Fundamental Tak Mendukung, Harga CPO Siap Turun 2% Pekan Ini

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
26 October 2018 14:09
Hingga penutupan perdagangan sesi 1 hari ini, harga CPO tercatat sudah melemah sebesar 2,07% di sepanjang pekan ini, secara point-to-point.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia naik tipis 0,09% ke level MYR 2.178/ton pada perdagangan hari ini Jumat (26/10/2018) hingga pukul 11.30 WIB, atau penutupan perdagangan sesi 1.

Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini mampu rebound tipis pasca sebelumnya melemah secara 3 hari berturut-turut. Selain faktor technical rebound, pemulihan harga CPO disokong oleh melemahnya ringgit Malaysia serta harga minyak kedelai yang rebound.

Meski demikian, sejumlah sentimen negatif dari fundamental masih menghantui pergerakan harga CPO. Rebound yang terjadi pun amat terbatas, malah masih ada peluang penurunan di sisa perdagangan hari ini.

Hingga saat ini, harga CPO tercatat sudah melemah sebesar 2,07% di sepanjang pekan ini, secara point-to-point.



Ringgit Malaysia terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 0,17% di pasar spot, hingga pukul 13.13 WIB hari ini. Dengan pergerakan itu, mata uang Negeri Jiran sudah melemah sebanyak 7 hari berturut-turut.

Pelemahan ringgit akan membuat harga CPO menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang asing. Hal ini lantas menjadi sentimen bahwa permintaan ekspor CPO asal Malaysia akan menguat. Saat permintaan diekspektasikan kuat, harga pun menanjak naik.

Kemudian, harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) juga tercatat naik tipis  0,07% hingga pukul 13.00 WIB hari ini. Harga komoditas agrikultur unggulan AS ini mampu rebound pasca melemah 3 hari berturut-turut sebelumnya.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.

Akan tetapi, sejumlah sentimen negatif yang membayangi harga CPO sejak kemarin juga masih ada di permukaan. Terlebih, mayoritas dari sentimen ini bersifat fundamental. Akhirnya, penguatan harga CPO pun terbatas. Apa saja sentimen itu?

Pertama, stok minyak kelapa sawit di Malaysia meningkat 1,5% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke angka 2,54 juta ton pada bulan September, mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Level itu merupakan yang tertinggi dalam 8 bulan terakhir.

Tidak hanya itu, produksi minyak kelapa sawit Malaysia juga naik 14,4% MtM ke 1,85 juta ton pada bulan lalu, yang merupakan level tertingginya dalam 10 bulan terakhir.

Malaysia adalah produsen dan eksportir minyak kelapa sawit nomor 2 di dunia. Oleh karena itu, membanjirnya stok dan produksi di Kuala Lumpur jelas akan menjadi pemberat bagi harga CPO. Bahkan, produksi diperkirakan sejumlah analis masih akan menanjak pada kuartal IV-2018.

Meningkatnya produksi dan stok lantas berhasil menutupi performa ekspor minyak kelapa sawit Made in Malaysia yang sebenarnya cukup positif. Ekspor melambung hingga 47,2% MtM ke 1,62 juta barel pada bulan September, atau merupakan level tertingginya dalam 2 tahun terakhir.

Melonjaknya ekspor didukung oleh permintaan yang kuat dari China dan India. Lemahnya ringgit menyebabkan harga CPO lebih terjangkau oleh pembeli dari Beijing. Sementara, pembelian dari Negeri Bollywood juga meningkat menyusul akan diselenggarakannya festival Diwali pada awal November mendatang.

Pemangkasan pajak ekspor juga menjadi katalis bagi penguatan ekspor. Pemerintah Malaysia memutuskan untuk memangkas pajak ekspor menjadi 0% pada September, dari semula 4,5% di Agustus.

Kedua, perkasanya ekspor minyak kelapa sawit Malaysia nampaknya tidak berlanjut di bulan ini. Mengutip data dari Societe Generale de Surveillance (SGS), ekspor tercatat turun 20,2% MtM pada periode 1-25 Oktober.

Perlambatan ekspor di tengah produksi yang terus tumbuh, tentunya menjadi sentimen bahwa stok minyak kelapa sawit di Kuala Lumpur masih akan melambung. Hal ini jelas menjadi pemberat bagi harga CPO.

Ketiga, hingga pukul 13.30 WIB hari ini, harga minyak jenis Brent yang menjadi acuan di Eropa terkoreksi hingga 0,68%, sementara harga minyak light sweet yang menjadi acuan di AS turun hingga 0,95%.

Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen menurunnya permintaan CPO sebagai bahan baku biofuel. 

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular