
Internasional
Pelemahan Lira Turki Menjalar ke Eropa, Euro Ikut Anjlok
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
10 August 2018 17:01

London, CNBC Indonesia - Mata uang Turki, lira, yang terdepresiasi dalam ikut mengguncang saham-saham global dan pasar negara berkembang hari Jumat (10/8/2018). Kecemasan akan meluasnya depresiasi itu membuat para investor bergegas beralih ke aset-aset yang lebih aman, seperti yen dan obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).
Lira anjlok hingga 12% terhadap dolar di awal perdagangan hari Jumat, capaian terburuknya sejak krisis keuangan Turki tahun 2001. Depresiasi lira itu terjadi akibat semakin buruknya ketegangan antara Turki dan AS, kekhawatiran mengenai kondisi ekonominya, serta kurang tanggapnya para pembuat kebijakan di negara itu.
Mata uang Turki telah jatuh lebih dari 35% tahun ini yang makin diperparah dengan penguatan dolar yang melonjak ke level tertingginya dalam 13 bulan terakhir, Reuters melaporkan.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback dibandingkan enam mata uang lainnya menembus level 96, tertinggi sejak Juli 2017.
Kondisi ini menyebarkan ketakutan dampaknya akan sampai ke negara dan pasar lainnya. Saham perbankan di seluruh benua jatuh dan euro tergelincir ke level terendahnya sejak Juli 2017 menyusul pemberitaan Financial Times dengan mengutip beberapa sumber bahwa bank sentral Eropa mencemaskan dampak kondisi keuangan Turki ke bank-bank Benua Biru.
Saham bank asal Prancis, BNP Paribas, bank Italia UniCredit, dan bank Spanyol BBVA yang dipandang paling terdampak oleh Turki, rontok hingga 4%.
Saham sektor perbankan Eropa turun 1,3% sementara indeks Eropa Stoxx 600 melemah 0,7%.
Investor sekarang menantikan data inflasi AS untuk bulan Juli sebagai petunjuk arah suku bunga bank sentral Federal Reserve dan untuk mencari tahu apakah kenaikan bea impor mulai menunjukkan dampaknya. Pasar memperkirakan inflasi akan naik 0,2% setelah bertambah 0,1% di Juni.
Kekacauan pasar uang negara berkembang ditambah dengan melemahnya rubel Rusia yang mencapai titik terendah sejak November 2016 akibat ancaman sanksi baru AS.
Rubel melemah hingga 67,12 per dolar AS Kamis malam waktu setempat, menembus level psikologisnya 65 rubel per dolar.
(roy) Next Article Jelang Pemilu, Lira Turki Anjlok 5%
Lira anjlok hingga 12% terhadap dolar di awal perdagangan hari Jumat, capaian terburuknya sejak krisis keuangan Turki tahun 2001. Depresiasi lira itu terjadi akibat semakin buruknya ketegangan antara Turki dan AS, kekhawatiran mengenai kondisi ekonominya, serta kurang tanggapnya para pembuat kebijakan di negara itu.
Mata uang Turki telah jatuh lebih dari 35% tahun ini yang makin diperparah dengan penguatan dolar yang melonjak ke level tertingginya dalam 13 bulan terakhir, Reuters melaporkan.
Saham bank asal Prancis, BNP Paribas, bank Italia UniCredit, dan bank Spanyol BBVA yang dipandang paling terdampak oleh Turki, rontok hingga 4%.
Saham sektor perbankan Eropa turun 1,3% sementara indeks Eropa Stoxx 600 melemah 0,7%.
Investor sekarang menantikan data inflasi AS untuk bulan Juli sebagai petunjuk arah suku bunga bank sentral Federal Reserve dan untuk mencari tahu apakah kenaikan bea impor mulai menunjukkan dampaknya. Pasar memperkirakan inflasi akan naik 0,2% setelah bertambah 0,1% di Juni.
Kekacauan pasar uang negara berkembang ditambah dengan melemahnya rubel Rusia yang mencapai titik terendah sejak November 2016 akibat ancaman sanksi baru AS.
Rubel melemah hingga 67,12 per dolar AS Kamis malam waktu setempat, menembus level psikologisnya 65 rubel per dolar.
(roy) Next Article Jelang Pemilu, Lira Turki Anjlok 5%
Most Popular