Internasional
Siapa yang Untung dan Buntung dari Krisis Lira Turki?
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
15 August 2018 18:20

Karena investor memindahkan uang mereka ke aset-aset safe haven, aset AS menjadi pilihan favorit mereka karena perekonomian Negeri Paman Sam yang kini lebih kuat dan suku bunganya yang lebih tinggi.
Masalah di Turki terjadi bertepatan dengan bank sentral AS Federal Reserve yang menjual obligasi negara dalam jumlah yang sangat besar. Permintaan dari investor telah membantu mengangkat indeks dolar AS, yang mengukur nilai greenback terhadap beberapa mata uang utama, lebih dari 4% tahun ini.
Penguatan dolar ini hanya akan menambah masalah yang dihadapi Turki dan pasar berkembang lainnya, kata David Dietze, pendiri, presiden, dan chief investment officer di Point View Wealth Management.
Meningkatnya suku bunga AS membuat utang berdenominasi dolar dari pasar negara-negara berkembang ini semakin sulit untuk dilunasi. Selain itu, para investor juga akan berduyun-duyun pindah ke aset dolar demi meraup keuntungan dari naiknya suku bunga AS, ujarnya hari Rabu.
Perseteruan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyusul penahanan pendeta AS dijadikan kesempatan oleh Turki untuk memperkuat hubungan dengan Uni Eropa (UE)
UE dan Turki telah lama berseteru tentang supremasi hukum dan kebebasan pers, tetapi blok ekonomi itu selalu berhati-hati dalam urusannya dengan Erdogan, berbeda dengan "sikap tidak stabil dan tidak menentu Trump", kata konsultan risiko politik Eurasia.
"Ketidakpopuleran Trump di Eropa membuat para pemimpin Uni Eropa sangat tidak mungkin untuk mendukung pendekatannya. Pejabat senior Uni Eropa menunjukkan 'kesamaan' bahwa EU dan Turki sekarang sama-sama berhadapan dengan AS terkait bea masuk, ancaman, dan banyak lagi, " ujarnya.
Turki sudah terlihat mendukung Uni Eropa dalam kritiknya terhadap AS.
Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak memposting "tanggapan yang sangat positif" di Twitter atas kabar bahwa Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier telah mengritik tarif baru Trump terhadap Turki.
"Ini menunjukkan hubungan UE-Turki kemungkinan akan terus mencair," kata Eurasia. (prm)
Masalah di Turki terjadi bertepatan dengan bank sentral AS Federal Reserve yang menjual obligasi negara dalam jumlah yang sangat besar. Permintaan dari investor telah membantu mengangkat indeks dolar AS, yang mengukur nilai greenback terhadap beberapa mata uang utama, lebih dari 4% tahun ini.
Penguatan dolar ini hanya akan menambah masalah yang dihadapi Turki dan pasar berkembang lainnya, kata David Dietze, pendiri, presiden, dan chief investment officer di Point View Wealth Management.
Perseteruan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyusul penahanan pendeta AS dijadikan kesempatan oleh Turki untuk memperkuat hubungan dengan Uni Eropa (UE)
UE dan Turki telah lama berseteru tentang supremasi hukum dan kebebasan pers, tetapi blok ekonomi itu selalu berhati-hati dalam urusannya dengan Erdogan, berbeda dengan "sikap tidak stabil dan tidak menentu Trump", kata konsultan risiko politik Eurasia.
"Ketidakpopuleran Trump di Eropa membuat para pemimpin Uni Eropa sangat tidak mungkin untuk mendukung pendekatannya. Pejabat senior Uni Eropa menunjukkan 'kesamaan' bahwa EU dan Turki sekarang sama-sama berhadapan dengan AS terkait bea masuk, ancaman, dan banyak lagi, " ujarnya.
Turki sudah terlihat mendukung Uni Eropa dalam kritiknya terhadap AS.
Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak memposting "tanggapan yang sangat positif" di Twitter atas kabar bahwa Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier telah mengritik tarif baru Trump terhadap Turki.
"Ini menunjukkan hubungan UE-Turki kemungkinan akan terus mencair," kata Eurasia. (prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular