20 Tahun Lagi, AS Jadi Raja Minyak Dunia

Roy Franedya, CNBC Indonesia
14 May 2018 11:10
Industri minyak serpih di AS sangat potensial dan membuat posisi AS makin menguat di pasar minyak dunia.
Foto: REUTERS/Andrew Cullen
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan industri minyak serpih (shale) akan memperkuat Amerika Serikat (AS) untuk 15 tahun - 20 tahun mendatang. Ini merupakan pernyataan dari Chief Executive Borealis, Mark Garrett seperti dikutip dari CNBC International, Minggu (13/5/2018).

"Kami sangat positif di AS karena minyak serpih, gas serpih, kami berpikir harga Etana dan etana hingga polypropylene - dan Anda bahkan bisa masuk ke polypropylene dari propana - kami pikir itu akan sangat kuat 15-20 tahun ke depan di luar AS," ujar Garrett.

"Jadi kami benar-benar mendapat proyek besar dari Total, kami membangun kompleks senilai US$3,2 miliar di dekat Houston. Dan kami pikir itu akan menjadi masa depan. AS untuk 15 tahun - 20 tahun ke depan terlihat sangat menjanjikan."

Garrett menambahkan bahwa pemotongan pajak Presiden Donald Trump "tidak buruk untuk bisnis."

Borealis, Total dan NOVA Chemicals membentuk usaha patungan untuk meningkatkan fasilitas petrokimia di Texas awal tahun ini.

Pasar serpih AS telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir setelah munculnya teknik pengeboran termasuk fracking, atau rekah hidrolik. Pertumbuhan produksi gas alam dan ekspor di AS datang pada saat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia mengurangi pasokan.

Tidak ada dampak keluarnya AS dari kesepakatan Iran

Harga minyak naik pekan lalu setelah Trump mengatakan akan mundur dari kesepakatan nuklir bersejarah dengan Iran.

Trump mengatakan pemerintah AS akan memulihkan sanksi terhadap Iran. Kesepakatan, dicapai pada tahun 2015 di bawah mantan Presiden Barack Obama, mencabut sanksi terhadap Iran yang telah memangkas ekspor minyaknya secara kasar menjadi setengahnya.

Sebagai imbalan untuk bantuan sanksi, Iran menerima pembatasan program nuklirnya dan memungkinkan inspektur internasional untuk mengunjungi fasilitasnya.

Ditanya apakah ia prihatin dengan langkah Trump, Garrett mengatakan kepada CNBC: "Nah, bagi kami saat ini kami tidak memiliki dampak khusus. Jauh lebih banyak yang harus kami saksikan gerakan global dan kemudian Anda memiliki dampak karena harga minyak mulai naik, biaya produk mulai berubah dan hal-hal seperti itu."



(roy/gus) Next Article Shell Cetak Laba Rp 175 Triliun, Naik Hampir 3 Kali Lipat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular