
Schroder: Naikkan Likuiditas Bursa untuk Tarik Asing
Monica Wareza, CNBC Indonesia
17 January 2019 15:52

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Schroder Investment Management Indonesia menilai pasar modal Indonesia saat ini bersaing ketat dengan pasar saham Filipina, Thailand, dan Vietnam yang diprediksi akan cukup atraktif pada tahun ini dibandingkan dengan tahun 2018.
Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael Tjoajadi mengungkapkan dengan kondisi persaingan itu, pasar modal Indonesia harus siap meningkatkan likuditas pasar untuk menarik minat investor asing untuk kembali masuk ke pasar saham dalam negeri.
Michael menyebutkan, Indonesia memang bersaing dengan pasar saham Filipina, Thailand dan Vietnam, karena jika dibandingkan dengan bursa saham Singapura dan Malaysia, Indonesia bisa dibilang cukup ketinggalan. Dia menilai dua negeri jiran itu memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang jauh lebih besar.
Dia mengatakan saat ini likuiditas di pasar modal Indonesia tak bermasalah, hanya saja level likuiditas saat ini harus ditingkatkan sehingga investor bisa dengan mudah masuk dan keluar saat berinvestasi.
"Tidak ada masalah likuiditas, cuma saya katakan bahwa untuk lebih baik likuiditasnya dinaikkan," kata Michael di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (17/1).
Sebagai perbandingan, sepanjang tahun lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat minus 2,54%, sementara bursa Malaysia juga minus tapi lebih besar yakni 5,91%, Vietnam Minus 9,32%, Filipina minus 12,76%, dan Thailand minus 10,82%. Bursa saham Singapura juga minus 9,82%, sementara India naik 5,91%.
Menurut Michael, ada tiga cara meningkatkan likuiditas pasar, salah satunya adalah percepatan penyelesaian transaksi menjadi dua hari (T+2) dari sebelumnya tiga hari (T+3). Kebijakan ini sudah diterapkan oleh otoritas bursa pada 26 November 2018.
Siklus penyelesaian bursa T+2 merupakan penyelesaian penyerahan efek oleh pihak penjual dan penyerahan dana oleh pihak pembeli dilakukan pada hari bursa kedua setelah terjadinya transaksi bursa.
Strategi peningkatan likuiditas lainnya ialah peningkatan jumlah saham free float (besaran saham publik minimal).
"Banyak public company baru di 2018 tapi kecil-kecil itu kan likuiditas bertambah tapi tidak sesuai, asing enggak bisa beli. Tapi kalau go public free float besar berarti kan bigger market cap [kapitalisasi pasar besar], lebih bagus," tambahnya.
(tas) Next Article Siap-Siap, Capital Inflow Bakal Kembali Indonesia
Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael Tjoajadi mengungkapkan dengan kondisi persaingan itu, pasar modal Indonesia harus siap meningkatkan likuditas pasar untuk menarik minat investor asing untuk kembali masuk ke pasar saham dalam negeri.
Michael menyebutkan, Indonesia memang bersaing dengan pasar saham Filipina, Thailand dan Vietnam, karena jika dibandingkan dengan bursa saham Singapura dan Malaysia, Indonesia bisa dibilang cukup ketinggalan. Dia menilai dua negeri jiran itu memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang jauh lebih besar.
"Tidak ada masalah likuiditas, cuma saya katakan bahwa untuk lebih baik likuiditasnya dinaikkan," kata Michael di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (17/1).
Sebagai perbandingan, sepanjang tahun lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat minus 2,54%, sementara bursa Malaysia juga minus tapi lebih besar yakni 5,91%, Vietnam Minus 9,32%, Filipina minus 12,76%, dan Thailand minus 10,82%. Bursa saham Singapura juga minus 9,82%, sementara India naik 5,91%.
Menurut Michael, ada tiga cara meningkatkan likuiditas pasar, salah satunya adalah percepatan penyelesaian transaksi menjadi dua hari (T+2) dari sebelumnya tiga hari (T+3). Kebijakan ini sudah diterapkan oleh otoritas bursa pada 26 November 2018.
Siklus penyelesaian bursa T+2 merupakan penyelesaian penyerahan efek oleh pihak penjual dan penyerahan dana oleh pihak pembeli dilakukan pada hari bursa kedua setelah terjadinya transaksi bursa.
Strategi peningkatan likuiditas lainnya ialah peningkatan jumlah saham free float (besaran saham publik minimal).
"Banyak public company baru di 2018 tapi kecil-kecil itu kan likuiditas bertambah tapi tidak sesuai, asing enggak bisa beli. Tapi kalau go public free float besar berarti kan bigger market cap [kapitalisasi pasar besar], lebih bagus," tambahnya.
(tas) Next Article Siap-Siap, Capital Inflow Bakal Kembali Indonesia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular