Perdagangan RI Defisit Lawan China, Tapi Rupiah Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2018 13:26
Yuan memang sedang melemah karena meningkatnya likuiditas mata uang ini seiring kebijakan baru Bank Sentral China.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat terhadap yuan China. Yuan memang sedang melemah karena meningkatnya likuiditas mata uang ini seiring kebijakan baru Bank Sentral China, People's Bank of China (PBoC). 

Pada Senin (25/6/2018) pukul 13:02 WIB, CNY 1 di pasar spot dtransaksikan Rp 2.162,28 . Rupiah menguat tipis 0,01%. 

Reuters

Hari ini, PBoC berencana merilis kebijakan baru yaitu menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 basis poin untuk meningkatkan penyaluran kredit. Kebijakan ini diperkirakan mampu menghasilkan likuiditas sebesar 700 miliar yuan (Rp 1.520,18 triliun) yang akan berputar di perekonomian Negeri Panda. 

Pelonggaran GWM akan membuat likuiditas yuan membanjir sehingga nilainya semakin murah. Ini membuat yuan melemah di hadapan berbagai mata uang, termasuk Indonesia. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), yuan melemah sampai 0,57%. 

Padahal, rilis data perdagangan internasional Indonesia kurang berpihak kepada rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 defisit cukup dalam yaitu US$ 1,52 miliar. 

Ekspor tumbuh cukup baik yaitu 12,47% year-on-year (YoY). Namun impor tumbuh jauh lebih cepat yaitu 28,12% YoY. Banjir impor ini membuat defisit neraca perdagangan lumayan besar.

Terhadap China, Indonesia mengalami defisit perdagangan yang lumayan besar. Ekspor non migas ke Tiongkok pada Mei tercatat US$ 2,09 miliar sementara impornya mencapai US$ 4,45 miliar. Artinya ada defisit US$ 2,36 miliar.
 

Namun ternyata sentimen ini tertutup oleh pelonggaran GWM di China. Akibatnya, rupiah masih mampu menguat di hadapan yuan. 

Penguatan rupiah sebenarnya menimbulkan risiko tersendiri. Kala rupiah menguat terhadap yuan, maka produk-produk made in China akan semakin murah sehingga impornya bisa semakin deras. Oleh karena itu, defisit perdagangan dengan China justru bisa semakin lebar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(aji/aji) Next Article Lawan Yuan, Rupiah Telemah Sejak September 2015

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular