
Chatib Basri: Rupiah akan Melemah Hingga Juni 2019
Rehia Sebayang & Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
03 October 2018 12:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memproyeksikan tekanan pada rupiah akan terjadi hingga Juni 2019. Hal ini dikarenakan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang agresif menaikkan suku bunga acuan.
Hal ini diungkapkan Chatib Basri pada diskusi panel di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
"Financial market mungkin akan bereaksi sampai juni 2019. Pressure terhadap rupiah akan terjadi sampai juni 2019. Kalau rupiah hadapi penguatan, jawaban saya engga," ujarnya.
Menurut Chatib Basri, situasi yang terjadi di AS saat ini berbeda dengan situasi 2007-2008 di mana Fed Fund Rate (FFR) di kisaran 3,5% dan ketika terjadi krisis keuangan global The Fed menurunkan FFR menjadi 0,25%.
"10 tahun terakhir era bunga rendah. The last 10 years false normal world. Dunia semu. The Fed tak boleh di level ini," jelasnya.
Saat ini, lanjut Chatib Basri, The Fed harus lakukan penyesuaian, suku bunga The Fed harus kembali ke level norma. Saat ini FFR 2,25% dan akan dinaikkan lagi secara bertahap sebesar 25 bps sebanyak 3 kali. Akhir 2019, FFR akan di kisaran 3%.
The Fed memang harus menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga perekonomian AS tidak overheating. Pasalnya, Trump mengeluarkan berbagai kebijakan ketika AS berada pada posisi full employment, hampir semua orang bekerja.
Bila lakukan ekspansi fiskal saat semua sumber daya dikerahkan, maka akan naik yang berdampak pada inflasi yang akan menjadi alasan The Fed mempercepat proses kenaikan suku bunga acuan.
Chatib Basri menjelaskan kenaikan FFR harus direspons dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI). BI 7 Days Repo Rate akan harus dinaikkan dan diprediksi kembali ke 7% dan suku bunga kredit akan berada di level 12-13%.
"istilahnya Liverpool we never walk around, kalo hike we never alone. Itu dunia yang nromal, yang terjadi itu kembali ke dunia normal dan cycle ini akan berakhir 2019," terang Chatib.
(roy/dru) Next Article Ekonom: Sentimen FOMC Meeting Batasi Pergerakan Rupiah
Hal ini diungkapkan Chatib Basri pada diskusi panel di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
"Financial market mungkin akan bereaksi sampai juni 2019. Pressure terhadap rupiah akan terjadi sampai juni 2019. Kalau rupiah hadapi penguatan, jawaban saya engga," ujarnya.
Saat ini, lanjut Chatib Basri, The Fed harus lakukan penyesuaian, suku bunga The Fed harus kembali ke level norma. Saat ini FFR 2,25% dan akan dinaikkan lagi secara bertahap sebesar 25 bps sebanyak 3 kali. Akhir 2019, FFR akan di kisaran 3%.
The Fed memang harus menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga perekonomian AS tidak overheating. Pasalnya, Trump mengeluarkan berbagai kebijakan ketika AS berada pada posisi full employment, hampir semua orang bekerja.
Bila lakukan ekspansi fiskal saat semua sumber daya dikerahkan, maka akan naik yang berdampak pada inflasi yang akan menjadi alasan The Fed mempercepat proses kenaikan suku bunga acuan.
Chatib Basri menjelaskan kenaikan FFR harus direspons dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI). BI 7 Days Repo Rate akan harus dinaikkan dan diprediksi kembali ke 7% dan suku bunga kredit akan berada di level 12-13%.
"istilahnya Liverpool we never walk around, kalo hike we never alone. Itu dunia yang nromal, yang terjadi itu kembali ke dunia normal dan cycle ini akan berakhir 2019," terang Chatib.
(roy/dru) Next Article Ekonom: Sentimen FOMC Meeting Batasi Pergerakan Rupiah
Most Popular