Internasional
Perang Dagang AS-China Bisa Rombak Pasar LNG Global
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 August 2018 16:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman China untuk menerapkan tarif impor baru senilai US$60 miliar pada barang-barang AS yang diumumkan 3 Agustus lalu akan menciptakan pergeseran di pasar energi. Hal ini dikarenakan gas alam cair (LNG) Amerika masuk dalam daftar barang yang akan ditargetkan Beijing, kata para analis.
Langkah untuk memasukkan LNG ke dalam usulan daftar itu menimbulkan keheranan karena China sebelumnya telah membatalkan rencana untuk memasukkan bahan bakar dalam produk yang akan dikenai tarif impor. Nampaknya, negara itu melihat gas alam sebagai bagian dari upaya untuk membersihkan polusi udara yang sensitif secara politik.
Tetapi berbagai hal telah berubah sejak perang dagang dengan AS memanas secara dramatis dalam beberapa pekan terakhir dan berbagai pihak mempertanyakan apakah langkah Beijing akan merugikan ekspor gas Amerika.
AS adalah produsen gas alam terbesar di dunia dan merupakan eksportir utama LNG yang sedang tumbuh.
Jika diterapkan, tarif impor pada LNG "akan memberikan pukulan serius bagi industri gas AS dan agenda 'dominasi energi' Presiden (Donald) Trump," kata Hugo Brennan, analis senior Asia di konsultan Verisk Maplecroft.
"Perkiraan permintaan gas China mencakup banyak sekali dari jumlah yang diusulkan untuk terminal ekspor LNG di sepanjang Pantai Timur Amerika, yang sejalan dengan tawaran pemerintah Trump untuk mengubah AS menjadi negara adidaya energi. Tetapi beberapa proyek ini akan berjuang untuk menarik pendanaan jika (China) maju dan meningkatkan hambatan tarif impor pada LNG AS," tulis Brennan dalam catatan Selasa (7/8/2018).
China adalah importir LNG terbesar kedua di dunia tahun lalu. Negara itu diperkirakan akan menjadi importir utama dunia dari bahan bakar super-dingin ini tahun depan, kata Badan Energi Internasional pada bulan Juni, dilansir dari CNBC International.
Tahun lalu, sekitar 15% ekspor LNG AS dikirim ke Tiongkok.
Kebuntuan saat ini adalah perubahan tajam dari situasi awal tahun ini ketika Beijing menawarkan untuk membeli lebih banyak lagi ekspor energi AS untuk mengurangi defisit perdagangan bilateral besar-besaran.
Sekarang, itu "tampak seperti prospek yang sulit, mengingat bahwa pembicaraan tingkat tinggi telah hancur akibat saling tukar ancaman," kata Brennan.
Namun, ada analis yang menentang dan mengatakan ledakan ekspor gas AS adalah sesuatu yang tidak dapat dihentikan, dengan atau tanpa China.
Saat ini, sebagian besar ekspor LNG AS dijamin pada kontak jangka panjang, sehingga dampaknya akan cukup terbatas hingga transaksi berakhir. Namun, pasar spot LNG, yang telah tumbuh dengan mantap, akan terdampak. Negosiasi kontrak jangka panjang juga bisa terpengaruh. "Tarif impor 25%, di tengah latar belakang retorika pemerintah yang kuat terhadap impor energi AS, kemungkinan akan membuat harga LNG AS tidak dihitung dalam pasar gas China yang menguntungkan," kata analis di Fitch Solutions Macro Research.
Brennan menyuarakan sentimen itu dan menulis dalam catatannya bahwa "dinamika geopolitik akan merongrong tawaran eksportir Amerika untuk menjadi pemasok gas utama ke China."
Memang, pelanggan LNG AS dari China telah memberi tahu perusahaan informasi energi Platts bahwa perusahaan akan dilarang memesan pasokan Amerika dalam waktu dekat karena tarif impor akan menaikkan harga menjadi di luar kemampuan mereka. Platts mengutip sumber tanpa nama di perusahaan-perusahaan milik negara dan swasta China.
Fitch Solutions mengatakan pihaknya memperkirakan pemain LNG besar seperti Shell, Total, dan Trafigura menjadi yang paling terpengaruh karena mereka memperoleh kargo dari proyek-proyek berbasis di AS sebelum menjualnya ke pasar di mana permintaan dan harga adalah yang terkuat.
Pada hari Rabu, data resmi dari China menunjukkan impor LNG AS turun ke level terendah dalam setahun untuk bulan Juli, menurut catatan Reuters.
Penurunan itu terjadi di tengah latar belakang penguatan 2018: China mengimpor sekitar 17% lebih banyak LNG AS dari Januari hingga Juli tahun ini daripada di tahun 2017, menurut data S&P Global Platts Analytics.
Namun, Giles Farrer, direktur penelitian untuk gas global dan pasokan LNG di Wood Mackenzie, mengatakan dalam sebuah catatan pekan lalu bahwa perselisihan AS-China "tidak mungkin menjadi patokan" bagi pemasok Amerika karena "banyak permintaan dari pembeli lain di Asia dan Eropa."
Analis sekarang menduga China akan mencari sumber alternatif dari pemasok LNG besar seperti Australia dan Qatar, yang kemungkinan mendapat manfaat dari perkembangan ini dalam jangka panjang.
"Dorongan ke Australia bisa lebih besar selama lima hingga sepuluh tahun ke depan karena peluang merebut pangsa lebih besar dari pasar LNG yang tumbuh di China dapat mendorong produsen Australia untuk memperluas kapasitas dan output. Itu bisa membantu mengurangi pukulan jangka panjang ke Australia dari peningkatan hambatan perdagangan global," kata konsultan riset Capital Economics dalam catatan baru-baru ini.
Permintaan untuk gas pipa dari pemasok seperti Asia Tengah dan Rusia mungkin juga akan naik, kata para ahli.
Namun China dapat membuat negaranya mengalami lonjakan harga energi jika potensi pemasok LNG-nya berkurang.
Meskipun LNG AS membentuk komponen yang relatif kecil dari keseluruhan campuran gas China, lonjakan musiman dalam rumah tangga dan permintaan industri dapat meningkatkan kebutuhan untuk pembelian kargo jangka pendek, seperti yang dari AS, untuk menambah volume yang telah direncanakan sejak lama, kata Fitch Solutions.
Kebutuhan akan permintaan kargo yang fleksibel di musim dingin dibuktikan oleh China dengan mengimpor lebih banyak LNG AS dari November 2017 hingga Januari 2018 daripada yang dilakukannya selama 10 bulan pertama tahun 2017, Fitch Solutions menambahkan.
(prm) Next Article Telisik Turunnya Harga Emas di Saat Meredanya Konflik Global
Langkah untuk memasukkan LNG ke dalam usulan daftar itu menimbulkan keheranan karena China sebelumnya telah membatalkan rencana untuk memasukkan bahan bakar dalam produk yang akan dikenai tarif impor. Nampaknya, negara itu melihat gas alam sebagai bagian dari upaya untuk membersihkan polusi udara yang sensitif secara politik.
Tetapi berbagai hal telah berubah sejak perang dagang dengan AS memanas secara dramatis dalam beberapa pekan terakhir dan berbagai pihak mempertanyakan apakah langkah Beijing akan merugikan ekspor gas Amerika.
Jika diterapkan, tarif impor pada LNG "akan memberikan pukulan serius bagi industri gas AS dan agenda 'dominasi energi' Presiden (Donald) Trump," kata Hugo Brennan, analis senior Asia di konsultan Verisk Maplecroft.
"Perkiraan permintaan gas China mencakup banyak sekali dari jumlah yang diusulkan untuk terminal ekspor LNG di sepanjang Pantai Timur Amerika, yang sejalan dengan tawaran pemerintah Trump untuk mengubah AS menjadi negara adidaya energi. Tetapi beberapa proyek ini akan berjuang untuk menarik pendanaan jika (China) maju dan meningkatkan hambatan tarif impor pada LNG AS," tulis Brennan dalam catatan Selasa (7/8/2018).
China adalah importir LNG terbesar kedua di dunia tahun lalu. Negara itu diperkirakan akan menjadi importir utama dunia dari bahan bakar super-dingin ini tahun depan, kata Badan Energi Internasional pada bulan Juni, dilansir dari CNBC International.
Tahun lalu, sekitar 15% ekspor LNG AS dikirim ke Tiongkok.
Kebuntuan saat ini adalah perubahan tajam dari situasi awal tahun ini ketika Beijing menawarkan untuk membeli lebih banyak lagi ekspor energi AS untuk mengurangi defisit perdagangan bilateral besar-besaran.
Sekarang, itu "tampak seperti prospek yang sulit, mengingat bahwa pembicaraan tingkat tinggi telah hancur akibat saling tukar ancaman," kata Brennan.
Namun, ada analis yang menentang dan mengatakan ledakan ekspor gas AS adalah sesuatu yang tidak dapat dihentikan, dengan atau tanpa China.
Saat ini, sebagian besar ekspor LNG AS dijamin pada kontak jangka panjang, sehingga dampaknya akan cukup terbatas hingga transaksi berakhir. Namun, pasar spot LNG, yang telah tumbuh dengan mantap, akan terdampak. Negosiasi kontrak jangka panjang juga bisa terpengaruh. "Tarif impor 25%, di tengah latar belakang retorika pemerintah yang kuat terhadap impor energi AS, kemungkinan akan membuat harga LNG AS tidak dihitung dalam pasar gas China yang menguntungkan," kata analis di Fitch Solutions Macro Research.
Brennan menyuarakan sentimen itu dan menulis dalam catatannya bahwa "dinamika geopolitik akan merongrong tawaran eksportir Amerika untuk menjadi pemasok gas utama ke China."
Memang, pelanggan LNG AS dari China telah memberi tahu perusahaan informasi energi Platts bahwa perusahaan akan dilarang memesan pasokan Amerika dalam waktu dekat karena tarif impor akan menaikkan harga menjadi di luar kemampuan mereka. Platts mengutip sumber tanpa nama di perusahaan-perusahaan milik negara dan swasta China.
Fitch Solutions mengatakan pihaknya memperkirakan pemain LNG besar seperti Shell, Total, dan Trafigura menjadi yang paling terpengaruh karena mereka memperoleh kargo dari proyek-proyek berbasis di AS sebelum menjualnya ke pasar di mana permintaan dan harga adalah yang terkuat.
Pada hari Rabu, data resmi dari China menunjukkan impor LNG AS turun ke level terendah dalam setahun untuk bulan Juli, menurut catatan Reuters.
Penurunan itu terjadi di tengah latar belakang penguatan 2018: China mengimpor sekitar 17% lebih banyak LNG AS dari Januari hingga Juli tahun ini daripada di tahun 2017, menurut data S&P Global Platts Analytics.
Namun, Giles Farrer, direktur penelitian untuk gas global dan pasokan LNG di Wood Mackenzie, mengatakan dalam sebuah catatan pekan lalu bahwa perselisihan AS-China "tidak mungkin menjadi patokan" bagi pemasok Amerika karena "banyak permintaan dari pembeli lain di Asia dan Eropa."
Analis sekarang menduga China akan mencari sumber alternatif dari pemasok LNG besar seperti Australia dan Qatar, yang kemungkinan mendapat manfaat dari perkembangan ini dalam jangka panjang.
"Dorongan ke Australia bisa lebih besar selama lima hingga sepuluh tahun ke depan karena peluang merebut pangsa lebih besar dari pasar LNG yang tumbuh di China dapat mendorong produsen Australia untuk memperluas kapasitas dan output. Itu bisa membantu mengurangi pukulan jangka panjang ke Australia dari peningkatan hambatan perdagangan global," kata konsultan riset Capital Economics dalam catatan baru-baru ini.
Permintaan untuk gas pipa dari pemasok seperti Asia Tengah dan Rusia mungkin juga akan naik, kata para ahli.
Namun China dapat membuat negaranya mengalami lonjakan harga energi jika potensi pemasok LNG-nya berkurang.
Meskipun LNG AS membentuk komponen yang relatif kecil dari keseluruhan campuran gas China, lonjakan musiman dalam rumah tangga dan permintaan industri dapat meningkatkan kebutuhan untuk pembelian kargo jangka pendek, seperti yang dari AS, untuk menambah volume yang telah direncanakan sejak lama, kata Fitch Solutions.
Kebutuhan akan permintaan kargo yang fleksibel di musim dingin dibuktikan oleh China dengan mengimpor lebih banyak LNG AS dari November 2017 hingga Januari 2018 daripada yang dilakukannya selama 10 bulan pertama tahun 2017, Fitch Solutions menambahkan.
(prm) Next Article Telisik Turunnya Harga Emas di Saat Meredanya Konflik Global
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular