
BI Borong Surat Utang Negara, Yield Turun
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 May 2018 15:35

Namun, langkah yang dilakukan BI bukan tanpa konsekuensi. Cadangan devisa April kemungkinan akan tergerus cukup banyak dan justru membuat posisi Indonesia semakin rentan.
Pemerintah memang menerbitkan obligasi valas dalam dolar AS dan euro dengan nilai masing-masing 1 miliar. Akan tetapi pemasukan devisa dari penerbitan tersebut kemungkinan besar tidak akan bisa menutup devisa yang keluar dari intervensi.
BI sudah menegaskan kesiapannya untuk menaikkan suku bunga acuan bila memang depresiasi rupiah sudah mengancam pencapaian target inflasi dan stabilitas sistem keuangan. Namun langkah ini sepertinya masih belum ditempuh mengingat pertumbuhan ekonomi domestik masih butuh stimulasi.
Pada kuartal I-2018, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,18%. Masih cukup jauh dari target pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang dipatok 5,4%.
Pertumbuhan kredit juga masih single digit, tepatnya 8,5% pada akhir Maret. Lagi-lagi masih jauh dari target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2018 yang sebesar 12%.
Laju inflasi pun sampai April masih relatif jinak. Pada April, inflasi secara tahunan adalah 3,41%, atau masih dalam rentang target 2,5-4,5%.
Oleh karena itu, kenaikan suku bunga menjadi opsi yang sepertinya masih cukup jauh untuk dieksekusi. Namun konsekuensinya adalah cadangan devisa yang semakin berkurang, dan Indonesia bisa dinilai rentan oleh pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Pemerintah memang menerbitkan obligasi valas dalam dolar AS dan euro dengan nilai masing-masing 1 miliar. Akan tetapi pemasukan devisa dari penerbitan tersebut kemungkinan besar tidak akan bisa menutup devisa yang keluar dari intervensi.
BI sudah menegaskan kesiapannya untuk menaikkan suku bunga acuan bila memang depresiasi rupiah sudah mengancam pencapaian target inflasi dan stabilitas sistem keuangan. Namun langkah ini sepertinya masih belum ditempuh mengingat pertumbuhan ekonomi domestik masih butuh stimulasi.
Pertumbuhan kredit juga masih single digit, tepatnya 8,5% pada akhir Maret. Lagi-lagi masih jauh dari target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2018 yang sebesar 12%.
Laju inflasi pun sampai April masih relatif jinak. Pada April, inflasi secara tahunan adalah 3,41%, atau masih dalam rentang target 2,5-4,5%.
Oleh karena itu, kenaikan suku bunga menjadi opsi yang sepertinya masih cukup jauh untuk dieksekusi. Namun konsekuensinya adalah cadangan devisa yang semakin berkurang, dan Indonesia bisa dinilai rentan oleh pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular