Tertekan RIlis Angka Inflasi, IHSG Hanya Naik Tipis 0,02%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 November 2018 12:50
IHSG hanya naik tipis 0,02% pada akhir perdagangan sesi 1 ke level 5.832,76.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,4%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik tipis 0,02% pada akhir perdagangan sesi 1 ke level 5.832,76.

Penguatan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan menguat untuk mengawali bulan November: indeks Shanghai naik 1,13%, indeks Hang Seng naik 1,84%, indeks Strait Times naik 1,16%, dan indeks Kospi naik 0,4%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,97 triliun dengan volume sebanyak 5,45 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 232.870 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+3,28%), PT Astra International Tbk/ASII (+0,95%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,32%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (+2,22%), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (+4,25%).

Penguatan IHSG terpangkas habis pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi sebesar 0,28% MoM pada Oktober 2018, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,17% MoM.

Sebelum angka inflasi dirilis, IHSG diperdagangkan menguat sebesar 0,41% ke level 5.855,44, sebelum kemudian berangsur-angsur turun ke level 5.832,76 pada akhir sesi 1.

Inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi memberi sinyal bahwa depresiasi rupiah sudah mulai memberikan dampak negatif ke kantong masyarakat Indonesia. Jika masyarakat mengurangi konsumsinya, maka pertumbuhan ekonomi tentu akan tertekan, mengingat konsumsi masyarakat membentuk lebih dari 50% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Merespon hal tersebut, saham-saham sektor barang konsumsi pun kian dilepas oleh investor. Sebelum angka inflasi dirilis, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,19% ke level 2.400,01. Per akhir sesi 1, pelemahannya melebar menjadi 0,7% ke level 2.387,8.

Saham-saham barang konsumsi yang dilepas investor diantaranya: PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk/ULTJ (-5,65%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-2,55%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT/INDF (-1,67%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,07%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,04%).

Di sisi lain, optimisme investor untuk berbelanja di bursa saham Benua Kuning datang dari Wall Street yang ditutup menguat signifikan pada dini hari tadi: indeks Dow Jones naik 0,97%, S&P 500 melesat 1,08%, dan Nasdaq Composite meroket 2,31%.

Dengan berakhirnya bulan Oktober, maka periode yang sulit bagi Wall Street sudah berlalu. Sepanjang bulan lalu, indeks Dow Jones rontok 5,1%, sedangkan S&P 500 dan Nasdaq anjlok masing-masing sebesar 6,9% dan 9,2%.

Selain itu, pelaku pasar juga optimis pasca pertemuan Politburo pada hari Rabu (31/10/2018) yang dipimpin oleh Presiden China Xi Jinping mengindikasikan adanya stimulus tambahan yang sedang disiapkan bagi perekonomian Negeri Panda.

Sebagai informasi, Politburo merupakan sebuah grup yang berisi 25 orang anggota Communist Party of China.

Menurut pernyataan yang dirilis pasca pertemuan selesai digelar, kondisi perekonomian domestik dinyatakan sedang mengalami perubahan, tekanan ke bawah sedang meningkat, dan pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi hal tersebut, seperti dikutip dari Bloomberg.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ank/roy) Next Article Inflasi Kalahkan Ekspektasi, IHSG Tipiskan Kekalahan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular