
Krisis Mata Uang Turki Menjalar ke Euro
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
13 August 2018 07:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro berada di bawah tekanan pada perdagangan di pasar keuangan Asia awal pekan ini. Muncul ketakutan akan dampak krisis mata uang Turki, lira, ke sektor perbankan Eropa.
Investor pasar uang beralih ke instrumen yang lebih aman, yaitu dolar AS, Swiss franc, dan yen.
Para analis memprediksi pasar keuangan Eropa akan menderita dan terkena sentimen negatif dari krisis yang terjadi di Turki.
Nilai tukar lira, dilansir dari Reuters, Senin (13/8/2017), sudah turun lebih dari 40% sepanjang tahun ini karena kekhawatiran panasnya tensi hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Turki di bawah kepemimpinan Presiden Tayyip Erdogan.
Menurut Reuters, nilai tukar euro terhadap dolar AS turun ke angka terendah sejak Juli 2017, yaitu di US$1,13715/euro. Sementara dolar AS melemah terhadap yen.
"Kejatuhan lira yang dimulai sejak Mei, sekarang mendorong ekonomi Turki ke dalam resesi. Dan ini bisa memicu krisis perbankan," kata Chief Global Economist dari Capital Economics, Andrew Kenningham.
Namun menurut Andrew, dampak dari krisis di Turki tidak banyak kepada ekonomi dunia. Sebab, Produk Domestik Bruto (PDB) Turki hanya 1% dari PDB dunia dan ukuran pasar saham Turki hanya di bawah 2% dari ukuran pasar saham Inggris. Kemudian, hanya 20% investor asing yang bertransaksi di pasar saham Turki.
"Namun tetap akan berpengaruh terhadap euro, dan ini juga jadi berita buruk untuk emerging market karena memengaruhi nilai aset keuangan di emerging market," kata Andrew.
(wed/prm) Next Article Gejolak Turki Bikin Sri Mulyani 'Was-was'
Investor pasar uang beralih ke instrumen yang lebih aman, yaitu dolar AS, Swiss franc, dan yen.
Para analis memprediksi pasar keuangan Eropa akan menderita dan terkena sentimen negatif dari krisis yang terjadi di Turki.
Menurut Reuters, nilai tukar euro terhadap dolar AS turun ke angka terendah sejak Juli 2017, yaitu di US$1,13715/euro. Sementara dolar AS melemah terhadap yen.
"Kejatuhan lira yang dimulai sejak Mei, sekarang mendorong ekonomi Turki ke dalam resesi. Dan ini bisa memicu krisis perbankan," kata Chief Global Economist dari Capital Economics, Andrew Kenningham.
Namun menurut Andrew, dampak dari krisis di Turki tidak banyak kepada ekonomi dunia. Sebab, Produk Domestik Bruto (PDB) Turki hanya 1% dari PDB dunia dan ukuran pasar saham Turki hanya di bawah 2% dari ukuran pasar saham Inggris. Kemudian, hanya 20% investor asing yang bertransaksi di pasar saham Turki.
"Namun tetap akan berpengaruh terhadap euro, dan ini juga jadi berita buruk untuk emerging market karena memengaruhi nilai aset keuangan di emerging market," kata Andrew.
(wed/prm) Next Article Gejolak Turki Bikin Sri Mulyani 'Was-was'
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular