
INTERNASIONAL
Depresiasi Yuan China Timbulkan Rumor Kebijakan Anti-Trump
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
26 June 2018 13:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang China anjlok pekan lalu ke posisi terendah sejak Desember terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sehingga memicu spekulasi bahwa China akan bersedia menggunakan pelemahan mata uang demi melawan ancaman tarif dan perdagangan AS.
Namun, para analis berkata saat nilai mata uang jelas menurun sejak retorika perdagangan memanas, kemungkinan China mendevaluasi mata uangnya untuk balas dendam ke Presiden AS Donald Trump sangatlah kecil. Untuk saat ini, nampaknya anjloknya mata uang ini bisa jadi hanya sebuah kebetulan.
China seringkali dituduh AS sengaja membiarkan mata uang terdeprediasi untuk membuat barang-barangnya lebih murah di pasar dunia, jadi barang tersebut lebih menarik daripada barang dari negara-negara dengan mata uang yang lebih kuat.
Tahun ini, pemerintah Trump berhenti menyebut China 'manipulator mata uang', dan mata uang China juga sebenarnya cukup stabil hampir sepanjang tahun.
"Jika seekor beruang berjalan ke arahmu, mengapa Anda mengibarkan bendera merah di depannya," kata Robert Sinche selaku Chief Global Strategist di Amherst Pierpont, dilansir dari CNBC International hari Selasa (26/6/2018).
Sinche berkata sementara China kemungkinan tidak mau mendorong mata uangnya melemah dengan sengaja, kemungkinan negara itu sebelumnya telah memperlambat penurunan.
"Kelihatannya mereka menghambat kenaikan dolar terhadap renminbi, sejalan dengan apa yang biasanya Anda prediksi karena penguatan dolar secara umum. Hal itu menyusul pekan lalu," katanya. "Mereka tidak membiarkan mata uang melemah sebanyak seharusnya, jadi renminbi yang terbebani perdagangan sebenarnya meningkat di lingkungan tersebut. Menurut saya, mereka kemungkinan berkata 'AS tidak akan bermain manis, kita akan biarkan renminbi diperdagangkan seperti seharusnya.'"
Meskipun begitu, rumor beredar bahwa China bisa melangkah lebih jauh dan sebenarnya menjadi lebih agresif dalam menekankan penurunan renminbi yang dikenal juga dengan sebutan yuan.
"Yuan itu dikendalikan. Mereka memperbolehkannya diperdagangkan dalam sebuah band [kisaran] untuk memastikan perdagangannya tidak bergerak liar. Apa yang Anda lihat adalah [spekulan] mengambil batas atas dari kisaran itu," kata Boris Schlossberg, Direktur Pelaksana di BK Asset Management.
"Menurut saya pasar mengantisipasi sesuatu, atau mereka merasa itu akan menjadi respons kebijakan alami jika ini terus berlanjut."
Para analis mengatakan dolar melemah terhadap sejumlah mata uang utama, tetapi mata uang pasar berkembang tertekan saat Trump mengancam mengenakan lebih banyak tarif dan aksi perdagangan.
"Sukar untuk membaca prediksi, tetapi sekarang rasanya seperti pasar memercayainya..pada dasarnya itu adalah orang-orang yang menginginkan dolar/yuan yang hanya menyebarkan rumor," kata Schlossberg. "Jika mereka benar-benar terdevaluasi, itu akan membuat Trump panas... dan dia akan berkata mereka curang."
Schlossberg menambahkan, "Saya tidak akan menyebut itu sebuah senjata, tetapi itu adalah alat kebijakan terakhi untuk membuat Trump panas."
Dia berkata area ketahanan teknikal adalah 6,60, sementara renminbi berada di posisi 6,54 hari Senin (25/6/2018).
"Saya terkejut topik ini belum dikicaukan," kata Sinche, merujuk pada kegemaran Trump dalam menggunakan media sosial.
China memiliki beberapa respons serupa, termasuk sudah mengumumkan rencana memberikan tarif untuk produk-produk dan pertanian AS. Pemerintah China bisa mendorong boikot produk-produk tertentu, atau mempersulit kelangsungan perusahaan-perusahaan yang berbisnis di China dengan regulasi. Negara Tirai Bambu juga bisa membeli surat utang AS yang lebih sedikit.
Win Thin selaku Senior Currency Strategist di Brown Brothers Brothers Harriman berkata dia ragu China akan memilih menjual kepemilikan utang AS.
"Itu akan menjadi pedang bermata dua karena mereka adalah pemegang surat utang terbesar. Menjual utang akan menjadi pilihan nuklir dan tidak ada satupun yang untung," katanya.
Schlossberg berkata peningkatan ancaman dagang dari Trump dan prospek AS akan mengumumkan tindakan-tindakan selanjutnya telah menghantam dolar.
"Beberapa minggu yang lalu, pasar merasa sangat senang dengan perekonomian dan yakin dengan The Fed, juga merasa seperti akan berjalan maju di jalan ini," katanya. Sekarang, isu-isu perdagangan meningkatkan keraguan tentang pertumbuhan dan apakah The Fed bisa tetap hawkish (kuat) seperti saat ini.
"Menurut saya itu adalah yang dikhawatirkan pasar. Retorika semakin meningkat. Trump dikenal menekan sesuatu sampai batasnya dan menjauh dari tepian. Masalah terbesarnya adalah seluruh dunia berhenti mempercayai segala sesuatu yang dikatakan pemerintahannya," kata Schlossberg.
(prm) Next Article Bank Sentral China Gerak Cepat Lemahkan Kurs Yuan, untuk Apa?
Namun, para analis berkata saat nilai mata uang jelas menurun sejak retorika perdagangan memanas, kemungkinan China mendevaluasi mata uangnya untuk balas dendam ke Presiden AS Donald Trump sangatlah kecil. Untuk saat ini, nampaknya anjloknya mata uang ini bisa jadi hanya sebuah kebetulan.
China seringkali dituduh AS sengaja membiarkan mata uang terdeprediasi untuk membuat barang-barangnya lebih murah di pasar dunia, jadi barang tersebut lebih menarik daripada barang dari negara-negara dengan mata uang yang lebih kuat.
"Jika seekor beruang berjalan ke arahmu, mengapa Anda mengibarkan bendera merah di depannya," kata Robert Sinche selaku Chief Global Strategist di Amherst Pierpont, dilansir dari CNBC International hari Selasa (26/6/2018).
Sinche berkata sementara China kemungkinan tidak mau mendorong mata uangnya melemah dengan sengaja, kemungkinan negara itu sebelumnya telah memperlambat penurunan.
"Kelihatannya mereka menghambat kenaikan dolar terhadap renminbi, sejalan dengan apa yang biasanya Anda prediksi karena penguatan dolar secara umum. Hal itu menyusul pekan lalu," katanya. "Mereka tidak membiarkan mata uang melemah sebanyak seharusnya, jadi renminbi yang terbebani perdagangan sebenarnya meningkat di lingkungan tersebut. Menurut saya, mereka kemungkinan berkata 'AS tidak akan bermain manis, kita akan biarkan renminbi diperdagangkan seperti seharusnya.'"
Meskipun begitu, rumor beredar bahwa China bisa melangkah lebih jauh dan sebenarnya menjadi lebih agresif dalam menekankan penurunan renminbi yang dikenal juga dengan sebutan yuan.
"Yuan itu dikendalikan. Mereka memperbolehkannya diperdagangkan dalam sebuah band [kisaran] untuk memastikan perdagangannya tidak bergerak liar. Apa yang Anda lihat adalah [spekulan] mengambil batas atas dari kisaran itu," kata Boris Schlossberg, Direktur Pelaksana di BK Asset Management.
"Menurut saya pasar mengantisipasi sesuatu, atau mereka merasa itu akan menjadi respons kebijakan alami jika ini terus berlanjut."
Para analis mengatakan dolar melemah terhadap sejumlah mata uang utama, tetapi mata uang pasar berkembang tertekan saat Trump mengancam mengenakan lebih banyak tarif dan aksi perdagangan.
"Sukar untuk membaca prediksi, tetapi sekarang rasanya seperti pasar memercayainya..pada dasarnya itu adalah orang-orang yang menginginkan dolar/yuan yang hanya menyebarkan rumor," kata Schlossberg. "Jika mereka benar-benar terdevaluasi, itu akan membuat Trump panas... dan dia akan berkata mereka curang."
Schlossberg menambahkan, "Saya tidak akan menyebut itu sebuah senjata, tetapi itu adalah alat kebijakan terakhi untuk membuat Trump panas."
Dia berkata area ketahanan teknikal adalah 6,60, sementara renminbi berada di posisi 6,54 hari Senin (25/6/2018).
"Saya terkejut topik ini belum dikicaukan," kata Sinche, merujuk pada kegemaran Trump dalam menggunakan media sosial.
China memiliki beberapa respons serupa, termasuk sudah mengumumkan rencana memberikan tarif untuk produk-produk dan pertanian AS. Pemerintah China bisa mendorong boikot produk-produk tertentu, atau mempersulit kelangsungan perusahaan-perusahaan yang berbisnis di China dengan regulasi. Negara Tirai Bambu juga bisa membeli surat utang AS yang lebih sedikit.
Win Thin selaku Senior Currency Strategist di Brown Brothers Brothers Harriman berkata dia ragu China akan memilih menjual kepemilikan utang AS.
"Itu akan menjadi pedang bermata dua karena mereka adalah pemegang surat utang terbesar. Menjual utang akan menjadi pilihan nuklir dan tidak ada satupun yang untung," katanya.
Schlossberg berkata peningkatan ancaman dagang dari Trump dan prospek AS akan mengumumkan tindakan-tindakan selanjutnya telah menghantam dolar.
"Beberapa minggu yang lalu, pasar merasa sangat senang dengan perekonomian dan yakin dengan The Fed, juga merasa seperti akan berjalan maju di jalan ini," katanya. Sekarang, isu-isu perdagangan meningkatkan keraguan tentang pertumbuhan dan apakah The Fed bisa tetap hawkish (kuat) seperti saat ini.
"Menurut saya itu adalah yang dikhawatirkan pasar. Retorika semakin meningkat. Trump dikenal menekan sesuatu sampai batasnya dan menjauh dari tepian. Masalah terbesarnya adalah seluruh dunia berhenti mempercayai segala sesuatu yang dikatakan pemerintahannya," kata Schlossberg.
(prm) Next Article Bank Sentral China Gerak Cepat Lemahkan Kurs Yuan, untuk Apa?
Most Popular