
Internasional
Erdogan: Anjloknya Lira adalah Skenario Politik Melawan Turki
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
13 August 2018 06:32

Istanbul, CNBC Indonesia - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut kejatuhan mata uang negaranya, lira, yang dipicu hubungan yang memburuk antara Turki dan Amerika Serikat (AS) adalah skenario politik melawan Turki. Ia juga memperingatkan bahwa Ankara akan mencari pasar dan rekan baru.
Perseteruan antara dua negara anggota pakta pertahanan Amerika Utara (NATO) yang mencapai babak baru akibat penahanan seorang pastor Amerika di Turki itu telah memukul lira. Ketegangan itu juga menimbulkan pertanyaan akan nasib hubungan bilateral Washington dan Ankara.
Lira anjlok hingga 16% terhadap dolar AS pada hari Jumat (10/8/2018) pekan lalu ke level terendah sepanjang sejarah setelah Presiden Donald Trump mengatakan ia telah melipatgandakan bea masuk baja dan aluminium Turki, AFP melaporkan.
Semua mata akan tertuju pada pergerakan lira pada pembukaan perdagangan hari ini setelah jeda akhir pekan kemarin. Namun, Erdogan mengisyaratkan ia tidak sedang berkeinginan untuk menawarkan perdamaian kepada AS maupun pasar keuangan.
"Tujuan dari operasi ini adalah untuk membuat Turki menyerah di segala bidang, dari keuangan hingga politik," kata Erdogan kepada anggota partai yang berkuasa di kota Trabzon hari Minggu (12/8/2018).
"Kita sekali lagi sedang menghadapi skenario politik. Dengan restu Tuhan kita akan menyelesaikan ini," tambahnya.
Erdogan tampaknya tidak takut akan sanksi yang dikenakan AS. Ia mengatakan Turki dapat berpaling kepada rekan lain dan menyebut situasi ini sebagai "perang ekonomi".
"Kami akan memberikan jawaban kami, dengan cara beralih ke pasar baru, hubungan baru, dan sekutu baru, kepada ia yang melakukan perang ekonomi terhadap seluruh dunia termasuk negara kami," ujarnya.
"Beberapa menutup pintunya sementara yang lain membuka yang baru," tambahnya. Ia juga sedang membangun hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Amerika Latin, Afrika, dan Asia dalam beberapa tahun terakhir.
(prm) Next Article Meski Turki di Ambang Krisis, Erdogan Menolak Tunduk pada AS
Perseteruan antara dua negara anggota pakta pertahanan Amerika Utara (NATO) yang mencapai babak baru akibat penahanan seorang pastor Amerika di Turki itu telah memukul lira. Ketegangan itu juga menimbulkan pertanyaan akan nasib hubungan bilateral Washington dan Ankara.
Lira anjlok hingga 16% terhadap dolar AS pada hari Jumat (10/8/2018) pekan lalu ke level terendah sepanjang sejarah setelah Presiden Donald Trump mengatakan ia telah melipatgandakan bea masuk baja dan aluminium Turki, AFP melaporkan.
"Tujuan dari operasi ini adalah untuk membuat Turki menyerah di segala bidang, dari keuangan hingga politik," kata Erdogan kepada anggota partai yang berkuasa di kota Trabzon hari Minggu (12/8/2018).
"Kita sekali lagi sedang menghadapi skenario politik. Dengan restu Tuhan kita akan menyelesaikan ini," tambahnya.
Erdogan tampaknya tidak takut akan sanksi yang dikenakan AS. Ia mengatakan Turki dapat berpaling kepada rekan lain dan menyebut situasi ini sebagai "perang ekonomi".
"Kami akan memberikan jawaban kami, dengan cara beralih ke pasar baru, hubungan baru, dan sekutu baru, kepada ia yang melakukan perang ekonomi terhadap seluruh dunia termasuk negara kami," ujarnya.
"Beberapa menutup pintunya sementara yang lain membuka yang baru," tambahnya. Ia juga sedang membangun hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Amerika Latin, Afrika, dan Asia dalam beberapa tahun terakhir.
(prm) Next Article Meski Turki di Ambang Krisis, Erdogan Menolak Tunduk pada AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular