Internasional

Rupee India di Rekor Terendah tapi Ekspor Tetap Tak Bergairah

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 September 2018 18:25
Rupee telah anjlok 11,8% sejak awal tahun ini.
Foto: REUTERS/Francis Mascarenhas
Mumbai, CNBC Indonesia - Mata uang India, rupee, pada Senin (3/9/2017) mencapai titik terendah dalam sejarah dan diperdagangkan di 71,21 terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Belum ada tanda-tanda bank sentral India, Reserve Bank of India (RBI), akan turun tangan membendung penurunan mata uang India di pasar.

Rupee telah anjlok 11,8% sejak awal tahun ini.

Dengan demikian, rupee termasuk salah satu dari lima mata uang berkinerja terburuk di pasar negara berkembang setelah peso Argentina, lira Turki, real Brasil dan rand Afrika Selatan.

Rupee telah anjlok 21,7% sejak Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa dan bergerak dari 58,51 terhadap dolar pada 23 Mei 2014, menjadi 71,21 pada hari Senin, tulis Telegraph India.



Pemerintah dan bank sentral berusaha untuk tidak terpengaruh pelemahan itu dan percaya bahwa kekuatan pasar dapat menentukan nilai rupee. Pemerintah dan bank sentral juga menolak untuk bertindak dan menopang rupee sepanjang depresiasi itu terjadi secara bertahap.

Lonjakan harga minyak mentah global dan risiko penularan dari krisis mata uang di Argentina dan Turki telah memperdalam kekhawatiran ekonomi global, yang sudah terguncang setelah Presiden AS Donald Trump mengkritik dan meminta perombakan sistem perdagangan dunia.

Trump telah berusaha untuk menegosiasikan kembali kesepakatan perdagangan dengan negara-negara tetangganya di Amerika Utara (NAFTA), menerapkan bea masuk impor senilai lebih dari US$200 miliar dari China pada awal pekan ini, dan mengancam untuk keluar dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) jika kesepakatan "gagal dibentuk".

Pemerintahan Modi percaya bahwa jatuhnya rupee bukanlah hal yang buruk dan akan membantu eksportir menjual barang mereka di pasar luar negeri.

Sayangnya hal itu tidak terbukti karena rupee telah terdepresiasi 21,7% sejak Modi memerintah pada Mei 2014 dan ekspor dalam dolar telah anjlok 3,5% selama periode itu, dari US$314,40 miliar menjadi US$303,52 miliar.

Jelas, penurunan nilai rupee belum mendongkrak ekspor dalam empat tahun terakhir. Ekspor benar-benar merosot ke US$262,29 miliar pada 2015-2016, yang merupakan penurunan 16,5% dari US$314,40 miliar pada 2013-2014. Saat itu merupakan titik terendah untuk ekspor selama Modi menjabat.

Situasi ini telah membuat para pedagang dan importir valas khawatir tentang sampai seberapa jauh rupee akan dibiarkan melemah.

"Rupee India diperkirakan akan tetap bearish terhadap dolar AS dan bisa menyentuh level 71,40 hingga 71,50 karena harga minyak kembali naik lebih tinggi," kata IFA Global dalam laporan penelitian, melansir Telegraph India.

Bank HDFC meramalkan rupee akan diperdagangkan pada kisaran antara 70 dan 72 di bulan September terhadap dolar, turun tajam dari proyeksi sebelumnya yang 68 sampai 69.

Namun, ia merasa bahwa rupee akan diperdagangkan di antara 70 dan 71 terhadap dolar pada Desember dan tetap pada level itu hingga Maret tahun depan.

Laporan HDFC juga telah menurunkan estimasi untuk ekspor di tahun fiskal ini menjadi US$332 miliar dari sebelumnya US$338 miliar.

Ada beberapa alasan mengapa rupee akan terus melemah terhadap dolar, menurut HDFC, yaitu:

• Krisis di Turki sepertinya tidak akan segera teratasi.
• Harga minyak akan tetap di kisaran US$73-78 per barel karena perang dagang dan sanksi terhadap Iran memperburuk risiko.
• RBI tidak akan mempertahankan rupee secara agresif, yang jelas karena laju intervensi telah melambat.
• Arus dana investor institusi asing telah meningkat tetapi tren dan prospeknya tidak kuat.
• Tekanan politik di dalam negeri dapat menimbulkan ketidakpastian bagi rupee.
(prm) Next Article Rupee Kembali Anjlok ke Posisi Terendah Sepanjang Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular