Internasional
Lira Anjlok, CEO Bank Ini Sebut Turki Sedang Diserang
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
13 August 2018 16:41

Istanbul, CNBC Indonesia - Turki berada di bawah serangan spekulatif karena perkembangan lira baru-baru ini tidak dapat dijelaskan oleh fundamental ekonomi negara itu, kata chief executive Isbank Adnan Bali hari Senin (13/8/2018).
[Gambas:Video CNBC]
Dalam sebuah wawancara dengan BloombergHT, Bali juga mengatakan Turki harus mengambil langkah-langkah yang sejalan dengan 'aturan disiplin ekonomi' dalam hal suku bunga, yang menunjukkan ia menginginkan kenaikan suku bunga.
Lira telah kehilangan lebih dari 40% nilainya terhadap dolar sepanjang tahun ini akibat kekhawatiran tentang keadaan ekonomi dan perselisihan diplomatik sengit dengan Amerika Serikat.
Lira mencapai rekor terendah baru pada hari Senin di awal perdagangan Asia Pasifik dan pelemahannya yang sempat menyentuh 18% pada hari Jumat telah menyebar ke pasar global.
"Ini adalah serangan spekulatif yang serius," kata Bali, dilansir dari Reuters. "Saya tidak dapat menjelaskan poin yang kami peroleh dengan fundamental ekonomi," katanya, mengulangi pernyataan Presiden Turki Tayyip Erdogan yang mengatakan bahwa negara itu adalah target perang ekonomi.
Demi menopang lira, bank sentral Turki pada hari Senin berjanji untuk menyediakan likuiditas dan memangkas giro wajib minimum (GWM) perbankan untuk simpanan lira dan mata uang asing. Investor telah berulang kali mengatakan kenaikan suku bunga dari bank sentral diperlukan untuk memulihkan kepercayaan.
"Anda mungkin tidak menyukainya tetapi apapun yang diperlukan untuk suku bunga dalam aturan disiplin ekonomi akan dilakukan. Seseorang harus menjalani kemoterapi jika diperlukan, tingkat suku bunga juga begitu," kata Bali.
Erdogan, yang menyebut dirinya 'musuh suku bunga', menginginkan kredit murah dari bank untuk mendorong pertumbuhan, tetapi investor khawatir ekonomi terlalu panas dan bisa menghadapi kejatuhan yang menghancurkan. Komentarnya tentang suku bunga telah meningkatkan persepsi bahwa bank sentral tidak independen.
Kenaikan dolar menekan marjin laba dan juga meningkatkan aset berisiko, kata Bali, tetapi ia menambahkan bahwa tidak ada arus keluar simpanan selama seminggu terakhir, ketika penurunan lira semakin tajam.
(prm) Next Article Lira Jatuh, Menlu: Ancaman AS pada Turki Sia-sia
Isbank menyebut dirinya bank untuk orang asing dan ekspatriat di Turki.
[Gambas:Video CNBC]
Dalam sebuah wawancara dengan BloombergHT, Bali juga mengatakan Turki harus mengambil langkah-langkah yang sejalan dengan 'aturan disiplin ekonomi' dalam hal suku bunga, yang menunjukkan ia menginginkan kenaikan suku bunga.
Lira telah kehilangan lebih dari 40% nilainya terhadap dolar sepanjang tahun ini akibat kekhawatiran tentang keadaan ekonomi dan perselisihan diplomatik sengit dengan Amerika Serikat.
Lira mencapai rekor terendah baru pada hari Senin di awal perdagangan Asia Pasifik dan pelemahannya yang sempat menyentuh 18% pada hari Jumat telah menyebar ke pasar global.
"Ini adalah serangan spekulatif yang serius," kata Bali, dilansir dari Reuters. "Saya tidak dapat menjelaskan poin yang kami peroleh dengan fundamental ekonomi," katanya, mengulangi pernyataan Presiden Turki Tayyip Erdogan yang mengatakan bahwa negara itu adalah target perang ekonomi.
Demi menopang lira, bank sentral Turki pada hari Senin berjanji untuk menyediakan likuiditas dan memangkas giro wajib minimum (GWM) perbankan untuk simpanan lira dan mata uang asing. Investor telah berulang kali mengatakan kenaikan suku bunga dari bank sentral diperlukan untuk memulihkan kepercayaan.
"Anda mungkin tidak menyukainya tetapi apapun yang diperlukan untuk suku bunga dalam aturan disiplin ekonomi akan dilakukan. Seseorang harus menjalani kemoterapi jika diperlukan, tingkat suku bunga juga begitu," kata Bali.
Erdogan, yang menyebut dirinya 'musuh suku bunga', menginginkan kredit murah dari bank untuk mendorong pertumbuhan, tetapi investor khawatir ekonomi terlalu panas dan bisa menghadapi kejatuhan yang menghancurkan. Komentarnya tentang suku bunga telah meningkatkan persepsi bahwa bank sentral tidak independen.
Kenaikan dolar menekan marjin laba dan juga meningkatkan aset berisiko, kata Bali, tetapi ia menambahkan bahwa tidak ada arus keluar simpanan selama seminggu terakhir, ketika penurunan lira semakin tajam.
(prm) Next Article Lira Jatuh, Menlu: Ancaman AS pada Turki Sia-sia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular