY), PDB di kuartal III-2020 masih mengalami kontraksi 2,9%, meski lebih baik ketimbang 3 bulan sebelumnya minus 9%.


Bank sentral di bawah pimpinan Haruhiko Kuroda ini memperkirakan PDB akan berkontraksi 5,5% di tahun fiskal yang berakhir Maret 2021, lebih buruk dari proyeksi sebelumnya minus 4,7%. Sementara untuk tahun fiskal 2021, PDB diramal akan tumbuh 3,6%, jauh lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 1,6%.
Sementara itu, BoJ dalam pengumuman rapat kebijakan moneter Kamis kemarin memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini, tetapi memprediksi rebound yang lebih kuat di 2021.

"Outlook ekonomi masih diliputi ketidakpastian yang tinggi dan ada risiko penutupan yang besar," kata Kuroda saat konferensi pers, sebagaimana dilansir Financial Times.

Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, BoJ belum menambah stimulusnya, suku bunga acuan tetap dipertahankan sebesar -0,1%, dan tetap melakukan pembelias aset (quantitative easing/QE) seberapa pun diperlukan untuk menjaga yield obligasi tenor 10 tahun di dekat 0%.

Sementara itu, kabar baik datang dari Jepang pagi ini, tingkat pengangguran dilaporkan tetap sebesar 3%, lebih baik dari prediksi pasar akan ada kenaikan menjadi 3,1% di bulan September. Kemudian produksi industri naik sebesar 4%, juga lebih baik dari prediksi kenaikan 3%.

Data-data tersebut membuat yen kembali menguat pagi ini, meski masih tipis.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Great Lockdown Bikin Yen Menguat 2 Hari Beruntun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular