Dari 3 Besar Emiten CPO, Ternyata Hanya SMAR yang Merugi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 October 2018 16:16
Pada semester-I 2018, SMAR membukukan kerugian senilai Rp 187,5 miliar.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten CPO milik grup Sinar Mas yakni PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk (SMAR) mengejutkan publik pada minggu ini. Masih hangat kalangan investor memperbincangan kasus suap perizinan megaproyek Meikarta yang melibatkan sejumlah pejabat pemerintahan Bekasi, kini SMAR terjebak dalam kasus yang sama.

Kemarin (27/10/2018), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumumkan penetapan Edy Sapurta Suradja yang merupakan Wakil Direktur Utama perusahaan sebagai tersangka kasus suap PT Binasawit Abadi Pratama (BAP) terhadap sejumlah anggota DPRD Kalimantan Tengah. Perlu diketahui, SMAR merupakan induk usaha dari PT BAP dan Edy juga memegang posisi sebagai Direktur di PT BAP.


Mengutip laporan tahunannya, kegiatan bisnis SMAR dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan inti sawit (palm kernel), pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak goreng, margarin, biodiesel dan oleokimia, serta perdagangan produk berbasis kelapa sawit ke seluruh dunia.

SMAR mengelola kebun kelapa sawit di Indonesia seluas 138.700 hektar, termasuk lahan plasma. Selain itu, SMAR juga memiliki 16 pabrik kelapa sawit yang memproses TBS menjadi CPO dan palm kernel, dengan total kapasitas sebesar 4,2 juta ton per tahun.

SMAR termasuk dalam tiga besar perusahaan CPO yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Melansir IDX Monthly Statistics periode September 2018 yang dipublikasikan BEI, kapitalisasi pasar perusahaan per akhir bulan lalu adalah senilai Rp 11,2 triliun, hanya kalah dari PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Sawit Sarana Sumbermas Tbk (SSMS) yang masing-masing memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp 23,9 triliun dan Rp 12,3 triliun.

Secara performa keuangan, ternyata SMAR merupakan satu-satunya yang membukukan kerugian. Per semester-I 2018, perusahaan membukukan kerugian sebesar Rp 187,5 miliar. Padahal, per semester-I 2017 perusahaan masih membukukan keuntungan sebesar Rp 522,6 miliar.

Dari 3 Besar Emiten CPO, Ternyata Hanya SMAR yang MerugiFoto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dari sisi penjualan, perusahaan sebenarnya membukukan pertumbuhan, walaupun tipis saja. Per semester-I 2018, penjualan naik 1,65% secara tahunan menjadi Rp 17,7 triliun.

Kerugian yang diderita perusahaan tak lepas dari rugi selisih kurs yang mencapai Rp 642,05 miliar. Per semester-I 2017, perusahaan masih membukukan keuntungan dari pos ini senilai Rp 81,8 miliar.


Sementara itu, per semester-I 2018, AALI dan SSMS mencatatkan laba bersih masing-masing senilai Rp 783,9 miliar dan Rp 353,7 miliar.

Prospek Emiten CPO Sebenarnya Menarik

Sebenarnya, saham-saham emiten CPO bisa dilirik oleh investor guna meraup keuntungan. Pasalnya, memasuki bulan November, harga CPO sangat mungkin terkerek naik lantaran pada tanggal 7 November India akan memperingati hari raya Diwali. Pada momen tersebut, kebutuhan atas CPO biasanya meningkat signifikan.

India merupakan konsumen CPO terbesar dunia dengan volume mencapai 9,25 juta metrik ton pada tahun 2017, melansir data Statista. Sebagai perbandingan, konsumsi Uni Eropa pada periode yang sama hanya sebanyak 6,35 juta metrik ton.

Namun, khusus untuk saham SMAR, investor hendaknya jangan gegabah dulu. Kasus suap yang saat ini melilit perusahaan sangat mungkin membuat harga sahamnya terjun bebas seperti yang dialami oleh PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK).

Terhitung sejak 15 Oktober 2018 ketika Operasi Tangkap Tangan (OTT) terkait kasus suap perizinan megaproyek Meikarta dilakukan hingga penutupan perdagangan hari Jumat (26/10/2018), harga saham LPCK telah anjlok 12,9%, dari Rp 1.625/saham menjadi Rp 1.415/saham. Harga saham LPCK bahkan sempat mencapai titik terendahnya di level Rp 1.200/saham pada 16 Oktober 2018.

Terlebih, saham SMAR sangat tidak likuid seiring dengan 92,4% kepemilikan sahamnya yang terkonsentrasi kepada PT Purimas Sasmita. Kepemilikan pihak non-pengendali yang begitu rendah membuat dorongan jual yang kecil bisa membuat harga sahamnya turun signifikan, bahkan bukan tak mungkin menyentuh level auto rejection.

Mengutip Yahoo Finance, terakhir kali saham SMAR ditransaksikan adalah pada 8 Oktober 2018 silam.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ank/prm) Next Article Saham Kelapa Sawit Kebakaran!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular