Internasional
Perang Dagang Memanas, China Lepas Obligasi AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
19 September 2018 11:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepemilikan China atas surat berharga Amerika Serikat (AS) anjlok ke posisi terendah dalam enam bulan, yakni US$1,171 triliun (Rp 16.390 triliun) di bulan Juli dari US$1,178 triliun di bulan Juni.
Data tersebut dipantau dengan ketat karena membuang surat utang AS dipandang sebagai satu cara yang bisa digunakan China untuk membalas AS dalam perang dagang yang kini berkecamuk. Namun, para strategis obligasi skeptis China akan benar-benar menyampaikan pesan tersebut dengan cara seperti ini.
China adalah pemegang surat utang AS yang terbesar, disusul oleh Jepang. Surat utang milik Jepang naik menjadi US$1,04 triliun dari US$1,03 triliun di bulan Juni.
"Ini adalah kesalahan pembulatan. Jika China akan menunjukkan ketidakpuasan mereka karena tarif, bukan ini caranya," kata Andrew Brenner dari National Alliance, dikutip dari CNBC International. "Apakah China lebih memilih memiliki surat utang tenor dua tahun dengan [imbal hasil/ yield] 2,80% atau obligasi Jerman tenor 2 tahun dengan yield 0,53%? China tidak akan menunjukkan protesnya di [instrumen] ini."
Para strategis mengatakan China lebih mungkin membalas tarif impor AS dengan memberi bea masuk terhadap produk-produk AS, hal yang memang sudah dilakukan. Beberapa pendukung pasar yakin China akan menggunakan mata uangnya sebagai senjata sebelum membuang surat utang Negeri Paman Sam.
"Sejauh ini, respons China menunjukkan mereka benar-benar tidak ingin ini menjadi terlalu jauh. Jika perang dagang benar-benar pecah, yang mana belum terjadi, maka tidak ada alasan mereka akan menggunakan segala cara untuk menyelesaikannya," kata Ward McCarthy, Kepala Ekonom Keuangan di Jefferies.
Yield obligasi AS dengan tenor dua tahun naik ke posisi tertinggi dalam satu hari, yakni 2,80%.
(prm) Next Article Awas Babak Baru Perang Dagang AS-China Gegara Tomat & Kapas
Data tersebut dipantau dengan ketat karena membuang surat utang AS dipandang sebagai satu cara yang bisa digunakan China untuk membalas AS dalam perang dagang yang kini berkecamuk. Namun, para strategis obligasi skeptis China akan benar-benar menyampaikan pesan tersebut dengan cara seperti ini.
China adalah pemegang surat utang AS yang terbesar, disusul oleh Jepang. Surat utang milik Jepang naik menjadi US$1,04 triliun dari US$1,03 triliun di bulan Juni.
Para strategis mengatakan China lebih mungkin membalas tarif impor AS dengan memberi bea masuk terhadap produk-produk AS, hal yang memang sudah dilakukan. Beberapa pendukung pasar yakin China akan menggunakan mata uangnya sebagai senjata sebelum membuang surat utang Negeri Paman Sam.
"Sejauh ini, respons China menunjukkan mereka benar-benar tidak ingin ini menjadi terlalu jauh. Jika perang dagang benar-benar pecah, yang mana belum terjadi, maka tidak ada alasan mereka akan menggunakan segala cara untuk menyelesaikannya," kata Ward McCarthy, Kepala Ekonom Keuangan di Jefferies.
Yield obligasi AS dengan tenor dua tahun naik ke posisi tertinggi dalam satu hari, yakni 2,80%.
(prm) Next Article Awas Babak Baru Perang Dagang AS-China Gegara Tomat & Kapas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular