Produsen Semen China Kian Ekspansif di RI
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
11 July 2018 12:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah produsen semen di Indonesia bertambah dua kali lipat dalam kurun empat tahun terakhir. Berdasarkan catatan Asosiasi Semen Indonesia, saat ini ada sekitar 14 perusahaan yang memproduksi semen dari 7 perusahaan yang tercatat pada 2014.
Perusahaan besar semen dari China mulai masuk dan menjadi pemain baru yang kiprahnya sangat dikhawatirkan pemain lokal. Pasalnya sejak masuk ke Indonesia, perusahaan-perusahaan semen asal China tersebut sangat ekspansif yang menyebabkan produksi semen nasional mengalami kelebihan produksi dan berpotensi memicu terjadinya perang harga.
Beberapa nama perusahaan asal China yang masuk ke Indonesia antara lain Conch Cement, Jui Shin, Panasia, Haohan Cement, dan Cement Hippo atau Sun Fook Cement. Selain itu, ada satu lagi perusahaan semen China yang baru masuk, yaitu Hongshi Holding Group.
Hongshi dikabarkan akan membangun pabrik di Jember, Jawa Timur dengan menggandeng patner lokal Semen Imasco. Di China, Hongshi merupakan perusahan semen yang skalanya sama seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Selain perusahaan, China ada juga perusahaan dari Thailand yang sudah terlebih dahulu masuk, yaitu Siam Cement.
Perusahaan-perusahaan tersebut menambah persaingan sengit dari perusahaan yang sudah dulu ada, seperti Grup Semen Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Holcim Lafarge Indonesia Tbk (SMCB) dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), dan pemain lokal lainnya.
Dari sejumlah pemain baru tersebut, agresifitas Conch mendapat sorotan lebih dari pelaku industri semen. Mengingat Conch Cement merupakan perusahaan salah satu perusahaan semen terbesar di China dan di dunia.
Ini tak hanya sekedar isapan jempol, Conch dalam waktu singkat bisa menguasai porsi pasar nyaris 5% persen dalam waktu hanya emat tahun. Strategi agresif pada harga yang diterapkan perusahaan ini membuat pangsa pasarnya berpotensi makin besar.
Direktur PT Conch Cement Indonesia, Wang Hai Wing, usai menemui Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan kemarin menegaskan, akan terus meningkatkan jumlah produksi. Menurut Wang, tingkat konsumsi semen per kapita Indonesia masih rendah, inilah yang membuat Conch ngotot untuk meningkatkan kapasitas produksi pabrik hingga 25 juta ton.
"Jadi memang kelebihan suplai ini hanya jangka pendek. Ke depannya, pasar ini masih ada potensi, masih bisa menyerap," kata Wang.
Lalu, lanjut Wang, Conch punya tujuan untuk menurunkan harga semen di Indonesia untuk membantu perkembangan ekonomi di Indonesia. "Jadi sebenarnya, rata-rata konsumsi/pemakaian semen per orang di Indonesia itu tidak tinggi, sehingga kita bilang sampai saat ini belum kelebihan suplai, per kapitanya. Permintaan pasar itu masih ada, masih cukup besar saat ini," jelas Wang.
Selain itu, kemampuan produksi Hongshi juga harus diperhatikan. Pabrik baru di Jember diperkirakan bisa memproduksi semen hingga 2,5 juta ton.
Selama konsumsi tidak beranjak meningkat, kelebihan produksi ini bisa mengganggu kinerja perusahaan-perusahaan semen yang sudah lama menjadi penguasa pasar.
(wed) Next Article SMGR: Penurunan Harga Salah Satu Cara Hadapi Gempuran Asing
Perusahaan besar semen dari China mulai masuk dan menjadi pemain baru yang kiprahnya sangat dikhawatirkan pemain lokal. Pasalnya sejak masuk ke Indonesia, perusahaan-perusahaan semen asal China tersebut sangat ekspansif yang menyebabkan produksi semen nasional mengalami kelebihan produksi dan berpotensi memicu terjadinya perang harga.
Beberapa nama perusahaan asal China yang masuk ke Indonesia antara lain Conch Cement, Jui Shin, Panasia, Haohan Cement, dan Cement Hippo atau Sun Fook Cement. Selain itu, ada satu lagi perusahaan semen China yang baru masuk, yaitu Hongshi Holding Group.
Selain perusahaan, China ada juga perusahaan dari Thailand yang sudah terlebih dahulu masuk, yaitu Siam Cement.
Perusahaan-perusahaan tersebut menambah persaingan sengit dari perusahaan yang sudah dulu ada, seperti Grup Semen Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Holcim Lafarge Indonesia Tbk (SMCB) dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), dan pemain lokal lainnya.
Dari sejumlah pemain baru tersebut, agresifitas Conch mendapat sorotan lebih dari pelaku industri semen. Mengingat Conch Cement merupakan perusahaan salah satu perusahaan semen terbesar di China dan di dunia.
Ini tak hanya sekedar isapan jempol, Conch dalam waktu singkat bisa menguasai porsi pasar nyaris 5% persen dalam waktu hanya emat tahun. Strategi agresif pada harga yang diterapkan perusahaan ini membuat pangsa pasarnya berpotensi makin besar.
Padahal produksi semen Indonesia saat ini sedang berlebihan. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia jumlah kapasitas terpasang produksi semen di Indonesia hingga kuartal I-2018 mencapai 107,4 juta ton. Sementara total kebutuhan nasional mencapai 66,35 juta ton. Artinya ada kelebihan pasokan sekitar 41,05 juta ton.
![]() |
"Jadi memang kelebihan suplai ini hanya jangka pendek. Ke depannya, pasar ini masih ada potensi, masih bisa menyerap," kata Wang.
Lalu, lanjut Wang, Conch punya tujuan untuk menurunkan harga semen di Indonesia untuk membantu perkembangan ekonomi di Indonesia. "Jadi sebenarnya, rata-rata konsumsi/pemakaian semen per orang di Indonesia itu tidak tinggi, sehingga kita bilang sampai saat ini belum kelebihan suplai, per kapitanya. Permintaan pasar itu masih ada, masih cukup besar saat ini," jelas Wang.
Selain itu, kemampuan produksi Hongshi juga harus diperhatikan. Pabrik baru di Jember diperkirakan bisa memproduksi semen hingga 2,5 juta ton.
Selama konsumsi tidak beranjak meningkat, kelebihan produksi ini bisa mengganggu kinerja perusahaan-perusahaan semen yang sudah lama menjadi penguasa pasar.
(wed) Next Article SMGR: Penurunan Harga Salah Satu Cara Hadapi Gempuran Asing
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular