Bear Market Diramal Memburuk di 2019, Ini Tips Menghadapinya

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
27 December 2018 11:44
Masih ada peluang di pasar bagi investor untuk mendapatkan untung dari kondisi bear market.
Foto: New York Stock Exchange (NYSE) ( REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketakutan para pelaku pasar telah menjadi kenyataan. Indeks acuan Wall Street, S&P 500, memasuki wilayah bear market, Senin (24/12/2018), setelah turun lebih dari 20% dari posisi intraday tertinggi dalam 52 minggu terakhir.

Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 sekarang menuju catatan kinerja Desember yang terburuk sejak Great Depression tahun 1931.



Jika apa yang terjadi kali ini sejalan dengan data historis, penurunan ini akan berlangsung sekitar satu tahun, karena bear market telah bertahan rata-rata selama 13 bulan sejak Perang Dunia II, dilansir dari CNBC International, Kamis (27/12/2018).

Istilah bear market atau pasar bearish di Wall Street adalah sinonim dari penurunan di pasar saham yang serius dan berlangsung lama. Dalam angka, bear market ditandai dengan penurunan 20% atau lebih dari posisi tertinggi baru yang dicapai indeks saham.

Saat para investor sangat berharap akan adanya berita baik (baik dari pemerintah maupun bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve) untuk menghentikan gerak saham yang jatuh bebas, masih ada peluang di pasar bagi investor untuk mendapatkan untung.

Tindakan penyeimbangan

Pada saat hampir tidak ada yang menguntungkan, investor dipaksa untuk memegang lebih banyak uang tunai daripada biasanya. Sisi lain dari kejatuhan terburuk pasar saham adalah valuasinya semakin murah. Ini menciptakan peluang pembelian yang menarik.

Pertanyaannya kemudian menjadi kapan waktu yang tepat untuk masuk lagi ke pasar.

Bear Market Diramal Memburuk di 2019, Ini Tips MenghadapinyaFoto: New York Stock Exchange (NYSE) ( REUTERS/Brendan McDermid)

"Ini adalah tindakan penyeimbangan. Investor jangka panjang memegang jumlah uang tunai di atas rata-rata, tetapi pada saat yang sama, mereka memiliki rencana untuk menyebarkannya selama 12 bulan ke depan jika bear market memburuk," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group, dilansir dari CNBC International.

Meskipun ada begitu banyak ketidakpastian yang dapat menyeret saham lebih jauh, mereka menawarkan penilaian yang menarik. Price-to-earning ratio ke depan untuk S&P 500 turun menjadi 13,57 pada hari Rabu, terendah sejak Maret 2013.

"Ini adalah kesempatan untuk mencari peluang pembelian yang potensial dan mengikuti mereka, mencari titik masuk yang menarik. Secara khusus, pasar teknologi dan negara berkembang dapat memberikan beberapa peluang," kata Kristina Hooper, kepala strategi pasar global di Invesco.



"Yang terpenting, investor jangan panik. Begitu pasar saham memasuki wilayah bearish, sebagian besar kerugian sudah terjadi. Jual sekarang hanya mengunci kerugian," tambahnya.

Bagi manajer hedge fund miliuner David Tepper, sudah waktunya untuk membeli saham yang telah turun harganya. Dia mengatakan kepada CNBC pada hari Senin bahwa dirinya membeli beberapa saham setelah pasar bergerak melemah.

Dolar dan uang tunai

Saat pasar secara keseluruhan babak belur tahun ini, masih ada beberapa saham yang biasanya bertahan dengan baik saat ekonomi menurun, terutama toko ritel diskon. Saham Dollar General telah menguat 10% tahun ini, secara drastis mengungguli S&P 500 yang telah kehilangan 12% sepanjang 2018.

"Mereka berkinerja sangat baik selama bear market ini, untuk alasan yang jelas karena orang-orang masih membeli dari sana dan mereka menurunkan belanja. Ini pengeluaran yang konsisten," kata Tom Essaye, pendiri Sevens Report Research.

"Di bear market, Anda ingin mendapatkan aliran pendapatan yang berkualitas tinggi dan andal. Barang-barang konsumer adalah satu kelompok yang harus terus dapat mengembangkan bisnis mereka terlepas dari apa yang terjadi," tambahnya.

Bear Market Diramal Memburuk di 2019, Ini Tips MenghadapinyaFoto: New York Stock Exchange (NYSE) ( REUTERS/Brendan McDermid)

Selain memegang uang tunai, mungkin ini juga saat yang tepat untuk melirik safe haven, seperti emas dan perak, yang kemungkinan akan mendapat manfaat dari melemahnya dolar tahun depan. Kenaikan suku bunga Federal Reserve telah mendukung greenback sampai sinyal bank sentral agak dovish pada pertemuan terakhir yang mengurangi kekuatannya.

"Ini adalah kelas aset yang akan mendapat manfaat, terutama jika The Fed mungkin melakukan kenaikan suku bunga dalam siklus ini. Saya tidak akan membelinya hanya demi menjadi safe haven. Saya akan membelinya karena saya mengharapkan pelemahan dolar tahun depan. Kekuatan dalam dolar tahun ini benar-benar satu-satunya hal yang membuat mereka (harga emas) tidak terus naik," kata Boockvar.



Emas naik ke level tertinggi dalam enam bulan pada hari Rabu karena kekhawatiran atas penutupan sebagian pemerintah AS (government shutdown) dan kritik Presiden Donald Trump terhadap Gubernur The Fed Jerome Powell mendorong investor berlari ke logam safe haven.

"Emas dan cadangan emas baru-baru ini berkinerja baik, dan mereka mungkin akan terus seperti itu terutama ketika kita berada di era penurunan dolar. Ini akan memberi emas dan saham emas dorongan," kata Essaye.
(prm) Next Article Morgan Stanley: Kita Masuki Pasar Bearish

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular