
Jumlah Korban Virus Corona Melonjak, Yen Perkasa Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 February 2020 13:11

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar yen menguat cukup tajam melawan dolar AS di awal perdagangan Kamis (13/2/2020) akibat jumlah korban virus corona yang melonjak tajam.
Di awal perdagangan, yen sudah menguat 0,29% ke level 108,79/US$, sebelum terpangkas menjadi 0,2% di 109,86/US$ pada pukul 11:22 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pada Rabu kemarin, yen melemah 0,28% hingga menyentuh level terlemah sejak 21 Januari lalu. Pelemahan tersebut terjadi setelah adanya harapan penyebaran virus corona atau yang sekarang disebut Covid-19 mulai mereda dan akan segera berakhir.
Penasihat medis terkemuka di China mengatakan penyebaran Covid-19 akan mencapai puncaknya di bulan ini. Itu artinya dalam beberapa bulan ke depan, wabah virus yang berasal dari kota Wuhan tersebut akan berakhir.
Hal tersebut diperkuat oleh Zhong Nanshan, epidemiolog China yang berhasil 'mengusir' SARS pada 2002-2003, memperkirakan penyebaran virus Corona akan selesai dalam sekitar dua bulan mendatang.
"Saya berharap kejadian ini bisa selesai sekitar April," ujar Zhong, sebagaimana diwartakan Reuters, Rabu (12/2/2020).
Tetapi nyatanya jumlah pasien Covid-19 kini melonjak. Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona atau yang dinamai Covid-19 sebanyak 1.367 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 60.000 orang di seluruh dunia.
Angka tersebut naik signifikan dibandingkan laporan kemarin dimana sebanyak 1.115 orang, dan menjangkiti sekitar 45.000 orang di seluruh dunia.
Lonjakan tersebut terjadi setelah pemerintah China mulai menggunakan "diagnose secara klinis" sehingga terjadi penambahan jumlah korban yang terjangkit lebih dari 13.000 orang.
Akibatnya, pelaku pasar kembali cemas wabah Covid-19 belum mencapai puncaknya, sentimen pun memburuk dan aset aman (safe haven) kembali menjadi target investasi.
Dolar sebenarnya juga merupakan aset safe haven, tetapi posisinya masih kalah kuat dibandingkan yen. Sebabnya Jepang memiliki surplus current account besar sehingga memberikan jaminan stabilitas bagi mata uangnya.
Selain itu Negeri Matahari Terbit merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Di awal perdagangan, yen sudah menguat 0,29% ke level 108,79/US$, sebelum terpangkas menjadi 0,2% di 109,86/US$ pada pukul 11:22 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pada Rabu kemarin, yen melemah 0,28% hingga menyentuh level terlemah sejak 21 Januari lalu. Pelemahan tersebut terjadi setelah adanya harapan penyebaran virus corona atau yang sekarang disebut Covid-19 mulai mereda dan akan segera berakhir.
Hal tersebut diperkuat oleh Zhong Nanshan, epidemiolog China yang berhasil 'mengusir' SARS pada 2002-2003, memperkirakan penyebaran virus Corona akan selesai dalam sekitar dua bulan mendatang.
"Saya berharap kejadian ini bisa selesai sekitar April," ujar Zhong, sebagaimana diwartakan Reuters, Rabu (12/2/2020).
Tetapi nyatanya jumlah pasien Covid-19 kini melonjak. Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona atau yang dinamai Covid-19 sebanyak 1.367 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 60.000 orang di seluruh dunia.
Angka tersebut naik signifikan dibandingkan laporan kemarin dimana sebanyak 1.115 orang, dan menjangkiti sekitar 45.000 orang di seluruh dunia.
Lonjakan tersebut terjadi setelah pemerintah China mulai menggunakan "diagnose secara klinis" sehingga terjadi penambahan jumlah korban yang terjangkit lebih dari 13.000 orang.
Akibatnya, pelaku pasar kembali cemas wabah Covid-19 belum mencapai puncaknya, sentimen pun memburuk dan aset aman (safe haven) kembali menjadi target investasi.
Dolar sebenarnya juga merupakan aset safe haven, tetapi posisinya masih kalah kuat dibandingkan yen. Sebabnya Jepang memiliki surplus current account besar sehingga memberikan jaminan stabilitas bagi mata uangnya.
Selain itu Negeri Matahari Terbit merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Most Popular