
Terendah Sejak 2011, Realistiskah Target Defisit APBN 2019?
Alfado Agustio & Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
17 August 2018 05:50
Dalam rangka menyelamatkan rupiah yang terus anjlok, pemerintah berikhtiar untuk menahan impor barang modal. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Jokowi beberapa waktu lalu agar proyek-proyek infrastruktur non-strategis ditunda. Dampak dari ikhtiar ini sebenarnya sudah terasa di realisasi APBN per akhir Juli 2018. Pos belanja modal pemerintah tercatat menurun sebesar 7,36% YoY, dan menjadi satu-satunya pos belanja pemerintah yang mengalami kontraksi.
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, belanja modal pemerintah masih mampu tumbuh signifikan sebesar 18,7% YoY. Aksi penyelamatan rupiah ini nampaknya akan berlanjut ke tahun depan. Hal ini terindikasikan dari target pembangunan/rekonstruksi maupun pelebaran jalan yang sebesar 2.007 Km di tahun 2019. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan outlook di 2018 sebesar 2.217,3 Km.
Sementara untuk pembangunan dan rehabilitasi jembatan juga turun menjadi 26.702 m atau lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 52.449,1 m. Hal yang sama juga berlaku untuk pembangunan jalan tol. Pemerintah menetapkan target pembangunan sebesar 272 Km atau lebih rendah dibandingkan 2018 yang mencapai 428 Km.
Selain itu, untuk infrastruktur berbasis rel, pemerintah juga ikut mengerem pembangunan. Di tahun 2019, pemerintah menargetkan hanya membangun rel Kereta Api (KA) sepanjang 415,2 Km. Angka ini turun jauh dibandingkan target di tahun 2018 yang sebesar 615,1 Km. Rencana ini sepertinya cukup jitu untuk mengurangi beban bagi mata uang Tanah Air.
Pasalnya, dalam pembangunan infrastruktur membutuhkan bahan baku yang mayoritas masih dipenuhi oleh impor di antaranya mesin, peralatan listrik, besi dan baja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Juli 2018, Sepanjang Januari-Juli 2018 impor bahan-bahan baku tersebut merupakan tiga terbesar di sektor non-migas. Alhasil, dengan pengurangan pembangunan infrastruktur akan berdampak kepada nilai impor yang menurun. Kondisi ini lantas diharapkan dapat menyelamatkan rupiah, sekaligus menghemat anggaran pemerintah.
(RHG/dru)
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, belanja modal pemerintah masih mampu tumbuh signifikan sebesar 18,7% YoY. Aksi penyelamatan rupiah ini nampaknya akan berlanjut ke tahun depan. Hal ini terindikasikan dari target pembangunan/rekonstruksi maupun pelebaran jalan yang sebesar 2.007 Km di tahun 2019. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan outlook di 2018 sebesar 2.217,3 Km.
Sementara untuk pembangunan dan rehabilitasi jembatan juga turun menjadi 26.702 m atau lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 52.449,1 m. Hal yang sama juga berlaku untuk pembangunan jalan tol. Pemerintah menetapkan target pembangunan sebesar 272 Km atau lebih rendah dibandingkan 2018 yang mencapai 428 Km.
Selain itu, untuk infrastruktur berbasis rel, pemerintah juga ikut mengerem pembangunan. Di tahun 2019, pemerintah menargetkan hanya membangun rel Kereta Api (KA) sepanjang 415,2 Km. Angka ini turun jauh dibandingkan target di tahun 2018 yang sebesar 615,1 Km. Rencana ini sepertinya cukup jitu untuk mengurangi beban bagi mata uang Tanah Air.
Pasalnya, dalam pembangunan infrastruktur membutuhkan bahan baku yang mayoritas masih dipenuhi oleh impor di antaranya mesin, peralatan listrik, besi dan baja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Juli 2018, Sepanjang Januari-Juli 2018 impor bahan-bahan baku tersebut merupakan tiga terbesar di sektor non-migas. Alhasil, dengan pengurangan pembangunan infrastruktur akan berdampak kepada nilai impor yang menurun. Kondisi ini lantas diharapkan dapat menyelamatkan rupiah, sekaligus menghemat anggaran pemerintah.
(RHG/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular