Suku Bunga Naik, Chatib Basri: Pertumbuhan Ekonomi Terganggu

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
16 August 2018 19:32
Menurut mantan Menteri keuangan ini menaikkan suku bunga acuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Foto: CNBC Indonesia/Lidya Julita S
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo sebesar 25 bps ke 5,5%. Salah satu alasan kenaikan suku bunga adalah untuk meredam pelemahan rupiah dan imbal hasil Indonesia tetap menarik di mata investor.

Selain itu, keputusan tersebut juga bertujuan untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan (current accout deficit/CAD). Kenaikan suku bunga diharapkan bisa memicu pembalikan arus modal dan akhirnya bisa membiayai CAD yang semakin membengkak.

Ekonom Chatib Basri mengatakan, keputusan bank sentral menaikkan suku bungan sebanyak 25 bps adalah keputusan yang tepat dan memang seharusnya dilakukan untuk menolong nilai tukar rupiah.

Meski demikian ia menilai bahwa dengan keputusan ini, maka pemerintah harus rela pertumbuhan ekonomi berpotensi terganggu. Ini adalah pilihan, jika ingin menyelamatkan mata uang garuda di tengah ketidakpastian global.

"Dari awal kan memang mesti milih apakah kita mau stabil (rupiah) tapi pertumbuhan ekonomi agak terganggu atau rupiah tetap dilemahin atau enggak stabil," ungkapnya di Jakarta, Kamis (16/8/2018).

Mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 ini menekankan, jika tidak ingin pertumbuhan ekonomi terganggu, tidak usah menaikkan suku bunga. Ia menilai memang harus ada risiko apalagi ditengah tantangan global yang dihadapi hampir oleh semua negara emerging market (pasar negara berkembang).

"Kalau tidak mau pertumbuhan ekonomi terganggu, ya enggak usah dinaikan. Itu pilihan. Menurut saya yang penting stabil," kata dia.



(roy) Next Article Simak! Ramalan BI soal Ekonomi 2022 & Kebijakan Suku Bunga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular