
Optimistis Neraca Dagang Membaik, IHSG Dibuka Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 November 2018 09:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,46% ke level 5.885,22. IHSG berhasil menguat kala bursa saham utama kawasan Asia justru dibuka di zona merah: indeks Nikkei turun 0,81%, indeks Kospi turun 0,38%, indeks Shanghai turun 0,01%, dan indeks Strait Times turun 0,02%.
Bursa saham utama Benua Kuning mengekor laju Wall Street yang juga ditutup melemah pada dini hari tadi: indeks Dow Jones turun 0,81%, S&P 500 turun 0,76%, dan Nasdaq turun 0,9%.
Saham-saham sektor keuangan menjadi penyebab merahnya bursa saham New York. Di Dow Jones, indeks sektor finansial anjlok 1,68%, sementara di S&P 500 jatuh 1,12%.
Tekanan terhadap sektor finansial datang dari pernyataan Maxine Waters, Anggota House of Representative AS dari Partai Demokrat yang kemungkinan akan menjabat sebagai Ketua Komisi Perbankan. Waters menegaskan tidak akan ada pelonggaran regulasi selama dia menjabat nantinya.
Selain itu, saham Apple yang terkoreksi 2,82% ikut memberikan tekanan bagi Wall Street. Saham Apple jatuh lantaran downgrade yang diberikan oleh para sekuritas. Guggenheim menurunkan rating saham Apple menjadi netral, dari yang sebelumnya beli. Sementara itu, UBS memotong target harga untuk saham Apple menjadi US$ 225/saham, dari yang sebelumnya US$ 240/saham.
Di sisi lain, sejumlah sentimen positif memang mewarnai perdagangan hari ini. Dari Benua Biru, pada dini hari tadi Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil mengamankan dukungan dari kabinetnya terkait dengan draf perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit).
"Keputusan kolektif hari ini adalah kabinet menyepakati draft perjanjian pengunduran diri. Saya percaya dengan kepala dan hati saya bahwa keputusan ini adalah yang terbaik bagi kepentingan Inggris," kata PM May dalam pengumuman seusai rapat kabinet yang berlangsung selama 5 jam.
Salah satu poin penting dalam draf ini adalah disetujuinya masa transisi yang bisa diperpanjang paling lambat pada pertengahan 2020. Selama masa transisi berlaku, kerja sama yang selama ini berlaku antara Inggris dengan Uni Eropa seperti di bidang perdagangan dan imigrasi akan tetap dijalankan, memberikan kepastian bagi dunia usaha sembari menyiapkan diri untuk perceraian sesungguhnya nanti.
Kemudian, pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell juga memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham tanah air.
Dalam sesi tanya jawab dalam sebuah acara di Dallas, Powell mengakui bahwa perekonomian global tidak bertumbuhan dengan laju yang sama pada tahun lalu. Ia menambahkan bahwa laju pertumbuhan ekonomian global secara perlahan melambat namun itu bukan merupakan perlambatan yang parah.
Tetap saja, kata-kata Powell diartikan sebagai sinyal bahwa the Fed mungkin tidak akan mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuan pada penghujung tahun.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 14 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps bulan Desember adalah sebesar 72,3%, lebih rendah dari posisi tanggal 13 November 2018 yang sebesar 75,8%.
Dari dalam negeri, ada optimisme terkait rilis data perdagangan internasional periode Oktober 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Oktober 2018 defisit tipis di US$ 62,5 juta. Ekspor diramal tumbuh dalam kisaran terbatas yaitu 1,4% YoY, sementara impor diproyeksikan masih tumbuh dua digit yaitu 10% YoY.
Dengan defisit neraca dagang yang diproyeksikan tipis saja, maka besar peluang defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) periode kuartal-IV 2018 bisa ditekan. Pada kuartal-III 2018, CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Neraca Dagang Jebol, IHSG Bergerak Turun
Bursa saham utama Benua Kuning mengekor laju Wall Street yang juga ditutup melemah pada dini hari tadi: indeks Dow Jones turun 0,81%, S&P 500 turun 0,76%, dan Nasdaq turun 0,9%.
Saham-saham sektor keuangan menjadi penyebab merahnya bursa saham New York. Di Dow Jones, indeks sektor finansial anjlok 1,68%, sementara di S&P 500 jatuh 1,12%.
Tekanan terhadap sektor finansial datang dari pernyataan Maxine Waters, Anggota House of Representative AS dari Partai Demokrat yang kemungkinan akan menjabat sebagai Ketua Komisi Perbankan. Waters menegaskan tidak akan ada pelonggaran regulasi selama dia menjabat nantinya.
Di sisi lain, sejumlah sentimen positif memang mewarnai perdagangan hari ini. Dari Benua Biru, pada dini hari tadi Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil mengamankan dukungan dari kabinetnya terkait dengan draf perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit).
"Keputusan kolektif hari ini adalah kabinet menyepakati draft perjanjian pengunduran diri. Saya percaya dengan kepala dan hati saya bahwa keputusan ini adalah yang terbaik bagi kepentingan Inggris," kata PM May dalam pengumuman seusai rapat kabinet yang berlangsung selama 5 jam.
Salah satu poin penting dalam draf ini adalah disetujuinya masa transisi yang bisa diperpanjang paling lambat pada pertengahan 2020. Selama masa transisi berlaku, kerja sama yang selama ini berlaku antara Inggris dengan Uni Eropa seperti di bidang perdagangan dan imigrasi akan tetap dijalankan, memberikan kepastian bagi dunia usaha sembari menyiapkan diri untuk perceraian sesungguhnya nanti.
Kemudian, pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell juga memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham tanah air.
Dalam sesi tanya jawab dalam sebuah acara di Dallas, Powell mengakui bahwa perekonomian global tidak bertumbuhan dengan laju yang sama pada tahun lalu. Ia menambahkan bahwa laju pertumbuhan ekonomian global secara perlahan melambat namun itu bukan merupakan perlambatan yang parah.
Tetap saja, kata-kata Powell diartikan sebagai sinyal bahwa the Fed mungkin tidak akan mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuan pada penghujung tahun.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 14 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps bulan Desember adalah sebesar 72,3%, lebih rendah dari posisi tanggal 13 November 2018 yang sebesar 75,8%.
Dari dalam negeri, ada optimisme terkait rilis data perdagangan internasional periode Oktober 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Oktober 2018 defisit tipis di US$ 62,5 juta. Ekspor diramal tumbuh dalam kisaran terbatas yaitu 1,4% YoY, sementara impor diproyeksikan masih tumbuh dua digit yaitu 10% YoY.
Dengan defisit neraca dagang yang diproyeksikan tipis saja, maka besar peluang defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) periode kuartal-IV 2018 bisa ditekan. Pada kuartal-III 2018, CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Neraca Dagang Jebol, IHSG Bergerak Turun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular