
Bank Sentral China Gerak Cepat Lemahkan Kurs Yuan, untuk Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) pada perdagangan hari ini menetapkan nilai tengah yuan melawan dolar Amerika Serikat (AS) lebih lemah ketimbang Rabu kemarin.
Hal tersebut dilakukan setelah yuan menyentuh level terkuat dalam 3 tahun terakhir, yang dikhawatirkan menurunkan daya saing produk ekspor China.
PBoC melakukan kontrol yang ketat terhadap nilai tukar yuan. Setiap hari nilai tengah ditetapkan, dan membiarkannya menguat atau melemah hingga 2%.
Melansir data Refinitiv, yuan pada Senin lalu menyentuh level 6,356/US$, yang merupakan level terkuat sejak 15 Mei 2018. Setelahnya mencapai level tersebut, PBoC mengumumkan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing menjadi 7% dari sebelumnya 5% dan mulai berlaku pada 15 Juni.
Kenaikan GWM valuta asing tersebut merupakan yang pertama sejak 14 tahun lalu. Kali terakhir PBoC menaikkan GWM valas pada Mei 2007, sebelum terjadi krisis finansial global.
Para ekonom memperkirakan kenaikan GWM tersebut akan mengurangi valuta asing yang ditransaksikan mencapai US$ 20 miliar dalam jangka panjang.
Dengan kebijakan tersebut, perbankan harus menambah jumlah valuta asing yang dimiliki. Artinya permintaan valuta asing akan meningkat, dan nilai tukarnya akan menguat. Dengan kata lain, kurs yuan akan melemah.
Dengan pelemahan yuan maka daya saing produk China di pasar internasional akan membaik. Sebab, ketika nilai tukar yuan terus menguat, maka harga produk China menjadi lebih mahal, sehingga permintaannya berisiko menurun.
China perlu menjaga ekspornya tetap tinggi, karena merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Beijing saat ini sedang berusaha menjaga pertumbuhan ekonominya lebih stabil setelah merosot akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Namun, kebijakan moneter di China berbeda dengan kebijakan ultra-longgar di Amerika Serikat serta beberapa negara maju lainnya, yang membuat aset-aset Negeri Tiongkok menjadi lebih atraktif.
Alhasil, aliran modal asing masuk, dan membuat yuan perkasa.
Xu Hongca deputi direktur Economics Policy Commission di China Association of Policy Science mengatakan kenaikan GWM valuta asing tersebut relatif besar, dan menjadi bentuk pengetatan kebijakan moneter, sebagaimana dikutip CNBC International.
Menurut Xu, kenaikan GWM tersebut akan membatasi aktivitas spekulatif akibat perbankan harus menyimpan lebih banyak valuta asingnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Makin Berjaya, Mata Uang Asia Rontok