
Siap-Siap, Capital Inflow Bakal Kembali Indonesia
Monica Wareza, CNBC Indonesia
17 January 2019 15:15

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Schroder Investment Management Indonesia memprediksi dana asing berpotensi besar untuk kembali masuk ke dalam negeri (capital inflow) seiring dengan sentimen pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun ini yang tidak seagresif pada tahun lalu.
Presiden Direktur Schroder Indonesia Michael Tjoajadi mengatakan pertumbuhan ekonomi di AS dinilai tidak akan sama dengan yang terjadi tahun lalu. Malahan, kata dia, hingga 2020 mendatang, perekonomian di negara maju ini akan melemah.
Kondisi ini akan membuat investor yang sudah menanamkan modal di negara tersebut akan pindah ke negara berkembang (emerging market) di Asia dan Eropa, salah satunya Indonesia.
"Walaupun demikian masih ada 2 kali lagi kenaikan suku bunga The Fed, let's wait tapi sudah ada yang masuk foreign, government bond issue juga asing beli artinya positif investment in Indonesia. Tahun 2020 berlanjut kalau AS makin slowing down. Tone positif investment tahun ini dan 2020," kata Michael di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (17/1).
Indikatornya, Bank Indonesia sudah mengantisipasi keputusan bank sentral AS, The Fed, dengan menaikkan suku bunga BI-7Day Reverse Repo Rate sebanyak enam kali tahun lalu guna menjaga laju pertumbuhan pasar keuangan Indonesia. Namun tahun ini, suku bunga Indonesia telah berada di posisi lead the curve atau mendahului kecenderungan, meski Amerika masih berpotensi menaikkan dua kali lagi Fed Funds Rate (FFR).
Selain itu, pembicaraan soal damai dagang antara Amerika dan China yang sampai saat ini belum rampung dinilai tak akan lagi mempengaruhi kondisi ekonomi di dalam negeri. Apalagi, sentimen ini ditambah dengan prediksi bahwa ekonomi Amerika akan melambat di tahun ini.
Dia menilai, jika pelemahan ekonomi di Amerika terus berlanjut, maka posisi dolar AS akan melemah dan profit di negara tersebut akan turun. Dengan demikian, portofolio investasi yang sudah masuk ke dalam negeri sepanjang 2017-2018 berpotensi untuk ditarik kembali guna mencari sumber pertumbuhan baru.
"Maka kita lihat ada curency selain dolar Amerika menguat, harga minyak menurun bikin ekonomi negara lain lebih baik jadi orang [investor asing] balik lagi, termasuk ke Indonesia. Makanya rupiah menguat, investasi membaik," katanya.
(tas) Next Article Schroder: Naikkan Likuiditas Bursa untuk Tarik Asing
Presiden Direktur Schroder Indonesia Michael Tjoajadi mengatakan pertumbuhan ekonomi di AS dinilai tidak akan sama dengan yang terjadi tahun lalu. Malahan, kata dia, hingga 2020 mendatang, perekonomian di negara maju ini akan melemah.
Kondisi ini akan membuat investor yang sudah menanamkan modal di negara tersebut akan pindah ke negara berkembang (emerging market) di Asia dan Eropa, salah satunya Indonesia.
Selain itu, pembicaraan soal damai dagang antara Amerika dan China yang sampai saat ini belum rampung dinilai tak akan lagi mempengaruhi kondisi ekonomi di dalam negeri. Apalagi, sentimen ini ditambah dengan prediksi bahwa ekonomi Amerika akan melambat di tahun ini.
Dia menilai, jika pelemahan ekonomi di Amerika terus berlanjut, maka posisi dolar AS akan melemah dan profit di negara tersebut akan turun. Dengan demikian, portofolio investasi yang sudah masuk ke dalam negeri sepanjang 2017-2018 berpotensi untuk ditarik kembali guna mencari sumber pertumbuhan baru.
"Maka kita lihat ada curency selain dolar Amerika menguat, harga minyak menurun bikin ekonomi negara lain lebih baik jadi orang [investor asing] balik lagi, termasuk ke Indonesia. Makanya rupiah menguat, investasi membaik," katanya.
(tas) Next Article Schroder: Naikkan Likuiditas Bursa untuk Tarik Asing
Most Popular