
CAD Melebar & Rupiah Melemah, Chatib Basri: RI Tak Krisis
Rehia Sebayang & Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
03 October 2018 13:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri optimistis Indonesia tidak akan jatuh ke dalam krisis meski rupiah akan terus melemah hingga Juni 2019 dan current account defisit (CAD) melebar .
Hal ini disampaikan Chatib Basri di dalam diskusi panel di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
"Apakah akan jadi krisis ekonomi? Enggak, karena sudah dipersiapkan dari Februari. Itu sebabnya kita tidak lihat orang rame-rame ke money changer. kepanikan gak terjadi karena orang sudah terbiasa dengan flexible exchange rate," ujar Chatib Basri.
"Banyak yang bilang masalahnya di CAD. Di zaman Soeharto CAD 4%, gak krisis. New Zeland CAD 4%, gak krisis."
Chatib Basri menjelaskan CAD melebar karena defisit di sektor minyak dan gas. Pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat. Terjadi disparitas harga internasional dengan harga domestik. Harga minyak WTI hari ini sudah menyentuh US$75 per barel sementara harga acuan pemerintah US$48 per barel.
Disparitas kemudian melebar saat menjual BBM, harusnya dengan kenaikan harga minyak harga BBM juga ikut disesuaikan tapi praktiknya di Indonesia harga BBM tidak naik sampai 2019.
"Alhasil diselundupkan ke Papua, mungkin Timor Leste. Margin price 50%. Gak ada bisnis di Indonesia yang profit margin 50%. Pemerintah harusnya lebih fokus mengendalikan impor migas ketimbang mengendalikan impor barang modal. Ini tahun politik, harus berbelok," tambah Chatib Basri.
Chatib Basri menambahkan beberapa negara seperti Kanada dan Australia juga mengurangi ketergantungan pembiayaan dari dana portopolio. Mereka aktif mengembangkan investasi langsung dengan membangun pabrik. Sementara Indonesia sangat tergantung pada dana portopolio.
Hal in berdampak pada pelemahan rupiah ketika The Fed melakukan normalisasi suku bunga. Bagi eksportir pelemahan rupiah menggembirakan sementara bagi importir jadi masalah. Hampir 50% belanja modal mereka dalam dolar AS yang mahal. Dampaknya bisa mempengaruhi laba importir.
"Untungnya situasi berjalan (pelemahan nilai tukar) dari Februari, sehingga banyak yang lakukan adjustment. sektor ini akan terpukul seperti otomotif. inflasi mungkin ga akan naik sekarang karena pengiriman masih [gunakan] exchage rate lama, tetapi Desember pake exchange rate baru," jelas Chatib Basri.
"Pilihannya ada pass through ke konsumen, atau tahan dulu harga sehingga kompetitor kalah sehigga bisa capture market share. Tapi profit margin akan berkurang. Ini terjadi setelah pemilu." ujar chatib Basri.
(roy/gus) Next Article Suku Bunga Naik, Chatib Basri: Pertumbuhan Ekonomi Terganggu
Hal ini disampaikan Chatib Basri di dalam diskusi panel di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
"Apakah akan jadi krisis ekonomi? Enggak, karena sudah dipersiapkan dari Februari. Itu sebabnya kita tidak lihat orang rame-rame ke money changer. kepanikan gak terjadi karena orang sudah terbiasa dengan flexible exchange rate," ujar Chatib Basri.
Chatib Basri menjelaskan CAD melebar karena defisit di sektor minyak dan gas. Pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat. Terjadi disparitas harga internasional dengan harga domestik. Harga minyak WTI hari ini sudah menyentuh US$75 per barel sementara harga acuan pemerintah US$48 per barel.
Disparitas kemudian melebar saat menjual BBM, harusnya dengan kenaikan harga minyak harga BBM juga ikut disesuaikan tapi praktiknya di Indonesia harga BBM tidak naik sampai 2019.
Chatib Basri menambahkan beberapa negara seperti Kanada dan Australia juga mengurangi ketergantungan pembiayaan dari dana portopolio. Mereka aktif mengembangkan investasi langsung dengan membangun pabrik. Sementara Indonesia sangat tergantung pada dana portopolio.
Hal in berdampak pada pelemahan rupiah ketika The Fed melakukan normalisasi suku bunga. Bagi eksportir pelemahan rupiah menggembirakan sementara bagi importir jadi masalah. Hampir 50% belanja modal mereka dalam dolar AS yang mahal. Dampaknya bisa mempengaruhi laba importir.
"Untungnya situasi berjalan (pelemahan nilai tukar) dari Februari, sehingga banyak yang lakukan adjustment. sektor ini akan terpukul seperti otomotif. inflasi mungkin ga akan naik sekarang karena pengiriman masih [gunakan] exchage rate lama, tetapi Desember pake exchange rate baru," jelas Chatib Basri.
"Pilihannya ada pass through ke konsumen, atau tahan dulu harga sehingga kompetitor kalah sehigga bisa capture market share. Tapi profit margin akan berkurang. Ini terjadi setelah pemilu." ujar chatib Basri.
(roy/gus) Next Article Suku Bunga Naik, Chatib Basri: Pertumbuhan Ekonomi Terganggu
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular