
Selamatkan Rupiah, Sri Mulyani Harus Tiru Pendahulunya
Rehia Sebayang & Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
03 October 2018 14:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate yang saat ini sudah mencapai 150 bps akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun pelemahan ini akan dirasakan tahun depan. "Efek dari interest rate baru terjadi 2019-2020. Economy slow down not this year, but next year," ujar Chatib Basri dalam diskusi panel di Hotel Raffles, Rabu (3/10/2018).
Menurut Chatib Basri untuk menahan perlambatan ekonomi opsi yang bisa dijalan pemerintah adalah menjalankan kebijakan yang dilakukan pemerintah sebelumnya.
"Policy options seperti dejavu. Saya tak tahu apakah anda ingat, kalau tak ingat berarti saya Menkeu yang baik. Yang jelas [kebijakan dijalankan] 6 bulan setelah tapper tantrum. Pemerintah dengan BI mau stabilitas, sektor pariwisata berkembang," ujar Chatib Basri.
Pada 2014, pemerintah dengan sengaja melemahkan nilai tukar rupiah hingga 20% karena nilai rupiah sudah overvalue. Makanya pada tahun itu eksportir mengabaikan nilai tukar rupiah di pasar non delivery forward (NDF) Singapura dan kembali menggunakan patokan Jakarta Interbank Spot Dolar Rupiah (JISDOR).
Langkah lainnya, pemerintah membiarkan yield surat utang mengambang untuk menarik investor membeli surat utang pemerintah.
"Asuransi, dapen harus ditarik untuk membeli obligasi pemerintah. Porsi non-residence makin kecil. Ini bukan karena asing diusir," ujar Chatib Basri.
Ekspor barang yang menyerap banyak tenaga kerja di dorong oleh karena itu daya beli naik.
Pemerintah juga memutuskan menaikkan harga BBM. Kenaikannya hingga 40%. "Ada demo besar-besaran [kenaikan BBM]. Waktu itu 3 bulan gak nonton lokal tv dan news. Saya tonton travel and living dan asian food," terang Chatib.
(roy/dru) Next Article Begini Saran Chatib Basri Untuk Selamatkan Rupiah
Namun pelemahan ini akan dirasakan tahun depan. "Efek dari interest rate baru terjadi 2019-2020. Economy slow down not this year, but next year," ujar Chatib Basri dalam diskusi panel di Hotel Raffles, Rabu (3/10/2018).
Menurut Chatib Basri untuk menahan perlambatan ekonomi opsi yang bisa dijalan pemerintah adalah menjalankan kebijakan yang dilakukan pemerintah sebelumnya.
Langkah lainnya, pemerintah membiarkan yield surat utang mengambang untuk menarik investor membeli surat utang pemerintah.
"Asuransi, dapen harus ditarik untuk membeli obligasi pemerintah. Porsi non-residence makin kecil. Ini bukan karena asing diusir," ujar Chatib Basri.
Ekspor barang yang menyerap banyak tenaga kerja di dorong oleh karena itu daya beli naik.
Pemerintah juga memutuskan menaikkan harga BBM. Kenaikannya hingga 40%. "Ada demo besar-besaran [kenaikan BBM]. Waktu itu 3 bulan gak nonton lokal tv dan news. Saya tonton travel and living dan asian food," terang Chatib.
(roy/dru) Next Article Begini Saran Chatib Basri Untuk Selamatkan Rupiah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular