Internasional

Ini Dampaknya Jika Turki Jatuh dalam Krisis

Roy Franedya, CNBC Indonesia
10 August 2018 17:36
Ini Dampaknya Jika Turki Jatuh dalam Krisis
Foto: REUTERS/Murad Sezer/Illustration
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Turki sedang dalam masalah berat. Mata uangnya telah anjlok 33% dari sejak awal tahun ini, inflasi tinggi, defisit transaksi berjalan (current account deficit) besar.

Investor juga sedang was-was karena keinginan Presiden Recep Tayyip Erdogan menurunkan suku bunga sementara bank sentral ragu menaikkan bunga acuan lebih tinggi.

Para analis dan ekonom mulai meramalkan negara mana yang akan terdampak jika ekonomi yang terus memburuk ini jatuh ke dalam krisis.

Berikut perkiraannya seperti dikutip dari CNBC International, Jumat (10/8/2018).

Bank-bank Eropa

Hari ini sejumlah media melaporkan pernyataan Bank Sentral Eropa (ECB) yang khawatir atas bank-bank Eropa selatan, yang telah meminjamkan sejumlah besar uang di Turki. Hal ini menunjukkan investor yang memegang saham perbankan Eropa bisa berisiko. ECB menolak mengomentari laporan tersebut.

Data dari Bank for International Settlements (BIS) - sering disebut bank sentral dari bank-bank sentral - menunjukkan bahwa bank-bank Spanyol memberikan pinjaman sebesar US$83,3 miliar ke nasabah Turki; Perancis meminjamkan US$38,4 miliar; Perbankan Italia meminjamkan US$17 miliar.

Regulator di Eropa dikabarkan khawatir pelemahan mata uang Turki akan membuat gagal bayar pinjaman utang luar negeri. Carsten Hesse, ekonom di Berenberg, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa beberapa bank di Uni Eropa berada di bawah tekanan "karena pinjaman langsung ke bank-bank Turki."

Ketika ditanya tentang dampak dari masalah yang sedang berlangsung di Turki, Timothy Ash, seorang analis pasar di Bluebay Asset Management, mengatakan kepada CNBC melalui email bahwa dampaknya "cukup luar hingga ke luar negeri," ujarnya. "Eropa, AS, Jepang, China, Timur Tengah - semua orang," tambahnya.

Data BIS juga menunjukkan bank-bank Jepang memberikan pinjaman US$14 miliar, pemberi pinjaman dari Inggris US$ 19,2 miliar, dan Amerika Serikat sekitar US$18 miliar.


Lira terus anjlok

Pada hari Jumat pagi, lira mencapai rekor terendah lainnya, jatuh ke 0,15 melawan dolar AS. Erdogan mencoba menenangkan badai ekonomi dengan mengatakan pada warga Turki tidak perlu khawatir tentang mata uang yang terus lemah.

"Ada berbagai kampanye yang sedang dilakukan. Jangan pedulikan mereka," kata presiden. "Jangan lupa, jika mereka memiliki uang mereka, kita memiliki orang-orang kita, Tuhan kami. Kami bekerja keras. Lihatlah apa yang kami lakukan 16 tahun lalu dan lihat kami sekarang," kata Erdogan kepada pendukungnya.


Pasar obligasi

Kejatuhan perekonomian Turki bisa menjadi masalah utang luar negeri swasta Eropa, yang berpotensi memengaruhi investor obligasi dan pemerintah yang bergantung pada pasar utang untuk membiayai ekspansi perekonomian.

"Saya tidak mengharapkan yield negara Eropa anjlok karena Turki. Beberapa negara kecil yang menawarkan obligasi dengan yield tinggi bisa merasakan dampaknya," ujar Hesse dari Berenberg Bank.

Pasar obligasi Yunani, Spanyol dan Italia dapat terpukul, "karena rata-rata eksposur banknya yang lebih tinggi ke Turki."

Namun, Ash tidak melihat krisis Turki bisa menjadi masalah utang negara.

"Saya tidak melihat penularan [krisis] global. Ekonomi Turki masih relatif kecil - (senilai) US$850 miliar, dan tidak mungkin menimbulkan masalah yang luar biasa bagi Eropa," kata Ash dalam sebuah email.




(roy/prm) Next Article Turki Lepas dari Jerat Hantu Resesi, Karena Presiden Erdogan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular