
Iran Tetap Ekspor di Tengah Sanksi AS, Harga Minyak Merosot
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
08 October 2018 21:20

LONDON, CNBCÂ Indonesia- Harga minyak dunia merosot ke US$ 83 per barel pada Senin, terdorong ekspektasi masih mengalirnya ekspor minyak Iran di tengah jatuhnya sanksi AS ke negara tersebut. Membuat tekanan pada pasokan agak melonggar.
Dikutip dari Reuters pada Senin (8/10/2018), setidaknya dua perusahaan India diketahui memesan minyak Iran dalam jumlah besar untuk kontrak November. Pemerintah AS juga disebut-sebut tengah mempertimbangkan untuk memberi keringanan atas sanksi yang dijatuhkan kepada Iran.
"Salah satu cara atau lainnya, tampaknya India akan mengambil beberapa minyak mentah Iran," kata Olivier Jakob dari Petromatrix, menjelaskan bahwa perkembangan ini membantu meredam lonjakan harga minyak yang terjadi dalam sepekan lalu.
Data terakhir, minyak Brent turun US$ 1,07 ke US$ 83,09 per barel, turun cukup tajam dari harga pekan lalu US$ 86,74 per barel (yang sekaligus harga minyak tertinggi dalam empat tahun terakhir).
Seperti diberitakan sebelumnya, sanksi AS semula akan berlaku per 4 November 2018 dan merupakan kelanjutan dari sanksi sebelumnya. Trump bahkan telah mengecam negara-negara lain untuk tidak membeli minyak dari Iran agar sanksinya efektif.
"Ini adalah salah satu faktor terbesar yang menentukan harga minyak mentah," kata analis di JBC Energy dari AS soal sanksi Iran. "Karena itu, mungkin kita sudah berada di fase yang paling mendukung yang datang dari perubahan ini dan efeknya akan segera mulai berkurang."
Minyak juga turun karena para investor fokus pada peningkatan output dari produsen lain, seperti eksportir utama Arab Saudi, untuk mengimbangi pasokan Iran yang menurun. Arab Saudi mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya berencana untuk meningkatkan produksi pada November dari output Oktober 10,7 juta barel per hari (bpd), Riyadh juga sudah memberi sinyal untuk meningkatkan pasokannya ke tingkat tertinggi yang pernah ada.
"Obrolan bahwa Arab Saudi telah menggantikan semua minyak yang hilang di Iran membebani harga," kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di broker berjangka Oanda di Singapura.
(gus) Next Article Produksi OPEC Bertambah, Harga Minyak Tertekan
Dikutip dari Reuters pada Senin (8/10/2018), setidaknya dua perusahaan India diketahui memesan minyak Iran dalam jumlah besar untuk kontrak November. Pemerintah AS juga disebut-sebut tengah mempertimbangkan untuk memberi keringanan atas sanksi yang dijatuhkan kepada Iran.
Data terakhir, minyak Brent turun US$ 1,07 ke US$ 83,09 per barel, turun cukup tajam dari harga pekan lalu US$ 86,74 per barel (yang sekaligus harga minyak tertinggi dalam empat tahun terakhir).
Seperti diberitakan sebelumnya, sanksi AS semula akan berlaku per 4 November 2018 dan merupakan kelanjutan dari sanksi sebelumnya. Trump bahkan telah mengecam negara-negara lain untuk tidak membeli minyak dari Iran agar sanksinya efektif.
"Ini adalah salah satu faktor terbesar yang menentukan harga minyak mentah," kata analis di JBC Energy dari AS soal sanksi Iran. "Karena itu, mungkin kita sudah berada di fase yang paling mendukung yang datang dari perubahan ini dan efeknya akan segera mulai berkurang."
Minyak juga turun karena para investor fokus pada peningkatan output dari produsen lain, seperti eksportir utama Arab Saudi, untuk mengimbangi pasokan Iran yang menurun. Arab Saudi mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya berencana untuk meningkatkan produksi pada November dari output Oktober 10,7 juta barel per hari (bpd), Riyadh juga sudah memberi sinyal untuk meningkatkan pasokannya ke tingkat tertinggi yang pernah ada.
"Obrolan bahwa Arab Saudi telah menggantikan semua minyak yang hilang di Iran membebani harga," kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di broker berjangka Oanda di Singapura.
(gus) Next Article Produksi OPEC Bertambah, Harga Minyak Tertekan
Most Popular