Internasional

Pertumbuhan Ekonomi Turki Turun, Krisis Lira Jadi Risiko

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
10 September 2018 18:35
Pertumbuhan ekonomi Turki melambat menjadi 5,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) di kuartal kedua.
Bendera Turki (Foto: REUTERS/Kemal Aslan)
Istanbul, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Turki melambat menjadi 5,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) di kuartal kedua, menurut data yang ditunjukkan pada hari Senin (10/9/2018) dan dilansir dari Reuters. Para pejabat menyebutnya sebagai penyeimbangan ekonomi sebelum melambat di semester kedua karena Turki bergulat dengan krisis keuangan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengalami pertumbuhan kuat selama 15 tahun masa kepemimpinannya, tetapi saat ini perekonomian menghadapi tantangan setelah lira turun tajam. Penurunan itu sebagian dipicu oleh kekhawatiran tentang pengaruh sang presiden terhadap kebijakan moneter.



Dalam polling Reuters, ekonomi diprediksi tumbuh 5,3% di kuartal kedua. Lira menguat menjadi 6.4550 terhadap dolar dari 6.4850.

Produk domestik bruto (PDB) di kuartal kedua tumbuh secara musiman dan sesuai kalender 0,9% dari kuartal sebelumnya, menurut data dari Turkish Statistical Institute. Untuk diketahui, ekonomi tumbuh 7,4% tahun lalu.

Pertumbuhan didorong oleh permintaan domestik meski terdapat sedikit perlambatan konsumsi dan investasi di kuartal kedua. Namun, perlambatan akan semakin terlihat sejak kuartal ketiga, kata Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak.

[Gambas:Video CNBC]
Piotr Matys, Strategis Bursa Mata Uang Negara Berkembang Rabobank, mengatakan atas dasar kekhawatiran ekonomi terlalu panas (overheating), penurunan dari 7,3% di kuartal pertama bisa dianggap sebagai penyemangat.

"Ekonomi Turki sangat diprediksi untuk kehilangan lebih banyak momentum di kuartal-kuartal ke depan sebagai dampak dari depresiasi lira yang signifikan," katanya. Ia menambahkan bahwa perhatian difokuskan pada rapat penetapan suku bunga bank sentral di hari Kamis (13/9/2018).


Kenaikan suku bunga?
Para investor memprediksi bank sentral akan menaikkan suku bunga, tetapi besaran kenaikannya akan penting, kata Matys. Bank menahan suku bunga dalam rapat terakhirnya di bulan Juli, bertentangan dengan prediksi kenaikan bunga acuan.

Data pekan lalu menunjukkan inflasi melonjak menjadi 17,9% yoy di bulan Agustus, level tertinggi sejak akhir tahun 2003. Bank sentral kemudian menunjukkan sinyal bahwa pihaknya akan mengambil tindakan terhadap "risiko signifikan" untuk stabilitas harga.

Dalam kuartal kedua, sektor pertanian menyusut 1,5% yoy. Sementara itu, sektor industri tumbuh 4,3%, sektor konstruksi bertambah 0,8% dan sektor jasa meningkat 8%.

Menurut polling Reuters, perekonomian Turki diprediksi tumbuh 3,3% secara keseluruhan tahun ini.



Pemerintah mengupayakan langkah stimulus guna mencegah ekonomi melambat dalam beberapa kuartal ke depan. Erdogan yang disebut-sebut sebagai "musuh suku bunga" mendesak bank-bank untuk memberi lebih banyak pinjaman guna mendorong belanja swasta.

Tuntutannya untuk mengenakan suku bunga yang lebih rendah telah memicu kekhawatiran bahwa bank sentral kurang independen. Lira sudah melemah 41% terhadap dolar tahun ini dan diperparah dengan cekcok diplomatik dengan Amerika Serikat (AS).

Para pejabat mengatakan mereka memprediksi kontraksi ekonomi akan terjadi di pertumbuhan kuartal ketiga sehingga pertumbuhan setahun penuh adalah sekitar 4%, di bawah target pemerintah 5,5%.
(prm) Next Article Gejolak Turki Bikin Sri Mulyani 'Was-was'

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular