Awal Pekan, Harga CPO Putus Tren Koreksi 5 Hari Beruntun

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
24 September 2018 14:37
Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini berhasil memupus pelemahan sepanjang 5 hari berturut-turut sebelumnya
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak acuan di Bursa Derivatif Malaysia tercatat menguat 0,79% ke level MYR2.160/ton pada perdagangan hari ini Senin (24/9/2018) hingga pukul 14.08 WIB.   

Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini berhasil memupus pelemahan sepanjang 5 hari berturut-turut sebelumnya. Di sepanjang pekan lalu, harga CPO bahkan sudah anjlok sebesar 3,55%.

Sentimen yang mampu mengangkat harga CPO di awal pekan datang dari naiknya harga minyak kedelai menjelang akhir pekan lalu, serta menguatnya harga minyak dunia. Meski demikian, penguatan harga terbatas oleh apresiasi nilai tukar ringgit Malaysia.



Harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) yang melaju kencang pada perdagangan akhir pekan lalu. Pada penutupan perdagangan hari Jumat (21/9/2018), harga komoditas agrikultur unggulan Amerika Serikat (AS) ini menguat hingga 1,78%. Kenaikan itu bahkan menjadi yang ketiga harinya secara berturut-turut.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.

Selain itu, harga CPO mendapatkan kekuatan dari kenaikan harga minyak mentah dunia seiring sanksi AS terhadap Iran yang semakin dekat. Banyak analis mengestimasi penurunan ekspor minyak mentah Iran dapat mencapai lebih dari 1 juta barel/hari.

Harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di AS menguat 1,75% ke US$72,02/barel , sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa naik 2,01% ke US$80,38/barel, hingga pukul 14.00 WIB hari ini. Sebagai catatan, harga minyak Eropa pertama kalinya menembus level US$80/barel sejak November 2014.

Kenaikan harga minyak dunia memang cenderung mengerek harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia melambung, produksi biofuel menjadi lebih ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen meningkatnya permintaan CPO sebagai bahan baku biofuel.

Di sisi lain, penguatan harga CPO terbatas oleh penguatan mata uang ringgit Malaysia. Di pasar spot, ringgit naik 0,17% terhadap dolar AS pada akhir pekan lalu. Dalam sepekan terakhir, mata uang Negeri Jiran sudah terapresiasi sebesar 0,22%.

Penguatan ringgit akan membuat harga komoditas CPO (yang diperdagangkan dengan ringgit) akan relatif menjadi lebih mahal. Artinya, muncul persepsi bahwa permintaan impor CPO akan menipis. Persepsi ini lantas membebani penguatan harga CPO siang ini.

Meski demikian, ringgit mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Hingga pukul 14.14 WIB, mata uang ini sudah melemah sebesar 0,12% terhadap dolar AS. Hal ini bisa dimanfaatkan harga CPO untuk menguat lebih lanjut.  

(RHG/gus) Next Article Senyum Bos CPO Kembali Lebar, Ada yang Bangkit Dari Kubur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular