Selamat! IHSG Juara 2 di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 January 2019 16:55
Selamat! IHSG Juara 2 di Asia
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa pasar saham tanah air pada hari ini patut diacungi jempol. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi 2 dengan penguatan sebesar 0,64% ke level 6.221,01.

IHSG berhasil menguat ditengah-tengah pelemahan bursa saham kawasan Asia. Jika dibandingkan dengan yang sama-sama menguat, kenaikan IHSG menjadi yang terbesar kedua setelah indeks PSEi (Filipina) yang meroket 2,56%.



Bursa saham kawasan Asia dipukul mundur oleh sinyal perlambatan ekonomi yang begitu kuat. Sinyal ini datang dari berbagai rilis data ekonomi yang diumumkan kemarin (2/1/2019).

Manufacturing PMI China periode Desember versi Caixin diumumkan di level 49,7, turun dari capaian bulan November yang sebesar 50,2. Capaian ini juga berada di bawah konsensus yang sebesar 50,1, seperti dilansir dari Trading Economics.

Sebagai informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.

Perang dagang yang terus berkecamuk dengan AS terlihat terus menyakiti perekonomian China. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru untuk produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China menyasar US$ 110 miliar produk asal AS.

Di Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 diumumkan sebesar 2,2% YoY, jauh di bawah konsensus yang sebesar 2,7% YoY.

Kemudian di Korea Selatan, Manufacturing PMI periode Desember versi Nikkei diumumkan di level 49,8. Sejatinya, capaian periode Desember membaik ketimbang November yang sebesar 48,6. Namun, angkanya tetap saja di bawah 50 atau masih menunjukkan adanya kontraksi.


Salah satu isu besar yang menerpa bursa saham global belakangan ini adalah penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown). Hingga hari ini, terhitung sudah 12 hari pemerintahan AS berjalan dengan ‘pincang’.

Penutupan sebagian pemerintahan AS terjadi seiring dengan penolakan Partai Demokrat terkait dengan anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko senilai US$ 5 miliar.

Kemarin, Presiden AS Donald Trump mengundang pimpinan House of Representatives dan Senate dari Partai Demokrat dan Republik ke Gedung Putih untuk mengikuti pemaparan terkait keamanan perbatasan. Sayang, tak ada kesepakatan yang tercapai dari pertemuan tersebut. “Ini (partial government shutdown) akan berlanjut untuk beberapa saat,” kata seorang pejabat Gedung Putih, dikutip dari CNN.

Sejak 22 Desember, beberapa lembaga federal AS mengalami penundaan pembayaran gaji dan tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Melansir New York Times, 420.000 pegawai negeri AS tidak akan digaji hingga anggaran turun dan 380.000 pegawai negeri diliburkan hingga pembahasan anggaran disetujui.

Ditengah perekonomian AS yang terus menunjukkan sinyal perlambatan, pincangnya pemerintahan dalam jangka waktu yang lama menjadi hal terakhir yang diinginkan investor.



IHSG berhasil meredam derasnya sentimen eksternal dan justru membukukan penguatan, seiring dengan rilis data inflasi yang terbukti masih ampuh dalam menopang kinerja bursa saham tanah air. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi bulan Desember sebesar 0,62% MoM atau 3,13% YoY. Capaian ini mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni 3,04% YoY.

Angka inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi dimaknai sebagai sinyal menggeliatnya konsumsi masyarakat Indonesia pada musim liburan kemarin.

Pada rilis Indeks Penjualan Riil (IPR) oleh Bank Indonesia (BI) bulan lalu, angka sementara untuk pertumbuhan IPR periode November adalah sebesar 3,4% YoY, membaik dari capaian bulan Oktober yang sebesar 2,9% YoY. Capaian tersebut juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,5% YoY.

Pada bulan Desember, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel diharapkan bisa bertambah pesat, seiring dengan kehadiran libur hari raya Natal dan tahun baru. Kuatnya angka inflasi bulan Desember lantas semakin mengonfirmasi harapan investor bahwa pertumbuhan penjualan barang-barang ritel akan bertambah pesat.

Merespons hal tersebut, aksi beli atas saham-saham barang konsumsi dilakukan, mendorong indeks sektor barang konsumsi melejit hingga 1,61% dan menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.

Saham-saham barang konsumsi yang diburu investor diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+3,18%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (+2,75%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,37%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+1,68%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+0,98%).

Secara historis, bulan Januari memang merupakan bulan yang baik untuk mengoleksi saham-saham barang konsumsi; dalam 5 tahun terakhir (2014-2018), hanya sekali indeks sektor barang konsumsi membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Januari.

TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular