Ambruk di Januari, Diam-Diam Harga CPO Kini Sudah Terbang 10%

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
23 February 2023 10:00
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau kembali menguat di sesi awal perdagangan Kamis (23/2/2023) melanjutkan reli sejak perdagangan kemarin. 

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan menguat 1,5% ke MYR 4.208/ton pada pukul 09:10 WIB. Pada perdagangan Rabu (22/2/2023), harga CPO juga ditutup menguat 0,12% ke posisi MYR 4.146 per ton.

Dengan demikian, dalam sepekan, harga CPO melesat 7,26% secara point-to-point/ptp. Sepanjang Februari 2023, harga CPO juga sudah melambung 10,3%. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Januari 2023 di mana CPO ambles 9%.

Kenaikan harga CPO terjadi seiring dengan kenaikan harga minyak saingannya yakni minyak nabati di tengah kekhawatiran atas hilangnya panen di Argentina yang saat ini dilanda kekeringan.

Untuk diketahui, saat ini Argentina sebagai produsen utama minyak nabati tengah mengalami kekeringan parah sehingga hasil panen berkurang.

Harga soyoil CBOT BOc2 naik 0,13% selama jam Asia setelah naik 1,94% semalam. Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYv1 naik 0,38%, sementara kontrak minyak sawit DCPv1 naik 1,07%.

Dari saingannya yang lain yakni harga minyak dunia justru tengah merosot lebih dari 3%. Ini dipicu oleh kekhawatiran terus-menerus tentang pertumbuhan ekonomi global karena rilis risalah  bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) menunjukkan tren kenaikan suku bunga masih berlanjut.

Melemahnya harga minyak mentah dunia bisa berdampak negatif kepada harga CPO. Sebagai catatan, harga CPO dipengaruhi juga oleh harga minyak mentah karena sama-sama berperan sebagai sumber energi. 

"Harga CPO diramal melemah di kisaran MYR 4.039-4.083 per ton, menyusul kegagalannya menembus titik resisten di MYR 4.196 per to," kata analis Wang Tao yang dikutip Reuters.

Sentimen lain juga datang dari Malaysia. Berdasarkan surat edaran pada situs Dewan Minyak Sawit Malaysia pada Rabu (22/2/2023) memutuskan untuk mempertahankan pajak ekspor bulan Maret untuk minyak sawit mentah sebesar 8% dan menurunkan harga referensi.

Struktur pajak ekspor mulai dari 3% untuk minyak sawit mentah dalam kisaran MYR 2.250 hingga MYR 2.400 per ton. Tarif pajak maksimum ditetapkan sebesar 8% ketika harga melebihi MYR 3.450 per ton.

Di sisi lain, pelaku pasar masih saja menunggu angin segar dari Negeri Tirai Bambu karena Ia merupakan salah satu negara dengan konsumsi CPO terbesar di dunia. Wajar saja ketika ekonominya membaik potensi permintaan terhadap minyak meningkat dan harga CPO pun bakal terdorong naik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Senyum Bos CPO Kembali Lebar, Ada yang Bangkit Dari Kubur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular