Defisit Neraca Dagang Nyaris US$ 5 M, Penguatan IHSG Tertahan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 January 2019 12:51
Defisit Neraca Dagang Nyaris US$ 5 M, Penguatan IHSG Tertahan
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi 1 dengan penguatan sebesar 0,25% ke level 6.351,79. Padahal, IHSG sempat menguat hingga 0,46% ke level 6.365,01.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,19 triliun dengan volume sebanyak 7,56 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 330.839 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1,13%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+2,84%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+0,52%), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (+4,81%), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+2,84%).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 0,84%, indeks Shanghai naik 0,96%, indeks Hang Seng naik 1,7%, indeks Strait Times naik 1,29%, dan indeks Kospi naik 1,35%.

Sejumlah sentimen positif memang mewarnai jalannya perdagangan pada hari ini. Presiden AS Donald Trump pada hari Senin (14/1/2019) menyuarakan optimismenya bahwa AS akan dapat mencapai kesepakatan dengan China untuk mengakhiri perang dagang yang selama ini berkecamuk. Mantan pebisnis tersebut mengatakan bahwa Beijing ingin bernegosiasi dan perbincangan dengan China berlangsung dengan baik.

"Kami melakukannya (perbincangan) dengan sangat baik dengan China," kata Trump di Gedung putih kepada reporter, seperti dikutip dari Reuters.

"Saya rasa kami akan dapat mencapai kesepakatan dengan China."

Kemudian, sentimen positif bagi bursa saham Asia datang dari The Federal Reserve selaku bank sentral AS yang kian hari terlihat kian bermain aman dalam hal normalisasi suku bunga acuan.

Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida pada hari Senin mengatakan bahwa bank sentral akan bersabar dalam mengambil kebijakan pada tahun ini seiring dengan adanya perlambatan ekonomi di luar AS, walaupun dirinya menilai momentum ekonomi di AS tetap kuat.

"Kita dapat bersabar pada tahun 2019, ada momentum yang baik," kata Clarida, seperti dikutip dari Reuters.

Dirinya menambahkan bahwa The Fed akan memutuskan tingkat suku bunga acuan dengan basis "meeting by meeting" dalam bulan-bulan mendatang.

Terakhir, angin segar datang dari kawasan regional yakni China. Pada hari ini, National Development and Reform Commission mengatakan bahwa China menargetkan untuk mencapai "sebuah awal yang baik" untuk perekonomian kuartal-I 2019. Hal ini lantas memberikan sinyal bahwa otoritas dapat menerbitkan stimulus lebih lanjut dalam jangka dekat untuk mengatasi perlambatan ekonomi.

Perekonomian China memang kini sedang diterpa tekanan yang begitu besar. Kemarin pagi, ekspor periode Desember 2018 dimumkan terkontraksi sebesar 4,4% YoY, di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Kemudian, impor anjlok hingga 7,6% YoY, juga di bawah ekspektasi yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 5% YoY.


Terlepas dari penguatan yang dibukukan, performa IHSG relatif lemah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seiring dengan jebolnya neraca dagang Indonesia.

Menjelang akhir sesi 1, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor anjlok sebesar 4,62% YoY sepanjang bulan Desember. Capaian ini jauh lebih buruk dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 1,81% YoY. Sementara itu, impor tumbuh sebesar 1,16%, juga lebih buruk dari ekspektasi yang sebesar 6,345% YoY.

Alhasil, defisit neraca dagang diumumkan sebesar US$ 1,1 miliar, lebih besar dari konsensus yang sebesar US$ 968 juta. Jika ditotal, defisit neraca dagang sepanjang kuartal-IV 2018 adalah sebesar US$ 4,92 miliar.

Sebelum data perdagangan internasional diumumkan, IHSG menguat sebesar 0,37% ke level 6.359,37, sebelum kemudian menipis menjadi 0,25% ke level 6.351,79.

Dengan defisit neraca dagang yang begitu dalam, maka defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kemungkinan besar akan membengkak pada kuartal-IV 2018. Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014. Padahal kala itu, defisit neraca dagang hanya sebesar US$ 2,64 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular