
Isu Geopolitik Bawa Minyak Naik 22,72% Semester I-2018
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
02 July 2018 20:52

Dalam rangka mengompensasi jatuhnya pasokan dari Iran dan Venezuela, OPEC dan mitra produsen minyak non-OPEC akhirnya melonggarkan kesepakatan pemangkasan produksi. Dalam pertemuan di Wina (Austria) pada 22 Juni lalu, OPEC setuju menaikkan produksinya sekitar 1 juta bph.
Namun belum ada target yang dibebankan kepada negara anggotanya. Sentimen ini sempat menekan harga minyak, akan tetapi tidak bertahan lama.
Pelaku pasar menilai kenaikan produksi 1 juta bph tidak terlalu besar. Bahkan secara riil di lapangan, kenaikan produksi mungkin hanya sekitar 770.000 bph karena beberapa negara seperti Venezuela atau Iran akan sulit menaikkan produksi minyak.
Oleh karena itu, kenaikan produksi tersebut diperkirakan bisa diserap oleh pasar, sehingga tidak akan ada kelebihan pasokan yang terlampau besar. Namun harus diakui ketidakpastian pasar minyak global masih ada di permukaan. Masih ada kemungkinan tambahan pasokan di lapangan terlalu banyak, sehingga tidak terserap pasar.
Barclays memprediksi pasokan minyak dunia yang awalnya diperkirakan defisit 0,2 juta bph pada semester II-2018 menjadi surplus 0,2 juta bph. Terbaru, AS ikut “memanaskan” isu penambahan pasokan OPEC ini.
Pada Sabtu (30/6/2018), Gedung Putih menyampaikan bahwa Raja Salman telah menjanjikan Trump, bahwa dia dapat menaikkan produksi minyak jika dibutuhkan. Saudi juga disebutkan mengklaim bisa melonggarkan ruang peningkatan hingga 2 juta bph. Harga minyak global pun langsung terkoreksi hingga lebih dari 1% menyambut kabar ini.
Kemudian, produksi minyak mentah Negeri Paman Sam juga telah berada di angka 10,9 juta barel/hari, mendekati tingkat produksi 11 juta barel/hari. Kapasitas sebesar itu sebelumnya hanya dapat dicapai oleh Rusia, sang produsen nomor wahid dunia.
Kombinasi dua faktor tersebut berpeluang memicu terjadinya guyuran minyak dari OPEC, Rusia, dan AS, masing-masing sekitar 11 juta bph. Hal ini lantas berpeluang besar menahan penguatan harga sang emas hitam di kuartal III-2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Namun belum ada target yang dibebankan kepada negara anggotanya. Sentimen ini sempat menekan harga minyak, akan tetapi tidak bertahan lama.
Pelaku pasar menilai kenaikan produksi 1 juta bph tidak terlalu besar. Bahkan secara riil di lapangan, kenaikan produksi mungkin hanya sekitar 770.000 bph karena beberapa negara seperti Venezuela atau Iran akan sulit menaikkan produksi minyak.
Barclays memprediksi pasokan minyak dunia yang awalnya diperkirakan defisit 0,2 juta bph pada semester II-2018 menjadi surplus 0,2 juta bph. Terbaru, AS ikut “memanaskan” isu penambahan pasokan OPEC ini.
Pada Sabtu (30/6/2018), Gedung Putih menyampaikan bahwa Raja Salman telah menjanjikan Trump, bahwa dia dapat menaikkan produksi minyak jika dibutuhkan. Saudi juga disebutkan mengklaim bisa melonggarkan ruang peningkatan hingga 2 juta bph. Harga minyak global pun langsung terkoreksi hingga lebih dari 1% menyambut kabar ini.
![]() |
Kombinasi dua faktor tersebut berpeluang memicu terjadinya guyuran minyak dari OPEC, Rusia, dan AS, masing-masing sekitar 11 juta bph. Hal ini lantas berpeluang besar menahan penguatan harga sang emas hitam di kuartal III-2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular