
Investasi Asing Loyo, BKPM Salahkan Gejolak Rupiah
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
15 August 2018 06:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal II-2018 jatuh 12,9% dibanding periode sama tahun lalu, sementara secara kuartalan pelemahannya mencapai 12,1%.
Realisasi investasi kuartal II-2018 mencapai Rp 176,3 triliun (kurs Rp 13.400 per dolar AS), terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri Rp 80,6 triliun dan PMA Rp 95,7 triliun.
Pelemahan rupiah menjadi salah satu pemicu utama perlambatan realisasi investasi di dalam negeri. Memang, pada kuartal II-2018 rupiah cukup kerepotan melawan dolar AS.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengakui rupiah menjadi biang kerok anjloknya investasi asing. Dia mengatakan, investor memilih wait and see atas berbagai kegiatan investasi di dalam negeri di kala rupiah belum stabil.
Maka dari itu, Thomas mendukung sepenuhnya kebijakan pengetatan moneter oleh Bank Indonesia (BI) melalui kenaikan suku bunga acuan.
"Kami sangat mendukung langkah-langkah BI menaikkan suku bunga dan memperketat likuiditas guna menstabilkan rupiah. Karena stabilitas rupiah begitu penting untuk sentimen investasi dan kepercayaan pasar," kata Thomas dalam konferensi pers terkait realisasi investasi di Kantor BKPM, Selasa (14/8/2018).
Dalam jangka pendek, Thomas mengatakan berbagai kegiatan investasi di Indonesia akan mengalami penundaan. Namun dia menegaskan, proyek-proyek tersebut tidak dibatalkan karena investor hanya menunggu sebuah ekulibrium baru rupiah yang stabil.
"Ini perlu dimengerti, gejolak jangka pendek dapat membuat investor menunda investasinya yang tentu berdampak pada angka realisasi triwulanan, tapi tidak akan berdampak pada jangka menengah apalagi jangka panjang," jelas Thomas.
Selain itu, sikap investor untuk menunggu juga agak terpengaruh oleh kondisi Indonesia yang memasuki tahun politik.
"Jadi, ini diamplifikasi gejolak rupiah dan gejolak di pasar modal, khususnya negara berkembang," tambahnya.
Realisasi investasi kuartal II-2018 mencapai Rp 176,3 triliun (kurs Rp 13.400 per dolar AS), terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri Rp 80,6 triliun dan PMA Rp 95,7 triliun.
Pelemahan rupiah menjadi salah satu pemicu utama perlambatan realisasi investasi di dalam negeri. Memang, pada kuartal II-2018 rupiah cukup kerepotan melawan dolar AS.
Maka dari itu, Thomas mendukung sepenuhnya kebijakan pengetatan moneter oleh Bank Indonesia (BI) melalui kenaikan suku bunga acuan.
"Kami sangat mendukung langkah-langkah BI menaikkan suku bunga dan memperketat likuiditas guna menstabilkan rupiah. Karena stabilitas rupiah begitu penting untuk sentimen investasi dan kepercayaan pasar," kata Thomas dalam konferensi pers terkait realisasi investasi di Kantor BKPM, Selasa (14/8/2018).
Dalam jangka pendek, Thomas mengatakan berbagai kegiatan investasi di Indonesia akan mengalami penundaan. Namun dia menegaskan, proyek-proyek tersebut tidak dibatalkan karena investor hanya menunggu sebuah ekulibrium baru rupiah yang stabil.
"Ini perlu dimengerti, gejolak jangka pendek dapat membuat investor menunda investasinya yang tentu berdampak pada angka realisasi triwulanan, tapi tidak akan berdampak pada jangka menengah apalagi jangka panjang," jelas Thomas.
Selain itu, sikap investor untuk menunggu juga agak terpengaruh oleh kondisi Indonesia yang memasuki tahun politik.
"Jadi, ini diamplifikasi gejolak rupiah dan gejolak di pasar modal, khususnya negara berkembang," tambahnya.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular