
Internasional
Jelang Pemilu, Lira Turki Anjlok 5%
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
29 March 2019 14:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Lira Turki rontok 5% terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Kamis (28/3/2019) pagi, saat negara itu bersiap untuk melaksanakan pemilihan umum (pemilu) akhir pekan ini.
Dolar AS dihargai 5,569 lira pada sekitar pukul 8:45 waktu London, dari sekitar 5,33 lira pada penutupan perdagangan Rabu. Data Reuters menunjukkan penurunan hingga 5% selama perdagangan pagi. Lira diperdagangkan makin lemah di 5.62 per dolar AS, Jumat siang.
Penurunan itu terjadi setelah angka-angka bank sentral yang suram mengungkapkan penurunan dramatis dalam cadangan devisa.
Cadangan devisa bersih bank sentral Turki untuk pekan yang berakhir pada 22 Maret mencapai 142 miliar lira (US$ 24,7 miliar/Rp 351 triliun), menunjukkan penurunan yang mendekati US$ 10 miliar dalam tiga minggu pertama bulan Maret.
Implikasinya adalah bahwa negara telah membakar cadangan devisanya untuk menstabilkan mata uangnya.
Ini "mendekati angka kritis," menurut Timothy Ash, pakar Turki dan ahli strategi pasar negara berkembang senior di Bluebay Asset Management, dalam sebuah catatan penelitian. "IMF (International Monetary Fund) mungkin diperlukan pasca-pemilu," dilansir dari CNBC International, Jumat (29/03/2019).
Mata uang Turki telah mengalami 24 jam keadaan dramatis ketika pemerintah menginstruksikan bank-bank nasional untuk menahan likuiditas lira dari pasar luar negeri untuk mencegah lira anjlok lebih dalam.
Langkah ini bertujuan untuk mencegah short selling pada mata uang menjelang pemilihan pada hari Minggu yang secara luas dilihat sebagai referendum pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Analis negara dan jajak pendapat nasional memperkirakan partai Erdogan AK Party akan kalah.
Mata uang anjlok sekitar 30% pada 2018, yang merupakan tahun yang bergejolak bagi negara tersebut.
(prm) Next Article Gejolak Turki Bikin Sri Mulyani 'Was-was'
Dolar AS dihargai 5,569 lira pada sekitar pukul 8:45 waktu London, dari sekitar 5,33 lira pada penutupan perdagangan Rabu. Data Reuters menunjukkan penurunan hingga 5% selama perdagangan pagi. Lira diperdagangkan makin lemah di 5.62 per dolar AS, Jumat siang.
Penurunan itu terjadi setelah angka-angka bank sentral yang suram mengungkapkan penurunan dramatis dalam cadangan devisa.
Implikasinya adalah bahwa negara telah membakar cadangan devisanya untuk menstabilkan mata uangnya.
Ini "mendekati angka kritis," menurut Timothy Ash, pakar Turki dan ahli strategi pasar negara berkembang senior di Bluebay Asset Management, dalam sebuah catatan penelitian. "IMF (International Monetary Fund) mungkin diperlukan pasca-pemilu," dilansir dari CNBC International, Jumat (29/03/2019).
Mata uang Turki telah mengalami 24 jam keadaan dramatis ketika pemerintah menginstruksikan bank-bank nasional untuk menahan likuiditas lira dari pasar luar negeri untuk mencegah lira anjlok lebih dalam.
Langkah ini bertujuan untuk mencegah short selling pada mata uang menjelang pemilihan pada hari Minggu yang secara luas dilihat sebagai referendum pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Analis negara dan jajak pendapat nasional memperkirakan partai Erdogan AK Party akan kalah.
Mata uang anjlok sekitar 30% pada 2018, yang merupakan tahun yang bergejolak bagi negara tersebut.
(prm) Next Article Gejolak Turki Bikin Sri Mulyani 'Was-was'
Most Popular