
Analisis Teknikal
Ke Mana Arah Saham KRAS Menyusul Angin Segar dari AS?
yazid muamar, CNBC Indonesia
31 August 2018 16:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) mengecualikan Indonesia dari ketentuan tarif baja 25% dan aluminium 10% selama 1 tahun. Saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) pun menemukan alasannya untuk menguat dalam jangka menengah.
Direktur Pengamanan Perdagangan Kementerian Perdagangan Pradnyawati mengungkapkan produk baja tertentu dari Indonesia mendapat pengecualian. Dalam surat berjudul BIS Decision Document - Steel Duty Exclusion Report, tercatat nama pemohon agar produk baja Indonesia dikecualikan adalah AAP Metals, LLC DBA Arbor Metals.
Pengecualian itu diberikan kepada perusahaan yang lolos syarat-syarat dari Negeri Paman Sam. Perusahaan yang dikecualikan akan mendapatkan kuota untuk dapat mengekspor baja dan aluminium ke AS dengan tarif 0%.
"Kenaikan bea masuk produk besi baja dan aluminium tidak hanya akan merugikan Indonesia sebagai eksportir, tetapi juga pelaku usaha AS. Karena, biaya produksi mereka akan meningkat. Bahkan pasokan untuk proses produksi dapat terganggu yang akhirnya dapat merugikan daya saing perusahaan AS juga," ungkap Mendag kepada para importir, dikutip dari siaran pers.
Data Kementerian Perdagangan mencatat nilai ekspor produk besi baja Indonesia ke AS pada tahun lalu sebesar US$ 112,7 juta atau hanya 0,3% dari pangsa pasar AS. Nilai ini disebabkan oleh penerapan bea masuk anti-dumping dan countervailing duty yang telah berlangsung cukup lama.
Adapun ekspor aluminium sepanjang tahun lalu ke AS tercatat sebesar US$ 212 juta, dengan pangsa pasar 1,2%. Bagi Indonesia, nilai ekspor tersebut berkontribusi terhadap 50% ekspor aluminium Indonesia ke dunia.
Akibat sentimen positif tersebut, harga saham KRAS hari ini diperdagangkan menguat. Pada perdagangan Jumat (31/8/2018), KRAS bergerak menguat 1,47% ke Rp 412 per unit dengan nilai transaksi Rp 10 miliar, volumenya meningkat dibanding rata-rata hariannya.
Secara tahun berjalan (year to date/YTD), kinerja saham KRAS jauh tertinggal dari indeks sektoralnya yang naik 17%, sedangkan KRAS kinerjanya lebih parah dengan mengalami minus 0,96% secara ytd.
Bagaimana pergerakan KRAS bila dilihat dari kaca mata analisis teknikal, Tim Riset CNBC Indonesia merangkumnya sebagai berikut:
Jika dilihat dari awal tahun, KRAS cenderung bergerak menyamping (sideways), dengan area penghalang harga naik (resistance) pada level Rp 500/ unit dan area penopang harga turun (support) pada level Rp 400.
Melihat data diatas, saham KRAS saat ini diperdagangkan di harga Rp 412/saham, atau lebih mendekati area support nya sehingga harga diperkirakan mempunyai kecenderungan menguat mendekat ke area jenuh jualnya (overbought).
Diperkuat dengan indikator teknikal rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) pada posisi persilangan emas (golden cross) atau cenderung menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Saham KRAS Melesat Keras, Ada Apa Nih?
Direktur Pengamanan Perdagangan Kementerian Perdagangan Pradnyawati mengungkapkan produk baja tertentu dari Indonesia mendapat pengecualian. Dalam surat berjudul BIS Decision Document - Steel Duty Exclusion Report, tercatat nama pemohon agar produk baja Indonesia dikecualikan adalah AAP Metals, LLC DBA Arbor Metals.
Pengecualian itu diberikan kepada perusahaan yang lolos syarat-syarat dari Negeri Paman Sam. Perusahaan yang dikecualikan akan mendapatkan kuota untuk dapat mengekspor baja dan aluminium ke AS dengan tarif 0%.
Data Kementerian Perdagangan mencatat nilai ekspor produk besi baja Indonesia ke AS pada tahun lalu sebesar US$ 112,7 juta atau hanya 0,3% dari pangsa pasar AS. Nilai ini disebabkan oleh penerapan bea masuk anti-dumping dan countervailing duty yang telah berlangsung cukup lama.
Adapun ekspor aluminium sepanjang tahun lalu ke AS tercatat sebesar US$ 212 juta, dengan pangsa pasar 1,2%. Bagi Indonesia, nilai ekspor tersebut berkontribusi terhadap 50% ekspor aluminium Indonesia ke dunia.
Akibat sentimen positif tersebut, harga saham KRAS hari ini diperdagangkan menguat. Pada perdagangan Jumat (31/8/2018), KRAS bergerak menguat 1,47% ke Rp 412 per unit dengan nilai transaksi Rp 10 miliar, volumenya meningkat dibanding rata-rata hariannya.
Secara tahun berjalan (year to date/YTD), kinerja saham KRAS jauh tertinggal dari indeks sektoralnya yang naik 17%, sedangkan KRAS kinerjanya lebih parah dengan mengalami minus 0,96% secara ytd.
Bagaimana pergerakan KRAS bila dilihat dari kaca mata analisis teknikal, Tim Riset CNBC Indonesia merangkumnya sebagai berikut:
![]() |
Jika dilihat dari awal tahun, KRAS cenderung bergerak menyamping (sideways), dengan area penghalang harga naik (resistance) pada level Rp 500/ unit dan area penopang harga turun (support) pada level Rp 400.
Melihat data diatas, saham KRAS saat ini diperdagangkan di harga Rp 412/saham, atau lebih mendekati area support nya sehingga harga diperkirakan mempunyai kecenderungan menguat mendekat ke area jenuh jualnya (overbought).
Diperkuat dengan indikator teknikal rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) pada posisi persilangan emas (golden cross) atau cenderung menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Saham KRAS Melesat Keras, Ada Apa Nih?
Most Popular