Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Saham Asia Dibuka Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 November 2018 09:09
Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah.
Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah: indeks Nikkei turun 0,81%, indeks Kospi turun 0,38%, indeks Shanghai turun 0,01%, dan indeks Strait Times turun 0,02%.

Bursa saham Benua Kuning mengekor laju Wall Street yang juga ditutup melemah pada dini hari tadi: indeks Dow Jones turun 0,81%, S&P 500 turun 0,76%, dan Nasdaq turun 0,9%.

Saham-saham sektor keuangan menjadi penyebab merahnya bursa saham New York. Di Dow Jones, indeks sektor finansial anjlok 1,68%, sementara di S&P 500 jatuh 1,12%.

Tekanan terhadap sektor finansial datang dari pernyataan Maxine Waters, Anggota House of Representative AS dari Partai Demokrat yang kemungkinan akan menjabat sebagai Ketua Komisi Perbankan. Waters menegaskan tidak akan ada pelonggaran regulasi selama dia menjabat nantinya.

Selain itu, saham Apple yang terkoreksi 2,82% ikut memberikan tekanan bagi Wall Street. Saham Apple jatuh lantaran downgrade yang diberikan oleh para sekuritas. Guggenheim menurunkan rating saham Apple menjadi netral, dari yang sebelumnya beli. Sementara itu, UBS memotong target harga untuk saham Apple menjadi US$ 225/saham, dari yang sebelumnya US$ 240/saham.

Di sisi lain, sejumlah sentimen positif mewarnai perdagangan hari ini. Dari Benua Biru, pada dini hari tadi Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil mengamankan dukungan dari kabinetnya terkait dengan draf perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit).

"Keputusan kolektif hari ini adalah kabinet menyepakati draft perjanjian pengunduran diri. Saya percaya dengan kepala dan hati saya bahwa keputusan ini adalah yang terbaik bagi kepentingan Inggris," kata PM May dalam pengumuman seusai rapat kabinet yang berlangsung selama 5 jam.

Salah satu poin penting dalam draf ini adalah disetujuinya masa transisi yang bisa diperpanjang paling lambat pada pertengahan 2020. Selama masa transisi berlaku, kerja sama yang selama ini berlaku antara Inggris dengan Uni Eropa seperti di bidang perdagangan dan imigrasi akan tetap dijalankan, memberikan kepastian bagi dunia usaha sembari menyiapkan diri untuk perceraian sesungguhnya nanti.

Kemudian, data ekonomi yang positif di China juga menjadi kabar baik bagi bursa saham Asia. Kemarin (14/11/2018), Investasi Aset Tetap periode Januari-Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 5,7% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,5% YoY. Produksi industri periode Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 5,9% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,7% YoY.

Positifnya data ekonomi di China mengindikasikan bahwa perang dagang yang tengah berkecamuk dengan AS belum bisa menekan perekonomiannya secara signifikan.

Sebagai informasi, pada September 2018, AS resmi mengenakan bea masuk 10% atas importasi produk asal China senilai US$ 200 miliar. Beijing pun membalas dengan mengenakan bea masuk baru atas importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.

Pada hari ini pukul 13:30 WIB, data pertumbuhan realisasi investasi riil asing hingga Oktober 2018 di China akan diumumkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular