
CEO Ini Sebut Embargo Iran Bisa Kacaukan Pasar Minyak Global
Ratelia Nabila Syahla, CNBC Indonesia
13 May 2018 19:28

Jakarta, CNBC Indonesia- CEO perusahaan gas dan minyak raksasa Italia ENI, Claudio Desalzi, menyesalkan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali memberikan sanksi embargo kepada negara Iran.
Claudio Desalzi mengatakan pasar minyak mentah akan kembali berkecamuk jika pihak AS kembali memberlakukan sanksi ekonomi terhadap negara Iran.
" Efek yang ditimbulkan, tidak hanya berpengaruh terhadap harga minyak mentah dunia. Negara Iran, merupakan negara ketiga penyumbang produksi minyak mentah dunia sebanyak 2,6 juta barel per hari (bpd) jika dibandingkan dengan produksi tahun lalu sebesar 1,5 juta bpd", ujar Claudio Descalzi kepada CNBC International dalam pertemuan Investment Forum di Abu Dhabi, Minggu (13/5/2018).
Sebelumnya, AS pernah memberlakukan sanksi pelarangan ekspor minyak mentah Iran pada 2012 yang dicetuskan oleh Presiden Barack Obama. Ketika saksi diberlakukan, ekspor minyak Iran langsung turun sebesar 1,5 juta barel per hari.
Pada 2015, AS kembali berbesar hati dengan menghilangkan sanksi pelarangan ekspor dengan syarat Iran bersedia untuk mengurangi kapasitas produksi senjata nuklirnya. Berkat kebijakan tersebut, eskpor minyak mentah Iran meningkat hingga 1 juta bpd dan Iran bersedia menjadi anggota Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sebagai komitmen bersama dalam program pengendalian senjata nuklir.
"Pada waktu itu, pasar tengah kekurangan persediaan minyak mentah sebanyak 1 juta bpd sehingga mengganggu keseimbangan harga minyak mentah dunia. Karena, Iran pada waktu itu mengalihkan ekspor minyaknya ke negara Eropa sebanyak 1 juta barel per hari dan sisanya ke negara Timur Tengah lainnya", ujar Claudio Desalzi.
Desalzi juga menambahkan, pasar saat itu tengah kesulitan memenuhi permintaan pasar sehingga menimbulkan kekacauan pada sistem harga minyak mentah dunia.
(gus) Next Article Mata Uang 3 Negara Ini Anjlok Karena Ulah Trump
Claudio Desalzi mengatakan pasar minyak mentah akan kembali berkecamuk jika pihak AS kembali memberlakukan sanksi ekonomi terhadap negara Iran.
Sebelumnya, AS pernah memberlakukan sanksi pelarangan ekspor minyak mentah Iran pada 2012 yang dicetuskan oleh Presiden Barack Obama. Ketika saksi diberlakukan, ekspor minyak Iran langsung turun sebesar 1,5 juta barel per hari.
Pada 2015, AS kembali berbesar hati dengan menghilangkan sanksi pelarangan ekspor dengan syarat Iran bersedia untuk mengurangi kapasitas produksi senjata nuklirnya. Berkat kebijakan tersebut, eskpor minyak mentah Iran meningkat hingga 1 juta bpd dan Iran bersedia menjadi anggota Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sebagai komitmen bersama dalam program pengendalian senjata nuklir.
"Pada waktu itu, pasar tengah kekurangan persediaan minyak mentah sebanyak 1 juta bpd sehingga mengganggu keseimbangan harga minyak mentah dunia. Karena, Iran pada waktu itu mengalihkan ekspor minyaknya ke negara Eropa sebanyak 1 juta barel per hari dan sisanya ke negara Timur Tengah lainnya", ujar Claudio Desalzi.
Desalzi juga menambahkan, pasar saat itu tengah kesulitan memenuhi permintaan pasar sehingga menimbulkan kekacauan pada sistem harga minyak mentah dunia.
(gus) Next Article Mata Uang 3 Negara Ini Anjlok Karena Ulah Trump
Most Popular