
Asumsi Makro APBN 2018 per Oktober Masih Banyak Meleset
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
15 November 2018 18:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan melakukan update kondisi APBN 2018 per Oktober 2018. Hasilnya, masih jauh dari realita.
Berikut asumsi makro APBN 2018 dan realisasi per Oktober 2018 :
APBN 2018 vs Realisasi 31 Oktober 2018
Pertumbuhan Ekonomi : 5,4% Vs 5,17% (Per kuartal III-2018)
Inflasi : 3,5% Vs 3,20%
Tingkat Bunga SPN 3 Bulan : 5,2% Vs 4,9%
Nilai Tukar Rupiah : Rp 13.400/US$ Vs Rp 14.209/US$
Harga Minyak Indonesia : US$ 48 per Barel Vs US$ 69 per Barel
Lifting Minyak : 800 ribu barel per hari Vs 774 ribu barel per hari (sampai September 2018)
Lifting Gas : 1.200 ribu barel per hari Vs 1.134 ribu barel per hari (sampai September 2018)
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui bahwa nilai tukar dan harga minyak menjadi komponen yang mengalami deviasi paling besar "Nilai tukar deviasinya memang agak jauh, begitu juga harga minyak," tutur Sri Mulyani.
"Nilai tukar rupiah terdepresiasi 10,1% year-to-date. Ini setara negara-negara lain yang bergerak terhadap US$. Kita bergerak dalam range yang cukup baik. Rupiah bisa memiliki potensi untuk upside ke posisi yang lebih baik," tambah Sri Mulyani.
Adapun untuk pertumbuhan ekonomi diproyeksikan Menkeu berada di level 5,14% - 5,21% di akhir tahun. Sedangkan inflasi diperkirakan sebesar 3,3% secara tahunan (year-on-year/YoY), atau masih di bawah asumsi 3,5%.
(RHG/gus) Next Article APBN Mulai Sehat, Tak Lagi Gali Lubang Tutup Lubang
Berikut asumsi makro APBN 2018 dan realisasi per Oktober 2018 :
Pertumbuhan Ekonomi : 5,4% Vs 5,17% (Per kuartal III-2018)
Inflasi : 3,5% Vs 3,20%
Tingkat Bunga SPN 3 Bulan : 5,2% Vs 4,9%
Nilai Tukar Rupiah : Rp 13.400/US$ Vs Rp 14.209/US$
Harga Minyak Indonesia : US$ 48 per Barel Vs US$ 69 per Barel
Lifting Minyak : 800 ribu barel per hari Vs 774 ribu barel per hari (sampai September 2018)
Lifting Gas : 1.200 ribu barel per hari Vs 1.134 ribu barel per hari (sampai September 2018)
![]() |
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui bahwa nilai tukar dan harga minyak menjadi komponen yang mengalami deviasi paling besar "Nilai tukar deviasinya memang agak jauh, begitu juga harga minyak," tutur Sri Mulyani.
"Nilai tukar rupiah terdepresiasi 10,1% year-to-date. Ini setara negara-negara lain yang bergerak terhadap US$. Kita bergerak dalam range yang cukup baik. Rupiah bisa memiliki potensi untuk upside ke posisi yang lebih baik," tambah Sri Mulyani.
Adapun untuk pertumbuhan ekonomi diproyeksikan Menkeu berada di level 5,14% - 5,21% di akhir tahun. Sedangkan inflasi diperkirakan sebesar 3,3% secara tahunan (year-on-year/YoY), atau masih di bawah asumsi 3,5%.
(RHG/gus) Next Article APBN Mulai Sehat, Tak Lagi Gali Lubang Tutup Lubang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular