Internasional

Rupee Kembali Anjlok ke Posisi Terendah Sepanjang Sejarah

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
30 August 2018 14:20
Mata uang India, rupee, kembali rontok ke posisi terendahnya sepanjang sejarah hari Kamis (30/8/2018) pagi.
Foto: REUTERS/Thomas White
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang India, rupee, kembali rontok ke posisi terendahnya sepanjang sejarah hari Kamis (30/8/2018) pagi.

Anjloknya mata uang ini, menurut ekonom, disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia, sentimen negatif terkait pasar negara berkembang, dan kuatnya permintaan dolar Amerika Serikat (AS) di akhir bulan.

Rupee tergelincir ke posisi 70,81 terhadap dolar AS setelah melemah menjadi 70,745 sehari sebelumnya. Dengan demikian, mata uang ini telah melemah 10,97% sejak awal tahun ini, CNBC International melaporkan.

"Pelemahan ini menambah kekhawatiran investasi yang terus meningkat terkait pasar negara berkembang secara umum, serta pelebaran defisit transaksi berjalan yang disebabkan oleh harga minyak yang lebih tinggi," menurut sebuah laporan dri Deutsche Bank Wealth Management hari Kamis.


Harga minyak yang lebih mahal menyebabkan beban impor yang lebih besar bagi India. India adalah pengimpor besar minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Kenaikan harga minyak juga menyebabkan pelebaran defisit transaksi berjalan.

Harga minyak telah melonjak 7% sejak pertengahan Agustus, tulis ekonom DBS Radhika Rao dalam sebuah catatan riset setelah rupee anjlok hari Rabu. Sejalan dengan itu, permintaan dolar di akhir bulan juga ikut menambah dalam depresiasi rupee.

Rupee juga telah tertekan oleh krisis mata uang Turki, lira.

Saat ini, kata Rao, India dapat memilih untuk menyimpan amunisi mereka untuk digunakan saat kondisi global lainnya menyebabkan berlanjutnya pelemahan dan memerlukan intervensi bank sentral.

"Dengan The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunganya secara bertahap di sisa 2018 dan di 2019, ketakutan perang dagang yang masih membayangi, dan melonjaknya permintaan dolar dalam negeri... gejolak itu masih akan ada," tulisnya.

Laporan Deutsche Bank Wealth Management bahkan memperkirakan rupee akan kembali terdepresiasi hingga 74 per dolar pada Juni tahun depan.

"Selain defisit transaksi berjalan yang lebih tinggi, penguatan dolar AS (dan yield surat utang AS yang lebih tinggi) dan defisit fiskal pemerintah yang diperkirakan makin lebar menjelang tahun pemilu dapat terus membebani mata uang," tulis lembaga ini.
(wed) Next Article Rupee India Kembali Jatuh ke Rekor Terendah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular