Cermati! Dari The Fed sampai PPh Impor, Ini Risiko Ekonomi RI

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
21 September 2018 13:44
Meskipun berbagai ketidakpastian global akan membayangi perekonomian Indonesia di masa depan, Bank Dunia tetap optimistis ekonomi domestik akan tetap positif.
Foto: Frederico Gil Sander, kepala ekonom Bank Dunia untuk Indonesia (CNBC Indonesia/ Esther Natalia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun berbagai ketidakpastian global akan membayangi perekonomian Indonesia di masa depan, Bank Dunia (World Bank/ WB) tetap optimistis ekonomi domestik akan tetap tumbuh positif. Hal ini disebabkan oleh kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dan tingginya permintaan dalam negeri.

Lembaga internasional yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS), ini memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2% tahun ini dan tahun depan serta sedikit naik menjadi 5,3% di tahun 2020, menurut laporan Indonesia Economic Quarterly 2018 yang diterbitkan hari Kamis (20/9/2018).



Naiknya konsumsi rumah tangga di tahun politik dan terkontrolnya inflasi disebut Bank Dunia sebagai salah satu motor pertumbuhan 2019. Selain itu, membaiknya ruang fiskal pemerintah akan ikut mendorong kenaikan belanja negara. Investasi juga diharapkan tetap kuat dan meningkat, terutama seiring dengan berkurangnya ketidakpastian politik setelah pemilu berakhir.

Pemerintah sendiri telah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini ada di kisaran 5,4% sebagaimana tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Tahun depan, produk domestik bruto (PDB) diperkirakan dapat tumbuh 5,2%.

Namun, beberapa risiko dari dalam maupun luar negeri tetap membayangi ekonomi dalam negeri.

Dari The Fed sampai PPh Impor, Ini Risiko bagi Ekonomi RIFoto: Kiri-kanan: Lead Economist Frederico Gil Sander, Country Director Rodrigo A.Chaves, Senior Urban Economist Marcus Lee (CNBC Indonesia/Ester Christine Natalia)
Risiko eksternal termasuk berlanjutnya ketidakpastian keuangan global dan melemahnya keyakinan konsumen.

"Normalisasi kebijakan moneter AS serta ketidakpastian yang datang dari negara-negara berkembang, seperti Argentina dan Turki, dikhawatirkan akan mendorong investor keluar dari pasar Indonesia," tulis laporan tersebut.

Hal ini akan membuat rupiah terus melemah sehingga akan berisiko menyebabkan turunnya keyakinan konsumen dan naiknya inflasi. Kenaikan suku bunga obligasi akan membuat berbagai perusahaan kesulitan memenuhi kewajibannya.

Di tengah derasnya arus keluar modal asing, pemerintah dan bank sentral diperkirakan akan ikut mengetatkan kebijakan fiskal dan moneternya yang dapat menghambat pertumbuhan PDB dalam jangka pendek dan menengah.




Salah satu upaya pemerintah untuk menahan pelemahan rupiah, yaitu pembatasan impor dan pengenaan pajak penghasilan (PPh) untuk impor barang konsumsi, justru akan menjadi risiko bagi perekonomian Indonesia. Penghentian proyek infrastruktur demi mengurangi impor dikhawatirkan dapat membebani potensi pertumbuhan dan menghambat pembangunan infrastruktur Indonesia dalam jangka panjang.

"Sementara itu, kenaikan PPh impor dapat menimbulkan inflasi dan melemahkan daya beli konsumen," bunyi laporan itu.


(dru) Next Article Bank Dunia Sebut Ekonomi Global Melambat di 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular