
Produsen Semen China Jual Murah Demi Curi Pasar
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
21 August 2019 14:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen semen asal China mulai meramaikan persaingan pasar di Indonesia dengan mendirikan pabrik di dalam negeri. Mereka punya keunggulan soal harga yang bisa menjual lebih miring.
Produsen semen dalam negeri PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menanggapi persoalan ini. SMGR menegaskan meski kompetitor termasuk semen China menawarkan harga yang lebih murah, perseroan fokus memperkuat pangsa pasar.
SVP of SMO & Communication Semen Indonesia, Ami Tantri menjelaskan, industri semen domestik sejak lama sudah membuka keran bagi pelaku industri asing, termasuk dari China.
Tanrti menyebut, pemain dari industri China sudah masuk ke Indonesia pada 2014-2015 karena melihat potensi yang cukup besar baik dilihat dari sisi profitabilitas maupun permintaan (demand) yang tumbuh cukup tinggi di pasar domestik.
Namun, ia enggan menyalahkan produsen semen asal China yang menawarkan harga yang lebih murah atau ada anggapan tindakan predatory pricing alias banting harga.
"Mereka masuk ke Indonesia, logis dengan produk sama menjual lebih murah untuk meraih pasar, susah menyalahkan mereka juga," kata dia.
Perseroan juga menerapkan strategi terus memperkuat jaringan. Apalagi, saat ini, Grup Semen Indonesia tercatat masih menguasai 53,1% pasar semen nasional. Pangsa pasar grup semen BUMN ini meningkat setelah mengakuisisi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) atau SBI yang sebelumnya bernama Holcim Indonesia
"Kita sudah lama dan network besar, punya advantage dari cost dan brand name," ujarnya.
Dia menyebut, konsumen juga tidak hanya mempertimbangkan harga yang murah, melainkan kualitas dari produk semen. "Beli semen bukan hanya masalah harga tapi kebiasaan konsumen terhadap produknya," ungkapnya.
Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Christian Kartawijaya pernah mengatakan penetrasi produk semen China di pasar domestik tertentu seperti di Sulawesi cukup memangkas pangsa pasar perseroan.
"Kami di Jawa masih cukup bersaing, tapi kita turun market share kita turun 3% di Sulawesi," kata Christian.
(hoi/hoi) Next Article Banyak Pabrik Semen Nganggur Gegara Corona, Jadi Gimana Nih?
Produsen semen dalam negeri PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menanggapi persoalan ini. SMGR menegaskan meski kompetitor termasuk semen China menawarkan harga yang lebih murah, perseroan fokus memperkuat pangsa pasar.
SVP of SMO & Communication Semen Indonesia, Ami Tantri menjelaskan, industri semen domestik sejak lama sudah membuka keran bagi pelaku industri asing, termasuk dari China.
Tanrti menyebut, pemain dari industri China sudah masuk ke Indonesia pada 2014-2015 karena melihat potensi yang cukup besar baik dilihat dari sisi profitabilitas maupun permintaan (demand) yang tumbuh cukup tinggi di pasar domestik.
Namun, ia enggan menyalahkan produsen semen asal China yang menawarkan harga yang lebih murah atau ada anggapan tindakan predatory pricing alias banting harga.
"Mereka masuk ke Indonesia, logis dengan produk sama menjual lebih murah untuk meraih pasar, susah menyalahkan mereka juga," kata dia.
Perseroan juga menerapkan strategi terus memperkuat jaringan. Apalagi, saat ini, Grup Semen Indonesia tercatat masih menguasai 53,1% pasar semen nasional. Pangsa pasar grup semen BUMN ini meningkat setelah mengakuisisi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) atau SBI yang sebelumnya bernama Holcim Indonesia
"Kita sudah lama dan network besar, punya advantage dari cost dan brand name," ujarnya.
Dia menyebut, konsumen juga tidak hanya mempertimbangkan harga yang murah, melainkan kualitas dari produk semen. "Beli semen bukan hanya masalah harga tapi kebiasaan konsumen terhadap produknya," ungkapnya.
Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Christian Kartawijaya pernah mengatakan penetrasi produk semen China di pasar domestik tertentu seperti di Sulawesi cukup memangkas pangsa pasar perseroan.
"Kami di Jawa masih cukup bersaing, tapi kita turun market share kita turun 3% di Sulawesi," kata Christian.
(hoi/hoi) Next Article Banyak Pabrik Semen Nganggur Gegara Corona, Jadi Gimana Nih?
Most Popular