Internasional

Presiden Argentina Terjebak di Antara IMF dan Pilpres

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
19 October 2018 15:05
Presiden Argentina berharap bisa meloloskan pemotongan anggaran tambahan di Kongres dan kembali memenangkan pemilu tahun depan.
Foto: Argentine Presidency/Handout via REUTERS
Buenos Aires, CNBC Indonesia - Presiden Argentina Mauricio Macri terbiasa menerima hasil polling negatif di saat ia berjuang mendorong program penghematan yang tidak disukai banyak kalangan. Program tersebut telah memangkas subsidi bahan bakar, menaikkan pajak, dan membuat tagihan utilitas meroket.

Namun, polling yang keluar pekan ini mengandung angka cukup mengkhawatirkan yang bisa menimbulkan masalah bagi Macri. Pasalnya, dia berharap bisa meloloskan pemotongan anggaran tambahan di Kongres dan kembali memenangkan pemilu tahun depan.



Survei terhadap 2.400 warga Argentina oleh perusahaan lokal Management & Fit menunjukkan untuk pertama kalinya sejak Macri memperoleh kemenangan di tahun 2015, 60% warga Argentina memprediksi ekonomi akan "memburuk" atau "lebih buruk" dalam beberapa bulan mendatang. Sebagai perbandingan, hanya 34% penduduk yang memiliki pandangan pesimis semacam itu tahun lalu, dilansir dari Reuters.

Tidaklah mengejutkan jika tingkat penerimaan Macri, yang kini berada di bawah 27%, turun. Sebab, dia ngotot meminta paket bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF) setelah nilai mata uang dan inflasi negara itu anjlok tak terkendali di awal tahun.

Namun, dia meningkatkan pajak ekspor dan mempersiapkan pemangkasan tambahan di berbagai subsidi yang populer, seperti listrik, air, dan bahan bakar penghangat rumah (home heating oil). Polling menunjukkan keputusan itu menyebabkan hilangnya harapan di sebagian pemilih yang bisa merusak upayanya untuk terpilih kembali tahun depan.

Sinyal terbaru dari data resmi menunjukkan bahwa langkah pemerintah untuk kurangi dampak guncangan, termasuk dengan suku bunga acuan 60%, gagal menurunkan inflasi. Pekan ini, pemerintah berkata harga konsumen naik 6,5% di bulan September, menyebabkan bunga 12 bulan menjadi 40,5% dan terus naik.

Untungnya, lawan utama Macri sekaligus mantan presiden populis dari sayap kiri Cristina Fernandez sedang sibuk menghadapi berbagai tuntutan korupsi. Alhasil, keberadaannya pun tidak terlalu mengancam upaya Macri untuk kembali melaju di pemilu 2019.

Berkurangnya modal politik

Fernandez dan Macri sama-sama memiliki dukungan inti sebesar 25%, sehingga masih ada peluang untuk meraup dukungan dari 50% pemilih, kata Mariel Fornoni selaku Kepala dari Management & Fit.

"Ada lubang besar untuk diisi oleh partai lain. Namun partai itu tidak ada sekarang," katanya.

Banyak warga memilih Macri di akhir tahun 2015 karena kampanye pemilunya yang cerdik menawarkan harapan bahwa kebijakan-kebijakan ortodoks akan menarik investasi tradisional. Investasi tersebut diperlukan untuk menghadirkan pertumbuhan berkelanjutan ke perekonomian terbesar ketiga di Amerika Latin itu.

Investasi tidak pernah datang, dan kinerja presiden pun loyo bahkan lebih rendah dari ekspektasi terendah sekalipun.

"Saya tidak pernah yakin pada Macri dan dia masih bisa membuat saya kecewa," kata Ignacio Mazzola, 33 tahun, yang bekerja sebagai pengembang aplikasi kepada Reuters sembari mengantre bersama rekan-rekan kerjanya di tempat makan siang di pusat kota Buenos Aires. Mazzola berkata dia berencana memilih Fernandez jika dia maju di pemilu tahun 2019.

Sesama pengembang aplikasi bernama Axel Romero, 29 tahun, memilih Macri tetapi dengan sedikit antusiasme.


"Saya hampir tidak mengharapkan apapun darinya, tetapi saya tidak menyangka akan jadi seburuk ini," kata Romero. "Anda mungkin berpikir bahwa tingkat kejahatan setidaknya akan turun dengan pemerintah sayap kanan. Namun kemiskinan menimbulkan lebih banyak kejahatan."

Sebagian besar kelompok milenial di restoran itu berkata tidak tahu akan memilih siapa tahun depan.

Tingkat penerimaan Macri sudah turun menjadi 26,8% dari 49,7% setahun lalu, sementara tingkat penolakannya naik menjadi 65,7% dari 42,3%, menurut polling terhadap 2.400 warga Argentina dengan marjin error 2 poin.

Sebagai sinyal dari berkurangnya modal politik, keretakan di koalisi Macri terlihat bulan ini ketika Elisa Carrio, anggota dewan anti korupsi yang berapi-api, menuduhnya lunak terhadap korupsi.

Kehilangan partai Civic Coalition bisa menjadi hantaman bagi kemampuannya untuk meloloskan kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran yang diwajibkan dalam kesepakatan pembiayaan siaga IMF untuk Argentina sebesar US$57 miliar (Rp 866,1 triliun).

Ceroboh
Peso telah mengalami pelemahan sekitar setengah dari nilainya terhadap dolar tahun ini karena berbagai hal yang membuat para investor khawatir dengan pengelolaan ekonomi negara. Hal-hal yang dimaksud termasuk penurunan target inflasi di bulan Desember sampai kesepakatan darurat untuk mempercepat pencairan dana IMF di bulan Agustus.

Di waktu yang sama, defisit primer negara tetap pada proyeksi 2,6% terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun ini, sementara Meksiko berada di jalur untuk mencatatkan surplus fiskal primer di tahun 2018. Brasil, salah satu ekonomi besar di Amerika Latin, juga mengalami defisit yang lebih sedikit ketimbang Argentina.

Presiden Argentina Terjebak di Antara IMF dan PilpresPresiden Argentina Mauricio Macri (Foto: REUTERS/Agustin Marcarian)

Setelah memangkas subsidi utilitas publik sebagai bagian dari upaya fiskal pemerintah, para pembuat kebijakan dinilai ceroboh ketika kenaikan tagihan listrik dan penghangat rumah mendorong inflasi konsumen.

Tingginya upah buruh Argentina, gejolak perserikatan dan sistem keadilan yang lemah menyebabkan para investor takut, meski berbagai perubahan tiba-tiba diterapkan Macri di awal pemerintahannya. Pemerintah menerbitkan obligasi dengan cepat berdasarkan target pertumbuhan ekonomi yang terbukti terlalu optimis.

Dengan IMF, yang menggelontorkan paket bantuan US$57 miliar, serta pasar obligasi yang menyerukan pengurangan defisit, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana Macri bisa meloloskan seluruh program penghematannya di Kongres tanpa mengurangi peluang untuk memenangkan pemilu lagi.

"Bagian terberat dari kenaikan bunga utilitas belum menghantam keuangan dari rata-rata keluarga Argentina," kata Daniel Osorio selaku Kepala Konsultasi di Andean Capital Advisors.

"Ketika itu muncul nantinya di kuartal keempat dan kuartal pertama tahun 2019, saya duga tingkat penerimaan Presiden Macri akan turun secara signifikan dari sekarang. Tentu saja ini menjadi perhatian dalam tahun pemilu," katanya.

[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Peso Anjlok, Argentina Akan Umumkan Kebijakan Ekonomi Baru

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular