
Internasional
Krisis Shadow Banking, Bank Sentral India Akan Abaikan Rupee?
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
02 October 2018 15:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat mata uang India, rupee, berada di level terendahnya sepanjang sejarah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu terakhir, bank sentral India diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya demi menahan laju pelemahan tersebut.
Rupee telah menjadi mata uang Asia dengan kinerja terburuk tahun ini dan kehilangan sekitar 14% nilainya terhadap greenback akibat kenaikan suku bunga acuan di AS.
Namun, sejumlah masalah baru di sektor keuangan dapat membuat bank sentral Reserve Bank of India (RBI) membiarkan saja mata uang itu terus melemah tanpa bantuan dan memilih mempertahankan suku bunga. RBI dijadwalkan untuk mengumumkan keputusan kebijakan moneternya hari Jumat pekan ini.
"RBI mungkin akan tetap menahan [suku bunga acuannya] pada pertemuan mendatang, berlawanan dengan konsensus," analis dari Mizuho Bank menulis dalam catatan risetnya hari Senin.
"RBI tampaknya tidak akan menaikkan bunga acuannya hanya untuk melindungi (rupee India) kecuali ada bukti jelas bahwa mata uang yang lebih lemah telah mendorong inflasi impor."
Alasan bank sentral akan membiarkan mata uangnya terus merana adalah sikap RBI yang lebih mengkhawatirkan stabilitas lembaga keuangan India, menurut para analis. Kekhawatiran-kekhawatiran itu telah muncul selama beberapa bulan.
Tetapi beberapa minggu terakhir kecemasan itu telah mencapai puncaknya dengan hampir runtuhnya pemberi pinjaman non-bank yang disebut Infrastructure Leasing and Financial Services (IL&FS).
Perusahaan itu adalah perusahaan pembiayaan infrastruktur besar yang gagal membayar beberapa utangnya dan memicu serangkaian gagal bayar lanjutan dan penurunan peringkat.
Pada gilirannya, investor menjual obligasi dan saham di ruang keuangan non-bank yang dikenal sebagai sektor perbankan gelap atau shadow banking. Hal tersebut dilakukan karena khawatir masalah seperti itu akan meluas dalam industri keuangan.
Perusahaan-perusahaan pembiayaan non-bank telah menjadi sumber pinjaman bagi perusahaan-perusahaan India saat bank-bank mengerem laju penyaluran pinjaman untuk membersihkan aset-aset bermasalah mereka senilai sekitar US$150 miliar (Rp 2.258 triliun).
Sekarang ada lebih dari 11.400 perusahaan perbankan gelap dengan neraca gabungan senilai sekitar 22,1 triliun rupee (US$304 miliar). Portofolio pinjaman mereka juga telah tumbuh hampir dua kali lipat dari laju bank, menurut Reuters.
Pada 2017, pemberi pinjaman tersebut menyumbang 66% dari dana yang disediakan untuk sektor komersial India, naik dari 44% di tahun sebelumnya, menurut laporan dari Radhika Rao, ekonom di DBS Group Research.
Tetapi pemberi pinjaman non-bank mungkin merasa lebih sulit untuk mencari sumber dana setelah default IL&FS karena para investor menjauh dari sektor ini. Dan tidak seperti bank, perusahaan-perusahaan itu biasanya tidak diizinkan memegang deposito dan tidak memiliki akses ke jaringan luas pendanaan antarbank.
Masalah dalam ruang perbankan gelap ini menambah kekhawatiran bahwa sektor keuangan secara keseluruhan di India mungkin merasa lebih sulit untuk mendukung ekonomi yang tumbuh cepat.
India memiliki perekonomian yang terbesar ketiga di Asia dengan sekitar 2 triliun dolar dan diperkirakan akan meningkat sebesar 7,3% tahun ini. Salah satu pertumbuhan paling cepat secara global, menurut laporan Bank Dunia pada Juni.
Beberapa analis memperkirakan bank sentral akan memprioritaskan perbaikan sektor keuangan dalam pertemuan kebijakannya minggu ini dan memperkirakan tidak ada perubahan pada suku bunga India. Peningkatan suku bunga akan lebih menyulitkan bisnis dan rumah tangga untuk membayar utang mereka serta mengurangi ketersediaan dana yang akan merugikan sektor keuangan lebih lanjut.
"Kami percaya bahwa stabilitas keuangan adalah perhatian yang lebih mendesak," tulis Shashank Mendiratta, seorang ekonom di ANZ, dalam catatan riset pekan lalu.
"Meskipun kombinasi harga minyak yang lebih tinggi dan rupee yang lemah telah menimbulkan kekhawatiran tentang jalur inflasi, inflasi yang menurun baru-baru ini menunjukkan bahwa RBI dapat menunggu dan melihat. Menstabilkan rupee dengan menaikkan suku bunga tidak tampak mendapat perhatian serius dalam agenda."
Namun, para analis yang memiliki pemikiran seperti itu tampaknya masih minoritas.
Sebuah survei Reuters dari 64 ahli menemukan bahwa 29 dari mereka memperkirakan suku bunga acuan India akan tetap pada 6,5%, sementara 35 lainnya memperkirakan kenaikan antara 25 dan 50 basis poin.
(prm) Next Article Tahan Pelemahan Rupee, India Naikkan Bea Impor 19 Barang
Rupee telah menjadi mata uang Asia dengan kinerja terburuk tahun ini dan kehilangan sekitar 14% nilainya terhadap greenback akibat kenaikan suku bunga acuan di AS.
Namun, sejumlah masalah baru di sektor keuangan dapat membuat bank sentral Reserve Bank of India (RBI) membiarkan saja mata uang itu terus melemah tanpa bantuan dan memilih mempertahankan suku bunga. RBI dijadwalkan untuk mengumumkan keputusan kebijakan moneternya hari Jumat pekan ini.
"RBI tampaknya tidak akan menaikkan bunga acuannya hanya untuk melindungi (rupee India) kecuali ada bukti jelas bahwa mata uang yang lebih lemah telah mendorong inflasi impor."
Alasan bank sentral akan membiarkan mata uangnya terus merana adalah sikap RBI yang lebih mengkhawatirkan stabilitas lembaga keuangan India, menurut para analis. Kekhawatiran-kekhawatiran itu telah muncul selama beberapa bulan.
![]() Mata uang India, rupee. |
Perusahaan itu adalah perusahaan pembiayaan infrastruktur besar yang gagal membayar beberapa utangnya dan memicu serangkaian gagal bayar lanjutan dan penurunan peringkat.
Pada gilirannya, investor menjual obligasi dan saham di ruang keuangan non-bank yang dikenal sebagai sektor perbankan gelap atau shadow banking. Hal tersebut dilakukan karena khawatir masalah seperti itu akan meluas dalam industri keuangan.
Perusahaan-perusahaan pembiayaan non-bank telah menjadi sumber pinjaman bagi perusahaan-perusahaan India saat bank-bank mengerem laju penyaluran pinjaman untuk membersihkan aset-aset bermasalah mereka senilai sekitar US$150 miliar (Rp 2.258 triliun).
Sekarang ada lebih dari 11.400 perusahaan perbankan gelap dengan neraca gabungan senilai sekitar 22,1 triliun rupee (US$304 miliar). Portofolio pinjaman mereka juga telah tumbuh hampir dua kali lipat dari laju bank, menurut Reuters.
Pada 2017, pemberi pinjaman tersebut menyumbang 66% dari dana yang disediakan untuk sektor komersial India, naik dari 44% di tahun sebelumnya, menurut laporan dari Radhika Rao, ekonom di DBS Group Research.
Tetapi pemberi pinjaman non-bank mungkin merasa lebih sulit untuk mencari sumber dana setelah default IL&FS karena para investor menjauh dari sektor ini. Dan tidak seperti bank, perusahaan-perusahaan itu biasanya tidak diizinkan memegang deposito dan tidak memiliki akses ke jaringan luas pendanaan antarbank.
Masalah dalam ruang perbankan gelap ini menambah kekhawatiran bahwa sektor keuangan secara keseluruhan di India mungkin merasa lebih sulit untuk mendukung ekonomi yang tumbuh cepat.
India memiliki perekonomian yang terbesar ketiga di Asia dengan sekitar 2 triliun dolar dan diperkirakan akan meningkat sebesar 7,3% tahun ini. Salah satu pertumbuhan paling cepat secara global, menurut laporan Bank Dunia pada Juni.
![]() Negara dengan kurs mata uang paling lemah |
"Kami percaya bahwa stabilitas keuangan adalah perhatian yang lebih mendesak," tulis Shashank Mendiratta, seorang ekonom di ANZ, dalam catatan riset pekan lalu.
"Meskipun kombinasi harga minyak yang lebih tinggi dan rupee yang lemah telah menimbulkan kekhawatiran tentang jalur inflasi, inflasi yang menurun baru-baru ini menunjukkan bahwa RBI dapat menunggu dan melihat. Menstabilkan rupee dengan menaikkan suku bunga tidak tampak mendapat perhatian serius dalam agenda."
Namun, para analis yang memiliki pemikiran seperti itu tampaknya masih minoritas.
Sebuah survei Reuters dari 64 ahli menemukan bahwa 29 dari mereka memperkirakan suku bunga acuan India akan tetap pada 6,5%, sementara 35 lainnya memperkirakan kenaikan antara 25 dan 50 basis poin.
(prm) Next Article Tahan Pelemahan Rupee, India Naikkan Bea Impor 19 Barang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular