Internasional

Waspada, 'Bear Market' Berskala Global Baru Saja Dimulai

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
26 December 2018 12:47
Volatilitas tersebut mengakibatkan sejumlah pasar saham turun ke area bearish atau bear teritory dan akan memburuk di tahun baru.
Ilustrasi Wall Street (Foto: Reuters)
Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak yang terjadi di Wall Street telah mengguncang berbagai pasar saham di seluruh dunia dalam beberapa bulan terakhir.

Volatilitas tersebut mengakibatkan sejumlah pasar saham turun ke area bearish atau bear teritory dan akan memburuk di tahun yang baru, kata para ahli kepada CNBC International, Senin (24/12/2018).



Pasar bearish atau 'bear market' sedang mengancam investor di seluruh dunia. Bear market biasanya didefinisikan sebagai penurunan pasar saham sebesar 20% atau lebih dari posisi tertinggi baru yang dicapainya dalam beberapa waktu terakhir.

Di Wall Street, Nasdaq Composite ditutup di 'bear market' Jumat lalu sementara S&P 500 menyentuh posisi tersebut hari Senin. Secara global, DAX Jerman, Shanghai Composite dan Nikkei Jepang juga telah memasuki level pasar yang bearish.

Risiko pasar utama tetap ada, kata para ahli. Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve kemungkinan akan terus menaikkan suku bunga dan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global (yang diperparah oleh perang perdagangan antara AS dan China) semakin meningkat.

Waspada, 'Bear Market' Berskala Global Baru Saja DimulaiFoto: REUTERS/Andrew Kelly

"Saya ingin menjadi lebih optimistis, tetapi saya tidak melihat terlalu banyak hal positif di luar sana," kata Mark Jolley, ahli strategi global di CCB International Securities, kepada "Squawk Box" CNBC, dilansir dari CNBC International, Rabu (26/12/2018).

"Saya pikir yang terburuk belum akan datang tahun depan, kita masih berada di paruh pertama 'bear market' ekuitas global dengan lebih banyak lagi yang akan datang di tahun depan," tambahnya.

Kebijakan The Fed Akan Lebih Ketat

Bagi Jolley, risiko besar terletak di pasar kredit. Saat The Fed memproyeksikan dua kenaikan suku bunga lagi di 2019, perusahaan akan semakin kesulitan untuk melunasi utang mereka yang menyebabkan beberapadi antaranya gagal bayar atau diturunkan peringkatnya, katanya.



Kelemahan seperti itu di pasar kredit akan meluas ke pasar saham, kata Jolley.

"Skenario inti saya adalah persoalan kredit, yang selanjutnya akan membebani pasar ekuitas, yang pasti akan membebani sektor pertumbuhan tinggi seperti teknologi," katanya.

Umumnya, sekarang investor memiliki lebih sedikit alasan untuk optimistis, karena pengetatan kebijakan moneter The Fed berarti akan lebih sedikit uang yang ada untuk investasi, kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank.

"Benar-benar tidak ada kepastian bagi pasar untuk membeli kembali karena mereka tidak yakin bahwa ini adalah level terendahnya," kata Varathan kepada "Squawk Box" CNBC.

Sengketa Perdagangan AS-China

Peningkatan bea impor lebih lanjut antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut ditunda hingga awal Maret tahun depan, tetapi apa yang akan terjadi setelah itu akan tak terduga, kata Vasu Menon, wakil presiden wealth management di OCBC Bank.

Ketegangan perdagangan antara AS dan China sering disebut sebagai risiko utama terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF), misalnya, menurunkan prakiraan pertumbuhannya karena melihat ketegangan perdagangan antara AS dan mitra utamanya mulai menurunkan aktivitas ekonomi.



Ketidakpastian di sektor perdagangan akan membebani pasar dalam beberapa bulan mendatang sampai kejelasan yang lebih lanjut di mana pertarungan akan muncul menjelang akhir gencatan senjata tarif 90 hari, kata Menon kepada "Squawk Box".

"Valuasi terlihat menarik, tetapi Anda harus memiliki selera risiko yang kuat, karena saya pikir pasar akan sangat berombak," katanya.
(prm) Next Article Morgan Stanley: Kita Masuki Pasar Bearish

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular