
Internasional
Meski Turki di Ambang Krisis, Erdogan Menolak Tunduk pada AS
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
13 August 2018 07:04

Ankara, CNBC Indonesia - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Minggu (12/8/2018) mengisyaratkan bahwa hubungan antara negaranya dan Amerika Serikat (AS) sedang ada di pinggir jurang kehancuran. Turki bergabung dengan pakta pertahanan Amerika Utara (NATO) pada 1952 dengan dukungan yang sangat kuat dari AS.
"Kita hanya bisa mengatakan 'selamat tinggal' kepada siapa saja yang mengorbankan hubungan strategisnya dan persekutuan selama separuh abad dengan negara berpenduduk 81 juta demi hubungan dengan kelompok-kelompok teroris," ujar Erdogan kepada anggota partai yang berkuasa di kota Trabzon hari Minggu, dikutip AFP.
"Anda berani mengorbankan 81 juta penduduk Turki demi seorang pendeta yang terkait kelompok teroris?," tambahnya.
Pastor Amerika bernama Andrew Brunson telah ditahan sejak Oktober 2016 dengan tuduhan melakukan aksi teror dan mata-mata. Bila ia divonis bersalah, Brunson dapat dipenjara hingga 35 tahun.
Presiden AS Donald Trump menyebut penahanan itu sebagai aib yang luar biasa dan mendesak Erdogan segera membebaskan Brunson.
Delegasi yang dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Turki Sedat Onal gagal mencapai kesepakatan dengan Washington dalam pembicaraan hari Rabu pekan lalu mengenai beberapa isu termasuk Brunson.
Awal bulan ini, Washington telah mengenakan sanksi kepada pejabat senior Turki terkait kasus Brunson. Sanksi itu membuat Erdogan marah dan memicu aksi balasan Ankara.
Erdogan mengonfirmasi laporan berbagai media yang menyebut AS memberi delegasi Onal tenggat waktu untuk membebaskan Brunson.
"Mereka meminta kami untuk membebaskan si pendeta hari Rabu pukul 6 sore atau sanksi itu akan mulai diberlakukan," kata Erdogan. Ia menambahkan Turki bukanlah sebuah negara yang akan tunduk pada permintaan semacam itu.
Lira anjlok hingga 16% terhadap dolar AS pada hari Jumat (10/8/2018) pekan lalu ke level terendah sepanjang sejarah setelah Trump mengatakan ia telah melipatgandakan bea masuk baja dan aluminium Turki.
Para analis mengatakan meskipun sanksi AS terhadap Turki menyebabkan krisis mata uang itu, perekonomian Turki sebenarnya telah bermasalah selama beberapa waktu terakhir akibat tingginya inflasi dan depesiasi lira.
Bank sentral selama beberapa pekan terakhir telah mengabaikan seruan pasar untuk menaikkan suku bunganya demi menyelesaikan masalah tersebut. Pasar cemas bank sentral tidak lagi independen sebab Erdogan telah beberapa kali meminta suku bunga rendah demi mendorong pertumbuhan ekonomi.
(prm) Next Article Erdogan dan Trump Akan Segera Bertemu, Bahas Apa?
"Kita hanya bisa mengatakan 'selamat tinggal' kepada siapa saja yang mengorbankan hubungan strategisnya dan persekutuan selama separuh abad dengan negara berpenduduk 81 juta demi hubungan dengan kelompok-kelompok teroris," ujar Erdogan kepada anggota partai yang berkuasa di kota Trabzon hari Minggu, dikutip AFP.
"Anda berani mengorbankan 81 juta penduduk Turki demi seorang pendeta yang terkait kelompok teroris?," tambahnya.
Presiden AS Donald Trump menyebut penahanan itu sebagai aib yang luar biasa dan mendesak Erdogan segera membebaskan Brunson.
Delegasi yang dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Turki Sedat Onal gagal mencapai kesepakatan dengan Washington dalam pembicaraan hari Rabu pekan lalu mengenai beberapa isu termasuk Brunson.
Awal bulan ini, Washington telah mengenakan sanksi kepada pejabat senior Turki terkait kasus Brunson. Sanksi itu membuat Erdogan marah dan memicu aksi balasan Ankara.
Isu yang menjadi duri dalam daging di hubungan AS-Turki tak hanya terkait Brunson namun juga soal Suriah hingga makin eratnya koneksi Ankara dan Moskow.
Erdogan mengonfirmasi laporan berbagai media yang menyebut AS memberi delegasi Onal tenggat waktu untuk membebaskan Brunson.
"Mereka meminta kami untuk membebaskan si pendeta hari Rabu pukul 6 sore atau sanksi itu akan mulai diberlakukan," kata Erdogan. Ia menambahkan Turki bukanlah sebuah negara yang akan tunduk pada permintaan semacam itu.
Lira anjlok hingga 16% terhadap dolar AS pada hari Jumat (10/8/2018) pekan lalu ke level terendah sepanjang sejarah setelah Trump mengatakan ia telah melipatgandakan bea masuk baja dan aluminium Turki.
Para analis mengatakan meskipun sanksi AS terhadap Turki menyebabkan krisis mata uang itu, perekonomian Turki sebenarnya telah bermasalah selama beberapa waktu terakhir akibat tingginya inflasi dan depesiasi lira.
Bank sentral selama beberapa pekan terakhir telah mengabaikan seruan pasar untuk menaikkan suku bunganya demi menyelesaikan masalah tersebut. Pasar cemas bank sentral tidak lagi independen sebab Erdogan telah beberapa kali meminta suku bunga rendah demi mendorong pertumbuhan ekonomi.
(prm) Next Article Erdogan dan Trump Akan Segera Bertemu, Bahas Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular